PART 43

1.7K 121 112
                                    

Enam bulan berlalu, perut Chika kini sudah semakin membesar, malam ini ia tiba-tiba terbangun dari tidurnya, ia dengan cukup kencang mencengkram lengan Badrun yang sedang tertidur lelap. Merasa tangannya dicengkram dengan kencang Badrun akhirnya terbangun seraya mengaduh. Ia mendadak panik melihat wajah Chika yang pucat dan tiba-tiba mencengkramnya seperti itu, ia takut jika Chika tiba-tiba kesurupan.

"Sayang kamu kenapa? Nyebut Sayang nyebut"

"Nyebut apa emang kamu pikir aku kesurupan apa?"

"Ini kamu kenapa tiba-tiba cengkram tangan aku?"

"Aku mules Drun perut aku sakit banget!"

"Kamu mau poop? Yaudah tinggal ke kamar mandi ih"

"Bukan bodoh! Aku mau lahiran!"

"Ya Tuhan, ini beneran?" Badrun langsung bangkit dari tempat tidurnya dan ia mendadak panik sendiri.

"Ya beneran lah menurut kamu aja gimana?!" Chika benar-benar kesal sendiri pada suaminya.

"Ya ampun ini aku harus gimana?" Badrun yang kini hanya mengenakan kaos putih dan celana boxer hanya bisa berdiri dengan wajah bingungnya.

"Astaga Sayang, kamu cepet ganti baju sekarang terus bawa aku ke Rumah Sakit"

"Oh ok tunggu bentar" Badrun akhirnya cepat-cepat mengenakan celana panjang dan jaketnya. Ia dengan cepat menggendong Chika dan membawanya ke dalam mobil. Memang tak beres jika orang panik di saat nyawanya saja belum terkumpul.

"Astaga kunci mobil ketinggalan"

"Ya Tuhan Sayang" Chika sudah benar-benar kesal melihat suaminya, tapi Badrun langsung berlari ke rumah untuk membawa kunci mobilnya.

"Kita ke Rumah Sakit sekarang ya"

"Ya iya lah! Cepet!"

"Iya Sayang ini aku jalan nih, tenang Sayang yuk tarik nafas yuk relaks" Badrun mengelus perut Chika dengan lembut.

"Sayang aku telpon Mama aja ya?"

"Kamu telponin Kak Vino dong tolong Yang, jangan telpon Papa atau Mama kasian udah malem"

"Ok ini aku telpon Kak Vino ya"

Badrun meraih ponselnya dan segera menelpon Vino sesuai arahan Chika. Memang Vino lah yang sangat bisa diandalkan oleh Badrun dan juga Chika.

Sementara itu di tempat lain, Vino tengah menikmati malamnya bersama Shani. Di Aprtemennya yang lama tak ia tempati, Vino merebahkan tubuhnya di atas sofa dan Shani ikut berbaring nyaman di pelukan Vino. Setelah mereka resmi kembali menjalin hubungan maka otomatis Vino kembali ke Jakarta. Ia kini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Shani, seperti hari ini Vino dengan sabar menunggu Shani menyelesaikan pekerjaannya di Rumah Sakit, setelahnya ia menemani Shani makan sesuai dengan keinginan Shani. Mereka kini sama-sama berubah menjadi lebih baik. Shani lebih berani untuk mengatakan apa yang ia inginkan secara langsung kepada Vino. Begitupun Vino yang kini lebih peka dan lebih sering menghabiskan waktunya bersama Shani.

"Tadi gimana Sayang operasinya lancar?"

"Alhamdulillah lancar, aku degdegan tadi sebenernya. Udah lama banget aku ga ikut operasi kan, takut lupa haha"

"Haha tapi bisa kan, pinter lah pacar aku ini, jadi santai aja ya kan?"

"Hemmm aku harus banyak ngejar ketinggalan sih tapi sekarang, makasih ya tadi udah nungguin dan nemenin aku makan"

"Sama-sama By, santai aja. Kapanpun kamu butuh aku, bilang ya"

"Kamu berubah sekarang ya, in a good way kok tapi, aku suka" Shani mendongakan kepalanya dan tersenyum ke arah Vino. Siapa yang tahan mendapat senyuman seperti itu dari seorang Shani? Tak ada.

Adu RayuWhere stories live. Discover now