PART 37

1.1K 117 76
                                    

Suara ombak terdengar cukup kencang, Vino berdiri di tepian pantai dengan papan selancarnya. Sejak berada di Bali memang banyak sekali hal yang Vino coba, termasuk belajar berselancar. Hal yang dulu tak pernah terpikir oleh Vino untuk melakukannya. Tapi ia sepertinya memang benar-benar ingin mengubah hidupnya yang dulu menjadi seorang yang gila kerja kini ia lebih menikmati hidupnya. Menjalankan hari-harinya dengan berbagai hal haru yang sedikit banyak mampu mengubah hidupnya.

"Maju Mas Vino, ombaknya udah datang itu"

"Ok Bli Ngurah" Vino langsung bersiap menghadapi ombak dengan surfing boardnya.

Berselancar bukanlah hal yang mudah, perlu keberanian dan ketangguhan saat kita dibuat terjatuh berkali-kali oleh ombak yang ada disana. Tak heran Vino perlu melatih dirinya hampir setiap hari hingga bisa berselancar seperti saat ini.

Tom Blake mengatakan bahwa Berselancar pada intinya memperkuat tidak hanya pengorbanan tetapi keberanian, insting, ketahanan, kesabaran dan ketekunan. Peselancar pro maupun amatir, atau lainnya telah melakukan kesenangan mereka yakni berselancar. Surfing menyadarkan Vino bahwa itu bukan hanya kesenangan bisa, kesenangan yang mereka peroleh dari surfing sangat banyak sehingga ia bahkan tidak menyadari pengorbanan yang telah ia lakukan dibaliknya, pengorbanannya menerjang ombak benar-benar larut seperti garam di air laut oleh kesenangan yang ia rasakan.

Tidak ada perasaan di lautan tetapi ada banyak hal yang bisa memenuhi kebutuhan Vino. Pada kenyataannya ia membutuhkan laut untuk belajar menjadi kuat, menyembuhkan, mengubah dan menyimpan energi posutuf yang menghasilkan kepuasan batin yang besar bagi dirinya sendiri.

Vino juga belajar banyak dari kegiatan surfingnya, bahwa seberapa banyakpun ia terjatuh maka ia harus tetap bangkit demi bisa bertahan hidup. Seberapa keras ombak menggulung tubuhnya, ia harus tetap bertahan agar tetap hidup. Kita harus siap kapanpun ombak akan meninggi lalu menghantam tubuh kita, mereka tak pernah kompromi, yang kita butuhkan adalah persiapan diri. Bukankah dalam kehidupanpun seperti itu? Kita tak pernah diberi ultimatum terhadap setiap cobaan yang akan kita hadapi, mereka seringkali datang tiba-tiba dan membuat kita terjatuh berkali-kali. Saat itu yang bisa kita lakukan hanyalah bertahan dan menguasai diri demi bisa tetap hidup.

"Wooooo, gila ombaknya gede banget Bli" teriak Vino ketika ia baru saja berhasil menaklukan ombak dengan surfing boardnya.

"Makin mantap sekali kamu Vino mainnya" Bli Ngurah mengacungkan jempolnya sebagai apresiasi atas permainan Vino yang semakin lihai.

"Siapa dulu lah gurunya"

"Nah itu haha ayo ke pinggir dulu, minum dulu lah kita" Bli ngurah segera menuju pinggir pantai dan disusul oleh Vino.

Sebutir kelapa kini sudah ada di tangan Vino, memang tak ada yang lebih menyegarkan daripada sebutir kelapa yang dinikmati setelah lelah menaklukan ombak di lautan. Vino meneguk habis air kelapa yang langsung menyegarkan tenggorokannya. Memang sedari tadi Vino berselancar seraya berteriak seolah ingin meluapkan rasa sesak yang masih menyisa di dadanya. Tak heran jika ia merasa tenggorokannya kering saat berada di pantai.

"Handuknya Kak, sama cuci muka dulu nih pake air mineral" Gracia menyodorkan handuk dan sebotol air mineral pada Vino.

"Eh makasih Gre, bentar tangan aku ribet lagi megang kelapa haha"

"Ck yaudah sini cuci muka dulu, nunduk kamunya" Vino mengangguk dan memegang kelapa dengan satu tangan saja. Ia membiarkan Gracia menyiramkan air ke wajahnya, bahkan tangan Gracia juga dengan lembut menggosok wajah Vino agar bersih setelah terkena air laut.

"Bentar keringin dulu" Gracia menyeka wajah Vino dengan handuk kecil yang ia bawa.

"Kamu kenapa baik banget sih Gre? Heran"

Adu RayuWhere stories live. Discover now