PART 9

1K 128 193
                                    

Shani berdiri di atas kapal yang membawanya mengarungi lautan di wilayah Taman Nasional Komodo itu. Matanya menatap lamat-lamat lautan yang berwarna biru itu, pemandangan yang sangat indah ditambah dengan hamparan bukit yang berwarna kecoklatan itu. Tidak salah memang Taman Nasional Komodo disebut dengan Jurassic Parknya Indonesia. Suasana disana benar-benar seolah membawa kita pada jutaan tahun lalu dimana bumi masih dikuasai bangsa dinosaurus. Kawasan ini benar-benar terlihat indah dan menakjubkan, seandainya saja orang yang datang kesana benar-benar menikmatinya.

Tapi bagi Shani, suasana hatinya saat ini benar-benar terasa hambar. Ia hanya menatap kosong pemandangan indah di depannya itu. Ada perasaan yang sulit ia ungkapkan sekarang, perasaan rindu pada seseorang yang kini mungkin sedang berada di tempat sepi. Shani rindu bersandar di bahunya, tenggalam dalam diam. Saling mengerti setiap asa tanpa perlu berkata-kata. Shani rindu tatapan mata itu, tatapan yang selalu membuat Shani merasa menjadi orang paling beruntung di dunia.

"Sayang"

"Ya?" Suara Vino membuyarkan lamunan Shani.

"Kamu kenapa ngelamun terus?"

"Engga ko, mabuk laut mungkin ya" Shani beralasan, padahal ia tidak mabuk laut sama sekali.

"Yaudah kamu istirahat aja, mau masuk ke cabin aja? Tidur disana dulu"

"Kamu mau kemana?"

"Aku masih ada kerjaan ini, nanti aku turun di pulau rinca kamu istirahat aja gapapa"

"Aku temenin aja dulu"

"Yaudah kalo gitu, liat deh project disini nanti tuh gini....." Vino langsung memperlihatkan laptopnya pada Shani dan menunjukan setiap projectnya.

Shani seperti biasa tidak pernah tega mematahkan semangat Vino yang sedang berapi seperti sekarang. Ia terlihat fokus memperhatikan Vino bercerita dengan semangat, meskipun Shani tidak paham dunia Vino tapi ia selalu berusaha menanggapinya. Tapi kini hati Shani benar-benar terganggu, kenangan bersama Chiko di Wae Rebo benar-benar merasuki pikirannya sekarang. Kenangan itu terlalu manis untuk Shani buang begitu saja.

"Vin, aku susah turunnya" Shani melirik Vino yang sudah turun begitu saja dari kapal sementara Shani masih berada di atas kapal. Lelaki itu lupa mengulurkan tangannya untuk menahan Shani.

"Eh iya lupa, ayo turun"

"Udah bisa" Shani yang sudah malas akhirnya turun dengan dibantu ABK.

"Haha jagoan pacar aku" Vino dengan tanpa dosa mengacak rambut Shani, ia menganggap sikap Shani itu adalah sebuah pancapaian.

Shani hanya bisa menghela nafas, ia tersenyum getir ketika menatap Vino yang kini mulai disibukan oleh pekerjaannya. Pulau Rinca adalah salah satu tempat impian Shani, tempat yang begitu ia ingin datangi. Shani memang sering memimpikannya bersama Vino ada di tempat ini, berdua menikmati keindahan tanah Flores, saling bermesraan dan melupakan segala beban. Sekedar pelukan hangat dan ciuman mesra mungkin akan menghilangkan seluruh penat pekerjaan mereka. Tentang drama sikit-sikutan di pekerjaan, drama kawan kantor yang menyebalkan, semuanya akan lenyap ketika mereka berdua bisa saling berpelukan dan berbahagia di tempat indah ini. Itulah bayangan Shani saat itu, bayangan yang jelas tidak pernah sama dengan kenyataan yang ia rasakan sekarang.

Shani memang kini berada di tempat impiannya, bersama laki-laki yang juga ia mimpikan untuk bisa menemaninya. Tapi kenyataan yang terjadi tidak sama dengan apa yang ia bayangkan. Di tempat ini Shani hanya menjadi penonton Vino yang sibuk mengerjakan segala pekerjaannya. Bukan, Shani bukan ingin menghalangi kesuksesan Vino apalagi menghalangi Vino menggapi masa depannya. Ia hanya menginginkan Vino sedikit saja menyishkan waktu untuknya. Untuk sekedar berbincang dan berbagi, untuk sekedar berpelukan dan hanyut dalam obrolan.

Adu RayuWhere stories live. Discover now