PART 47

1.1K 119 51
                                    

Sebulan, Chiko hanya sibuk mengurus Mira yang masih mengurung diri di kamarnya. Perempuan itu hanya akan keluar untuk bekerja, lalu kembali mengunci dirinya di kamar, hal yang terus ia lakukan setiap harinya secara rutin. Keceriaan seolah hilang dari wajah Mira sejak saat itu. Chiko yang sudah terbiasa melihat tingkah absurd Mira kini merasa aneh sekaligus khawatir dengan perubahan sikap Mira. Tiap hari Chiko selalu berusaha menyapa Mira, tapi setiap hari juga Mira hanya menganggapinya dengan senyuman sekilas.

Sore ini Chiko berjalan di belakang Mira yang baru saja kembali dari kantornya. Ia sengaja memelankan langkahnya agar tak menyamai atau bahkan mendahului langkah Mira. Dari kejauhan Chiko hanya bisa menatap punggung Mira dan memperhatikan gerak-gerik perempuan itu. Satu tahun lebih mereka sering bersama, berbicara, bercanda, tertawa, dan beradu argumen yang kadang tidak terlalu penting. Namun itu yang membuat mereka semakin dekat.

Sebulan Chiko benar-benar merasa kehilangan Mira, ia mungkin bisa melihat Mira setiap hari, tapi tak lagi merasakan kehadiran Mira. Ia rindu Mira yang setiap hari mengganggunya, mendebat segala hal yang diucapkan Chiko dan merepotkan Chiko hampir setiap hari. Kadang memang rasa rindu itu akan benar-benar terasa saat seseorang itu pergi.

"Shit" Mira terlihat kesal sendiri ketika pintu kamarnya tidak bisa terbuka. Ia terus berusaha membukanya namun selalu gagal.

"Kenapa Mir?"

"Eh, ini ga bisa dibuka Ko mace kayanya"

"Coba permisi" Chiko akhirnya mencoba membuka kamar itu dan akhirnya terbuka.

"Makasih ya"

"Sama-sama, nanti gue telpon orang buat benerin deh emang agak macet ini"

"Oh ok, makasih ya. Ada kuliah tadi?"

"Iya ada kuliah, tumben ga lembur?"

"Iya engga, lagi agak santai kerjaannya"

"Oh gitu, Mir..."

"Ya?"

"Malem sibuk ga?"

"Engga sih, kenapa?"

"Dinner yuk? Ya sambil ngobrol aja lah, udah lama kita ga ngobrol"

"Hemmm gue sebenernya lagi males keluar"

"Dinner di kamar gue aja biar gue siapin, gimana?"

Mira terlihar berpikir sejenak, ia menoleh pada Chiko yang kini tengah menatapnya dengan penuh harap. Mira pada akhirnya lulu, ia menghela nafas lalu mengangguk sebagai tanda ia menerima tawaran Chiko. Sudah cukup lama juga memang Mira tidak berkomunikasi dengan baik bersama orang lain, mungkin memang sudah saatnya Mira kembali membuka diri kepada orang lain agar bisa mengembalikan kewarasannya.

"Jadi gimana?"

"Ok, boleh. Habis gue shalat isya aja ya biar tenang"

"Jam berapa isya tuh? Lupa sorry hehe"

"Jam setengah delapan haha, ok gue mandi dulu ya"

"Ok, see you Mir" Chiko tersenyum seraya melambaikan tangannya, ia kini bisa masuk ke kamarnya dengan perasaan yang lebih lega dari biasanya. Setidaknya hari ini Mira sudah mau berbicara padanya lebih banyak dari kemarin.

Setibanya di kamar, Chiko langsung melepaskan mantel dan membuka kulkas untuk mengecek persedian bahan makanan yang ada disana. Beruntung ia masih menyimpan beberapa potong daginng steak yang bisa ia masak dengan mudah, bahkan Mira selalu memuji steak buatan Chiko selama ini.

"Hallo Chik, kenapa?" Chiko yang sedang sibuk memasak steak kini menoleh ke layar ponselnya.

"Lagi ngapain sih Bang?"

Adu RayuWhere stories live. Discover now