PART 29

1.2K 131 127
                                    

"Berhenti pukulin Kak Vino, dia itu Kakak kamu, Kakak aku, Kakaknya Christy! Aku mohon, udah" Chika menyentuh lembut tangan Chiko dan membuka kepalan tangan Chiko yang kini mulai melemah setelah mendengar apa yang Chika ucapkan.

Chiko berdiri mematung, kepalan tangannya kini terlepas setelah Chika menyentuh tangannya dengan lembut. Tatapan Chiko benar-benar penuh kebingungan, ia menatap Chika dan Vino bergantian. Sementara Vino kini benar-benar tak tau apa maksud dari ucapan Chika, ia masih terlihat duduk lemas di lantai dengan beberapa bagian wajahnya yang berdarah karena pukulan Chiko. Apa yang diucapkan Chika barusan benar-benar sulit dicerna oleh keluarganya dan juga Vino. Tapi ada dua orang yang terlihat terkejut dibandingkan bingung, mereka adalah orang tua Chika. Wajah Ibunda dari Chika itu benar-benar terlihat terkejut sekaligus cemas, ia tak menyangka akan mendapatkan informasi ini.

"Maksud kamu apa?" Chiko mendekat pada Chika dan menatapnya dengan penuh tanya, ia menuntut Chika untuk menjawab pertanyaannya.

"Kak Vino, Kakak kita Ko" Air mata Chika mengalir begitu saja.

"Bagaimana bisa? Kamu tau gue anak pertama Chik"

"Mama, aku mohon Mama bilang semuanya. Mama jelasin apa yang Mama pendem selama ini sendirian, dan aku harus kasih tau Mama kalo anak yang selama ini Mama cari itu sekarang udah ketemu. Dia Kak Vino, orang yang udah aku kenalin ke Mama kemarin"

Mama Chika hanya terdiam, wajahnya kini berubah menjadi nelangsa. Air mata mulai membasahi matanya dan turun ke pipi, beban pikiran dan perasaan bersalahnya selama ini, kini pecah seketika saat melihat wajah Vino.

"Mama bilang Ma, selama ini Mama selalu diem dan nurut sama Papa. Mama cape kan mendem semuanya sendiri? Bilang Ma ayo" Chika terus menarik tangan Mamanya dan memohon agar Mamanya berbicara. Tapi sang Mama kini hanya terisak, ia tak mampu berkata-kata, bahkan tangan dan kakinya benar-benar terasa lemas.

"Chika! Apa maksud kamu? Jangan aneh-aneh!" Suara sang Papa tiba-tiba mengeras.

"Aneh-aneh apa Pah? Mau sampai kapan Papa tutupin semuanya? Papa selama ini ga pernah tau kan kalo Mama sering banget nangis saat tau semua rahasia Papa?"

"Rahasia apa? Kamu ini sembarangan! Kalian tau anak saya cuma kalian!"

"Pah! cukup Pah, cukup Papa nutupin semuanya dengan sikap bijak Papa yang dibuat-buat. Papa ga pernah bijak sama sekali Pah"

"Jaga bicara kamu Nak!"

"Ga bisa Pah, aku capek selama ini selalu lihat Mama nangis, lihat Mama sedih tiap malem saat Mama tau kalo Papa masih simpen foto perempuan lain di kamar. Gimana rasanya jadi Mama yang harus hidup bertahun-tahun bareng orang yang ternyata ga pernah cinta sama Mama. Jelasin Pah, apa aku sebagai anak harus terima hal itu terus?" Tangis Chika pecah, untuk pertama kali ia benar-benar berani menentang sang Papa, menatap tajam orang yang selalu ia hormati selama ini.

"Chika! Kelewatan kamu!" Sang Papa sudah mengangkat tangannya dan bersiap menampar Chika. Tapi Mama Chika dengan cepat menahan tangan suaminya itu dan melindungi anak tengah yang diam-diam ternyata menjadi orang yang sangat memahaminya.

"Tidak seharusnya kamu bersikap ini sama Chika, anak yang berjasa besar karena sudah menemukan seorang anak yang seharusnya menjadi tanggung jawab kamu selama ini" Ucap sang Mama dengan suara yang bergetar.

"Mah, ada apa sebenernya Mah? Kenapa Mama ga pernah cerita sama Saya?" Chiko mendekat dan meminta Mamanya untuk menjelaskan, tapi yang ia temui hanya tangisan.

"Chika, ada apa sebenernya? Kenapa ga ada yang pernah cerita sama Saya?" Chiko benar-benar terlihat gelisah saat ia sadar dirinya tak tahu rahasia besar yang disembunyikan orang tua dan saudara kembarnya itu.

Adu RayuWhere stories live. Discover now