PART 35

1.1K 127 80
                                    

Vino sudah mengangkut kopernya ke mobil Dyo, dibantu Dyo dan juga Yoga akhirnya ia selesai merapikan semua barangnya. Yoga yang saat itu hadir bersama istrinya benar-benar bingung dengan kondisi yang ia hadapi saat ini, mau bagaimanapun Vino adalah sahabatnya sejak dulu. Ia tau keputusan Vino untuk berangkat hari ini meninggalkan segala kehidupannya di Jakarta bukan lain pasti karena rasa patah hatinya. Yoga sadar jika perpisahan Vino dan Shani menyisakan luka yang dalam baik bagi Vino ataupun Shani. Sepandai apapun Vino berpura-pura, luka itu tak pernah bisa hilang dari wajah tampannya.

"Sekarang langsung ke Bandara apa gimana Vin?" tanya Yoga.

"Kita ke makam nyokap gue dulu ya bentar"

"Oh ok" Yoga mengangguk, ia langsung mengemudikan mobilnya sesuai dengan maps yang sudah ditunjukan oleh Vino.

Hari ini Vino memang meminta sahabat-sahabatnya untuk mengantarnya, meskipun Bali adalah sebuah tempat yang dekat tapi entah kenapa bagi Dyo dan Yoga ini terasa begitu berat. Mereka seolah akan kehilangan sahabatnya itu, maka hari ini Yoga, Dyo dan pasangan mereka masing-masing akhirnya mengantarkan Vino dalam satu mobil yang sama. Menikmati momen-momen kebersamaan lewat saling balas mengejek dan cerita-cerita gila mereka semasa kuliah. Vino kini lebih banyak membongkar aib kedua sahabatnya itu di depan istri mereka, membuat Dyo menyentil telinga Vino dengan cukup keras hingga Vino mengaduh.

Senyuman terukir di bibir Vino, ia yang duduk di paling belakang kini menatap dua pasangan di depannya. Ia bahagia melihat Yoga dan Dyo akhirnya memiliki pasangan yang bisa menyempurnakan kehidupan mereka. Satu pelajaran yang Vino ambil adalah, menikah bukanlah sebuah beban saat dijalani bersama orang yang tepat di waktu yang tepat. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya ke kursi dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Tangan Vino membuka aplikasi whatsapp yang ada disana, mencari satu nama yang ia kenal dan dengan helaan nafas ia menghapus seluruh chat bersama Shani yang selama ini tetap ia jaga, bahkan kembali ia baca sesekali. Tapi kini akhirnya ia memberanikan diri untuk menghilangkan semua itu, bahkan Vino pada akhirnya memilih untuk menekan tulisan block pada kontak Shani. Orang bilang memblokir kontak mantan pasangan adalah hal yang kekanak-kanakan, padahal tak ada salahnya melakukan semua itu demi bisa menjaga kewarasan diri sendiri. Bagi Vino, apa yang ia lakukan adalah untuk menjaga perasaan semua pihak.

"Lu tunggu disini aja ya, gue sendiri aja"

"Beneran?"

"Iya, ga lama kok"

Vino turun dari mobil dengan membawa satu ikat bunga yang sudah ia siapkan sebagai 'hadiah' untuk Ibunya. Ia melangkah melewati satu persatu makam hingga berhenti di pusara Ibundanya. Ia tersenyum lalu berjongkok di hadapan pusara itu, tangannya mengusap lembut batu nisan sang Ibu. Beberapa menit hanya Vino lalui dengan diam, lalu ia menundukan kepalanya dan berdoa untuk sang Ibu. Tangan Vino perlahan mengusap matanya yang basah, kepalanya semakin menempel ke batu nisan. Doa itu ditutup dengan satu kecupan Vino di batu nisan.

"Bu, Vino izin pindah dari Jakarta ya. Mungkin Vino ga bisa sering kesini lagi, tapi doa Vino buat Ibu ga akan pernah putus. Bu, sekarang Vino udah tau siapa Ayah Vino, tapi bener kata Ibu mending Vino ga usah tau daripada akhirnya Vino harus benci sama orang. Tapi Bu, Allah selalu punya cerita di balik semuaya ya. Sekarang Vino punya Adik Bu, mereka sayang sama Vino sama kaya Ibu dulu sayang sama Vino. Sekarang Vino ngerasa punya rumah lagi buat pulang, mereka. Bu, Vino minta maaf ya Vino ga bisa penuhin janji buat ajak Shani kesini. Vino kalah Bu, Vino ga bisa sama Shani lagi" ucap Vino lirih, ia menghela nafas sebelum akhirnya ia pamit dan bangkit dari tempat itu.

"Vino pamit ya Bu, Vino sayang Ibu" Vino berdiri dan bersiap pergi, namun tanpa ia sangka Maruli ada di hadapannya. Mereka sama-sama terkejut, Maruli bahkan mengeratkan genggaman tangannya pada Bunga yang ia bawa.

Adu RayuWhere stories live. Discover now