PART 14

1.2K 124 127
                                    

Vino menghela nafasnya ketika ia tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya. Sedari sore ia memang langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, lalu terbangun saat jam menunjukan pukul 20.00. Sangat menyebalkan memang terbangun di jam-jam seperti ini, dimana kesempatan untuk overthinking terbuka dengan sangat lebar. Vino bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi, ia membasuh wajahnya dengan air dan menatap wajahnya itu di cermin. Sialnya bayangan kebersamaan bersama Shani saat mereka masih bersama seolah terputar dalam cermin itu. Seperti pertunjukan opera yang membahagiakan namun terasa sakit di dada Vino. Kebiasaan Shani memperhatikan Vino menyikag gigi dan mencuci muka agar bisa benar-benar bersih kini terbayang jelas oleh Vino.

Vino kini benar-benar dihantui perasaan yang tidak jelas, perasaan bersah, menyesal dan rindu akan kehadiran Shani bercampur menjadi satu. Biasanya Vino akan mengusap wajahnya dan berharap hal itu dapat membantunya melupakan setiap kedegilan pikirannya. Tapi sia-sia, pikiran itu seolah sudah menempel jelas dalam kepala Vino.

Sebotol beer Vino keluarkan dari kulkas, ia membawanya ke balkon Apartemen yang menghadap ke gedung-gedung tinggi lainnya. Dari lantai 27 itu Vino bisa menyaksikan bagaimana mobil-mobil masih berlalu lalang di jalanan Sudirman, juga lampu-lampu yang sudah menyala dan berperang melawan gelapnya malam.

Vino meneguk beer yang ia genggam di tangannya, matanya kini menatap kosong ke jalanan yang ada di bawah. Manusia memang kerap kali sulit untuk melawan rasa sesal yang ia rasakan, manusia kerap kali sulit untuk bisa menerima kenyataan tentang kepergiaan seseorang. Seperti Vino saat ini, teguk demi teguk beer yang ia minum ternyata tak merubah apapun. Pikiran Vino masih sama berantakannya, rasa sesal masih bersarang di hatinya.

Vino Tanaka Persada 20.30
Hai Shan, apa kabar? Udah tidur belum? Aku pengen telpon kamu, bisa ga?

Sekuat apapun melawan, Vino akhirnya lemah juga, ia mengirimkan pesan kepada Shani dan berharap Shani bisa membalasnya dengan cepat seperti biasanya, dalam hitungan menit biasanya Shani akan langsung membalas. Tapi tiga puluh menit berlalu masih tidak ada balasan dari Shani. Vino kini benar-benar merasakan bagaiman rasanya terabaikan.

Masih dengan pakaian kerja yang ia kenakan sedari pagi, Vino kini berjalan keluar menuju mobilnya yang terparkir. Ia tak tahan lagi berada di kamarnya yang penuh kenangan bersama Shani, pun pesannya pada Shani belum dibalas sampai sekarang. Mungkin setidaknya berkeliling Jakarta dengan mobilnya bisa sedikit mengikis rasa galau yang Vino rasakan.

SUV milik Vino sudah meninggalkan area Apartemen, mobil itu mulai menyusuri jalanan Sudirman yang ternyata masih saja ramai di jam seperti ini. Hari jumat malam menuju sabtu memang sering dimanfaatkan orang-orang untuk melepas penat, toh besoknya sebagian dari mereka tidak memiliki aktifitas kantor. Sehingga hiburan malam di Senopati sudah mulai dipenuhi orang-orang yang seharian penat bekerja. Tapi Vino kini lebih memilih untuk menyusuri jalanan Jakarta dengan mobilnya.

Oh, there you are
Sittin' still all stripes and lonely
Hidin', wishin', waitin'
While I'm, here I am
Standin' still stare at you only
Everythin' gets blurry

All I want is just to stay
You can't shake me, I would never dare
Let go
Through the talkin' and the walkin'
I will give you all my lovin'

Start countin' all the days
Forever I will stay with you
With you, one only you
Go far and roam about
Comeback and callin' out to me
To me, one only me

Sebuah lagu dari Pamungkas tiba-tiba terputar di salah satu stasiun radio yang menemani perjalanan Vino sedari tadi. Suasana galau Vino seolah didukung secara penuh, setiap alunan nada dan juga lirik lagunya benar-benar menyiksa Vino habis-habisan. Vino bahkan sampai membuka jendela mobil dan menyalakan rokoknya. Berkali-kali ia melirik tempat duduk di sampingnya yang kosong. Ia benar-benar rindu perempuan yang dulu seringkali tertidur di kursi itu karena lelah dan bosan setelah Vino sibuk menelpok klien sepanjang jalan.

Adu RayuWhere stories live. Discover now