Part 28

1.1K 127 149
                                    

Hari ini Vino bersama Gracia mengantar Chika menuju Bandara, perempuan itu akan kembali ke Bandung setelah waktu liburannya di Labuan Bajo usai. Ada kekakuan yang tercipta diantara Vino dan Chika saat ini, keduanya lebih banyak diam dan tak lagi sedekat biasanya. Kini seolah ada sekat yang menghalangi kedua orang itu, bahkan Vino kini lebih memilih berjalan di depan Chika. Memang tidak mudah bagi Vino untuk bisa menerima informasi yang disampaikan Chika kemarin, tak mudah baginya untuk menerima kenyataan saat perempuan yang sangat ia cintai telah memilih untuk melabuhkan hatinya.

"Kak Vino, aku pamit ya"

"Iya Chika, hati-hati ya. Nanti kabarin kalo udah sampai ya"

"Iya Kak, makasih ya udah ngajak aku liburan kesini"

"Sama-sama Chik"

"Kak"

"Ya?"

"Jangan sedih-sedih lagi, please. Aku ga tenang ninggalin Kak Vino kalo sedih kaya gini"

"Its ok Chik, aku gapapa kok"

"Jangan pura-pura terus, Kak"

"Udah gapapa kok, ga usah dipikirin ya" Vino mengacak lembut rambut Chika seraya tersenyum, padahal sudah jelas senyuman Vino itu benar-benar dipaksakan.

"Kak Vino baik-baik ya disini, kalo Kak Vino ga kuat aku tunggu Kak Vino pulang. Jangan sendirian disini" Chika memeluk Vino dengan sangat erat, ia membenamkan wajahnya di dada Vino. Ada rasa takut yang benar-benar terlihat di raut wajah Chika saat harus berpisah dengan Vino.

"Iya, kamu juga baik-baik ya disana"

"Kak Gre, aku mau ngomong sebentar" Chika langsung menarik tangan Gracia, ia membawa Gracia sedikit menjauh dari Vino.

Dari kejauhan Vino menatap Chika yang kini tengah menggenggam tangan Gracia, sepertinya ada hal sangat penting yang disampaikan oleh Chika pada Gracia. Bahkan sebelumnya Vino tak pernah melihat Chika bisa berbicara seserius sekarang. Entah apa yang dibicarakan antara dua perempuan yang semula berlagak seperti tengah bersaing ini, pada akhirnya keduanya saling berpelukan dengan sangat erat. Pelukan yang akhirnya melepaskan Chika untuk kembali ke rumahnya, pelukan yang menjadi simbol perjanjian antara Chika dengan Gracia dan hanya mereka berdua yang tau.

"Yuk" ucap Gracia seraya mengulurkan tangannya pada Vino.

"Iya" Vino mengangguk dan berjalan begitu saja ke mobilnya, mengabaikan uluran tangan Gracia untuknya. Gracia hanya bisa menghela nafas, tapi ia sudah tahu dari dulu jika mencintai Vino bukanlah hal yang mudah.

****

Hari demi hari berganti, banyak hal terjadi di kolong langit tanpa pernah kita duga hal tersebut bisa benar-benar terjadi. Seperti DPR yang terus menunda disahkannya RUU PKS, tak masuk ke dalam nalar seyogyanya seorang manusia. Tapi itulah adanya, segala peristiwa yang terjadi di kolong langit terkadang tak bisa kita terka-terka oleh nalar kita, atapun manusia pada umumnya.

Sama halnya seperti Shani, ia tidak pernah menyangka jika pertemuan sederhana dengan Chiko di Bandara akan berlanjut hingga Chiko melamarnya. Sejak dulu Shani tak pernah berminat menjalin hubungan dengan laki-laki yang usianya berada di bawahnya, tapi saat ini Shani justru akan bertunangan dengan seorang lelaki yang jelas lebih muda dengannya. Itulah saat Tuhan meminta semesta bekerja, apa yang tak pernah terpikirkan oleh seseorang bisa terjadi begitu saja.

"Deeeeek, lu yakin mau tunangan?" tanya Yoga seraya menatap Shani yang tengah membaca buku.

"Hemm? Kok nanya lagi sih Mas?"

"Ya nanya aja, yakin?"

"Ya kalo ga yakin ngapain juga aku ngeiyain, kenapa sih? Kan udah clear loh masalah aku sama Chiko beda agama bukan masalah"

Adu RayuWhere stories live. Discover now