PART 15

1K 122 154
                                    

Banyak hal di dunia ini yang sulit dimengerti dan dipahami, hal-hal aneh yang terkadang di luar nalar kita memang masih seringkali terjadi. Orang-orang akan berbicara jika hal itu begitu aneh, tak masuk nalar atau bahkan gila. Seperti Chika misalnya, apa yang ia lakukan benar-benar sudah di luar nalar teman-temannya sendiri. Setelah pertengkaran hebat dengan Ara saat itu, tak lama Chika tetap saja kembali bersama Ara. Perempuan itu tetap memperlakukan Ara sebagaimana kekasihnya, ia bahkan memohon maaf habis-habisan pada Ara atas kejadian saat itu. Begitupun Ara yang saat itu meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Janji yang sesungguhnya hanya diulang-ulang saja tanpa adanya pembuktian yang nyata.

"Sayang, tolong bukain dong aku haus"

"Oh iya ok, nih sayang"

"Makasih ya" Ara tersenyum pada Chika yang kini juga membalas senyumannya. Melihat sikap mereka sekarang seolah tidak pernah terjadi pertengkaran yang sangat memalukan saat itu.

Chika kini sedikit lega karena setelah beberapa bulan ini sikap Ara memang berubah. Ia tak lagi sering membentak Chika atau melakukan tindakan kasar secara fisik, ada sedikit harapan Chika bahwa kekasihnya itu bisa berubah sekarang.

"Sayang, nanti aku minggu depan mau pergi nginep boleh ga?"

"Sama siapa aja? Dimana? Emang kenapa harus pergi?" Tapi Ara tetaplah Ara, sisi posesifnya tetap saja menempel dalam diri lelaki itu.

"Sama temen-temen KKN, di tempat KKN waktu itu,  diundang sama kepala desa sekalian main aja"

"Harus?" Ara menoleh dan menatap Chika, tapi kini Chika membalas tatapan itu dengan tatapan yang begitu meneduhkan. Tatapan itu seolah meminta Ara untung mengingat janjinya.

"Hemm yaudah boleh asal jangan marah kalo disana aku sering hubungin kamu"

"Its ok, boleh ko" Chika mengangguk dan tersenyum lebar.

"Yaudah kalo gitu, dan aku juga pasti nanya nany ke Eli atau Tasya"

"Hemmm iya iya" Chika mengangguk, baginya hal seperti itu adah hal yang wajar dilakukan oleh Ara. Setidaknya kali ini Chika diizinkan untuk pergi.

Mobil Ara sudah berhenti di salah satu restoran sekaligus galeri seni yang berada di kawasan Dago Pakar. Ia langsung turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Chika.

"Makasih sayang" ucap Chika seraya tersenyum, jika tentang bersikap manis seperti itu Ara memang bisa melakukannya. Bahkan itulah yang pada akhirnya selalu bisa membuat Chika luluh lagi dan lagi.

"Udah lama ya kita ga kesini" Ara langsung merangkul Chika dan berjalan menuju pintu masuk restoran itu.

"Iya ya, enak disini dingin"

"Biar bisa dipeluk ya?"

"Itu mah kamu modus hahahah"

"Idih engga haha" Ara mengacak rambut Chika dengan lembut, selanjutnya ia menarik kursi dan mempersilakan Chika untuk duduk.

Jika orang lain melihat hal itu sudah pasti akan berpikir jika Ara adalah sosok lelaki idaman. Bagaimana tidak, Ara memiliki wajah yang cukup tampan, berada dan sikapnya benar-benar terlihat manis. Perempuan mana yang tidak mau diperlakukan semanis itu.

"Aku boleh makan apa nih?" Chika menyodorkan buku menunya, ia memilih untuk menyerahkan pilihan makanannya kepada Ara ketimbang harus berdebat hanya perkara makanan.

"Oh ok aku pilihin ya, kamu makan steak salmon aja ya?"

"Boleh" Chika mengangguk, padahal sedari tadi sudah membayangkan sirloin steak. Tapi kembali lagi, Chika lebih memilih mengalah dibandingkan harus berdebat panjang lebar dengan Ara.

Adu RayuWhere stories live. Discover now