"Aku mau ke Kafe."
Chanyeol menatap Wendy lekat. Perasaan khawatir dan penasaran masih menyelimuti dirinya. Semalam, Chanyeol hampir tidak tidur karena menemani Wendy yang terus mengeluh mual, berakhir dengan ia muntah-muntah tidak jelas. Wanita itu bahkan sampai menangis karena tidak kunjung mengeluarkan makanan yang ada di dalam perutnya.
"Kau yakin? Tidak di rumah saja?"
Wendy menggeleng, "Aku bosan di rumah sendirian."
"Kan ada Renjun.."
"Tetap saja sepi.."
Chanyeol yang melihat hal itu tersenyum, tidak sampai hati jika melihat raut Wendy yang sangat memancarkan kebosanan itu. Memang, setelah memutuskan untuk tidak bekerja, Wendy tidak pernah keluar kecuali bersama Chanyeol. Wanita itu juga belum sempat mengunjungi orang tuanya lagi.
Chanyeol mengusap kepala Wendy, "Baiklah, kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya." Ujar Chanyeol, Wendy mengangguk patuh.
"Ayah, ayo cepat! Aku bisa terlambat ke sekolah!" Pekik Renjun yang sudah ada di dalam mobil lebih dulu.
"Iya-iya, sebentar." Chanyeol tersenyum, kemudian mencium kening Wendy lama.
"Aku berangkat dulu."
"Iya, hati-hati kalian."
Usai Chanyeol dan Renjun sudah pergi. Wendy kemudian membereskan meja makan yang sedikit berantakan itu. Tak lama kemudian, ia segera berganti baju untuk pergi menuju Kafenya. Ah, walau Wendy sering menyempatkan diri untuk sekadar mampir sesaat, tetap saja rasanya sudah lama sekali.
Wendy memilih untuk mengenakan celana jins dengan atasan baju rajut yang dibalut oleh mantel berwarna beige. Ia harus tetap hangat walau musim dingin belum memunculkan batang hidungnya.
Seperti dulu, Wendy memilih untuk menggunakan transportasi umum berupa bus menuju Kafenya. Wendy tidak punya supir, dan ia sedang malas berkendara sendiri. Jadilah wanita itu kini sudah berada di dalam kursi bus, memandangi sepanjang jalanan sekitar yang penuh oleh guguran daun berwarna kuning dan oranye.
"Sejeong-ie!!" Pekik Wendy riang begitu melihat Sejeong yang sedang sibuk membersihkan kaca Kafe seorang diri.
"Unnie!" Teriak Sejeong tak kalah riang saat melihat pemilik Kafe tempat ia bekerja itu datang. Mereka berpelukan di depan Kafe untuk beberapa saat.
"Bagaimana kabarmu? Sudah lebih baik? Ah, kenapa kau tidak bilang mau kesini?! Tahu begitu aku akan menyiapkan sambutan yang lebih baik alih-alih sedang bebersih seperti sekarang." Sejeong berceloteh tanpa henti, perempuan yang lebih muda dua tahun dari Wendy itu memang sangat periang dan perhatian.
"Ey, seperti ke siapa saja."
"Ayo masuk, kau bisa membeku jika terus di luar." Ujar Sejeong kemudian menuntun Wendy untuk masuk ke dalam Kafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYSONE
Fanfiction[✔] Setiap wanita pasti selalu mengharapkan kehidupan pernikahan yang semulus nirmala. Tapi, bagaimana jika takdir berkata lain? Di usianya yang masih muda, Wendy sudah dititipkan sebuah amanah hidup tanpa adanya junjungan dari seorang adam. Semua p...