PART 42

1.6K 117 168
                                    

"Shani" Vino tertegun melihat Shani yang kini tersenyum kepada Vino dari atas kursi rodanya, tatapan perempuan itu mengingatkan Vino pada saat-saat dimana ia pertama kali jatuh cinta pada Shani. Dada Vino menghangat ketika ia mendapatkan senyuman dan tatapan hangat itu, perempuan yang bertahun-tahun selalu menguasai pikirannya kini membuat dirinya kembali luluh.

"Apa kabar?"

"Baik, kamu apa kabar? Kenapa kamu bisa masuk kesini?" Vino kini sadar jika yang kembali memasangkan seluruh foto ini adalah Shani.

"Hemmm, pertama kabar aku sangat baik" Shani menggenggam pegangan kursi rodanya dan perlahan kakinya mulai menapak ke lantai dengan penuh keyakinan. Beberapa detik ia bersiap hingga akhirnya ia berdiri, Vino secara refleks langsung berjalan mendekat dan bersiap menahan tubuh Shani. Tapi Shani justru ikut melangkah mendekat pada Vino yang kini hanya bisa berdiri mematung, ia benar-benar terharu melihat Shani bisa kembali berjalan dengan kakinya.

"Kedua, kamu ga pernah ganti kunci ini dan aku masih simpen kuncinya" Shani mengacungkan kunci itu tepat di depan wajah Vino.

Vino masih terdiam membeku, ia sudah menahan air matanya agar tak jauh saat itu. Tapi sia-sia, ia cepat-cepat membalik tubuhnya agar Shani tak bisa melihatnya menangis. Tangan Vino mulai sibuk menghapus air matanya, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan Shani. Upayanya untuk move on yang dilakukan oleh Vino selama bertahun-tahun seperti menjadi sia-sia saat kini Shani kembali padanya. Sejauh apapun ia pergi, ternyata dia dan Shani sudah seperti doa yang saling terikat.

"Mas Vino, jangan pernah pergi lagi" Tangis Vino benar-benar pecah ketika Shani memeluknya dari belakang. Pelukan yang benar-benar erat dan begitu hangat, seolah dengan pelukan ini Shani meminta agar Vino tak pergi lagi. 

"Aku salah Mas, aku salah udah berpaling dari kamu hanya karena kamu ga bisa menuhin ekspektasi aku. Aku salah udah narik orang yang ga bersalah dan ga tau apa-apa ke hubungan yang justru nyakitin dia. Aku udah bicara sama Chiko dan akhirnya kita sepakat buat akhirin hubungan kita berdua. Sekarang aku harus akui, aku memang pengen nikah, punya anak, punya keluarga yang bahagia, tapi cuma sama kamu" Shani ikut terisak di punggung Vino, sementara tangannya masih memeluk Vino dengan erat. Apa yang ia pendam selama ini akhirnya ia bisa ungkapkan pada Vino, tak ada gengsi yang dipikirkan oleh Shani hari ini. Ia sadar jika kini ia jatuh dan jatuh lagi pada Vino, ia sadar jika hanya dengan Vino ia bisa menyingkirkan segala keraguannya.

"Shani...." Vino membalik tubuhnya dan balas memeluk Shani dengan tak kalah erat, ia mendekap tubuh Shani lebih dekat lagi. Nafas mereka saling beradu, kini mereka bisa kembali merasakan detang jantung sama lain yang saling bersahutan. Tangis keduanya sama-sama pecah dan tak ada yang mampu menghentikannya.

"Mas, maafin aku Mas"

"Suuut engga, aku juga salah. Aku udah banyak sia-siain kamu selama ini, maafin aku Shan. Aku harus jujur kalo cuma kamu yang bisa buat aku jatuh cinta, sejauh apapun aku pergi, hati aku akan selalu jatuh ke kamu, semangat aku cuma kamu. Aku harus jujur, kesalahan terbesar aku adalah pernah nolak buat nikah sama kamu, aku bodoh. Aku sadar sekarang, kalo aku cuma pengen hidup sama kamu, Indira" Vino menahan wajah Shani dengan kedua tangannya, menatap mata coklat itu lamat-lamat dan senyuman kini terukir di bibir keduanya.

"Aku sayang kamu, Shani. Sampai kapanpun perasaan ini akan selalu sama dan ga akan pernah berubah"

"I love you, Mas Vino"  Shani tersenyum seraya menatap Vino dengan begitu dalam.

"I love you more, Indira"

Mata mereka saling menatap, wajah mereka semakin mendekat hingga mereka bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain. Shani sudah menutup matanya dan pasrah menunggu apa yang terjadi, tangan Vino dengan lembut menggenggam tangan Shani sesaat sebelum bibirnya mengecup lembut bibir Shani. Mereka berciuman dengan lembut seperti ciuman pertama mereka berdua belasan tahun lalu. Tangan Vino kini bergerak ke pinggang Shani dan memeluk Shani dengan erat, mulai hari ini ia tak pernah ingin lagi ada kata berpisah diantara dirinya dan juga Shani.

Adu RayuWhere stories live. Discover now