SKYSONE - 16

1.3K 230 35
                                    

"Bagus Seungwan-ah, bagus sekali!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bagus Seungwan-ah, bagus sekali!"

Son Jaehan tidak berhenti memuji kinerja putri bungsunya setelah membaca laporan dari Sekretaris Ahn tadi. Ia menutup dokumen tersebut, Jaehan menatap putrinya dengan binar kagum yang tidak kunjung meluntur.

Semenjak perusahaan di ambil alih oleh Wendy, angka saham yang tadinya berada di bawah itu terus bergerak naik. Tentu saja hal tersebut membuat para jajaran direksi yang sebelumnya meremehkan kemampuan Wendy itu kini menutup mulut.

Namun, sebagai bayaran karena keberhasilan itu, Wendy menjadi wanita yang memiliki kantung mata yang begitu menghitam, sudah seperti panda. Jadilah, wanita itu hanya tersenyum tipis ketika sang ayah tidak berhenti memujinya, ia hanya lelah dan ingin pulang sekarang. Membayar hutang tidur yang menumpuk tanpa ada gangguan.

"Apa ada yang kau inginkan sekarang?" Tanya Jaehan tanpa melunturkan ekspresi bahagia yang masih kentara itu.

Mereka -Renjun dan Wendy- saat ini sedang berada di ruang keluarga kediaman orang tua Wendy. Ini akhir pekan, setidaknya ia bisa lepas dari tumpukan kertas yang tidak kunjung berhenti itu.

Wendy tersenyum, "Aku sedang tidak membutuhkan apapun, ayah."

Jaehan tidak menyerah, pandangan pria tua itu kini beralih pada Renjun. "Renjun-ah, nanti tanya ibumu nanti jika membutuhkan sesuatu bisa bilang pada kakek."

Anak kecil itu tersenyum lebar, menunjukkan gigi kelincinya yang terawat dengan rapi. "Baiklah, kakek."

Jaehan dan Renjun tertawa. Interaksi keduanya memang semakin banyak dan kian mengerat setelah Renjum sering berkunjung kesana. Bahkan tak jarang, Renjun dan Jaehan bepergian berdua tanpa ada gangguan dari Mirae -istri Jaehan- itu. Pasangan kakek dan cucu itu benar-benar hanya menikmati waktu berkualitas mereka berdua.

"Jika tidak ada yang di bicarakan lagi, boleh aku pulang sekarang?" Wendy mengalihkan atensi ketiga manusia disana.

Mirae meletakkan cangkir mewah itu ke meja, menatap putri bungsunya yang sudah seperti mayat hidup. Mungkin Jaehan tidak menyadari, tapi sebagai ibu Mirae sangat mengerti bagaimana lelahnya seorang Wendy. Mengurus perusahaan, belum lagi mengurus rumah dan anak.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Mirae dengan raut khawatir.

Wendy sedikit menguap kemudian mengangguk.

"Aku baik-baik saja."

Wanita paruh baya di samping Wendy itu meremat bahu Wendy. "Setidaknya istirahatlah dulu disini."

"Ibumu benar, tidurlah di kamarmu."

Wendy menggeleng, "Aku harus membersihkan apartemenku."

Mirae meringis, putrinya ini memang jiplakannya sekali. Sejauh apapun jarak yang memisahkan mereka dengan rumah, tidak bisa di pungkiri juga bahwasannya pikiran mereka akan tetap tertuju pada keadaan rumah. Seperti di kejar oleh waktu untuk segera membersihkannya.

SKYSONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang