PART 13

981 122 84
                                    

Shani tersenyum ketika melihat Aya dan Boby saling menggoda di pinggir pantai. Pasangan itu memang selalu terlihat bahagia dengan cara mereka yang sederhana. Seperti Boby yang terlihat bahagia hanya karena melihat tingkah Aya saat bermain tiktok, atau Aya yang terlihat begitu bahagia ketika Boby berhasil membelah sebutir kelapa untuknya. Mata mereka sama-sama berbinar ketika saling pandang, tidak ada ponsel yang mengganggu kesenangan mereka, tidak ada beban pekerjaan satu sama lain yang dibawa dan menghancurkan waktu bersama. Keduanya sama-sama mahfum jika waktu seperti saat ini harus mereka manfaatkan sebaik-baiknya.

Keberhasilan dalam sebuah hubungan sesugguhnya adalah ketika satu sama lain berada dalam titik yang sama. Sama-sama bahagia, sama-sama nyaman, sama-sama merasa dihargai dan dimengerti. Tidak ada lagi rentetan kalimat "seharusnya kamu begini, seharusnya kamu begitu", kalimat yang hanya menjadi penawar atas kerusakan yang sudah terjadi. Kalimat yang pada akhirnya hanya akan menguap begitu saja.

Shani membuka buku catatannya yang selama ini selalu menemaninya. Wajah Shani terlihat meringis ketika melihat isi buku itu, entah ada berapa puluh nama Vino yang tertulis dibukunya. Mulai dari jadwal Vino check up kesehatannya, jadwal Vino flight ke luar kota, hingga keluhan sakit Vino. Buku ini seolah menjadi bukti bagaimana perhatian Shani pada Vino selama ini. Shani terlihat menghela nafas ketika sebuah foto dirinya bersama Vino terselip di dalam buku itu. Foto yang memperlihatkan betapa bahagianya Shani ketika mendampingi Vino wisuda S2nya, terdapat juga foto Vino bersama mereka ketika mereka menaiki kereta, momen-momen dimana Vino beberapa kali menemani Shani ke Yogyakarta untuk urusan kuliahnya. Ada ngilu di dada Shani ketika kenangan muncul begitu saja.

"Minum dulu, dehidrasi loh dari tadi ga minum" Chiko tiba-tiba duduk di samping Shani dan memberikan botol air minumnya.

"Eh makasih Chiko" Shani meraih botol itu lalu meminumnya sesuai dengan perintah Chiko.

"Panas banget ya hari ini"

"Iya, nih kamu juga minum dari tadi ga minum loh. Itu muka udah merah banget gitu" Shani mengulurkan botol minum itu pada Chiko.

"Hahaa iya ya aku sendiri lupa minum"

"Nah kebiasaan kan, merhatiin orang lain terus tapi lupa merhatiin diri sendiri" Shani menoleh pada Chiko, menatap wajah Chiko yang kini terlihat begitu merah. Tanpa sadar apa yang Chiko lakukan pada Shani saat ini adalah apa yang Shani lakukan pada Vino dulu. Ia memperhatikan Vino melebihi perhatiannya pada diri sendiri.

"Haha iya lupa maaf, kamu lagi ngapain diem disini?"

"Lagi liatin Aya sama Boby haha lucu mereka tuh"

"Lucu kenapa? Haha"

"Loh aku belum bilang kenapa lucunya ko udah ketawa aja?"

"Shan ah hahaha"

"Apa sih? Hahaha"

"Udah ah, kamu mau makan ga? Makan yuk"

"Iya ayo deh laper aku juga"

"Yuk" Chiko dengan sigap bangkit dan mengulurkan tangannya pada Shani, menggenggam tangannya sampai mereka menaiki tangga kapal.

Shani tersenyum melihat sikap Chiko, ia selalu suka cara Chiko memperlakukannya. Bagaimana cara Chiko menatapnya diam-diam lalu akan mengalihkan pandangannya ketika Shani sudah tau bahwa ia memperhatikannya. Shani suka bagaimana cara Chiko tersenyum padanya, dengan mata berbinar dan bibir yang ditarik dengan jelas, ketulusan benar-benar terlihat di wajah Chiko.

"Kamu mau aku masakin apa?" Chiko yang sudah berjalann ke Dapur langsung mengenakan apron di tubuhnya.

"Kan udah dimasakin Mbak Aisyah Ko haha"

Adu RayuWhere stories live. Discover now