SKYSONE - 15

1.3K 212 31
                                    

Gedung apartemen tempat Wendy tinggal adalah pemukiman yang selalu sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gedung apartemen tempat Wendy tinggal adalah pemukiman yang selalu sunyi. Terdiri atas dua puluh lantai, dan hanya dengan empat unit pintu di setiap lantai membuat para penghuni disana sangat jarang bersosialisasi.

Sejak pindah kesini, Wendy bahkan belum pernah bertatap muka dengan mereka semua. Mengetuk satu persatu pintu untuk memberi kue beras juga percuma karena tidak ada satu pun yang membukanya.

Selain itu, suasana koridor yang selalu sepi itu mungkin agak terlihat menakutkan jika ia pulang terlalu larut. Tapi hari ini, melihat bagaimana sepinya koridor dan sekitar mereka, mungkin ia harus bersyukur karena hal itu.

Tepat di depan pintu unitnya, ia dan Yoongi tengah berdiri saling berhadapan. Setelah menjemput Renjun dan berlanjut makan siang bersama di restoran yang tak jauh dari sana, Yoongi menyarankan Wendy agar langsung pulang. Dan wanita itu menurut tanpa menolak.

"Tolong hiraukan saja ucapan putraku tadi."

Min Yoongi menghela napas lelah, "Bisa kita bicara saja di dalam?"

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi." Tolak Wendy cepat.

"Tapi ada yang perlu ku bicarakan padamu."

Min Yoongi tersenyum, perlahan tangan laki-laki itu terangkat untuk mengusap kepala Wendy. Banyak yang perlu Yoongi bicarakan pada wanita di hadapannya ini, entah dalam lingkup pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Dan, ada maksud lain yang ingin Yoongi utarakan.

"Sepuluh menit."

"Baiklah."

Mereka berdua lalu masuk ke dalam unit apartemen tersebut. Ini kali pertama Yoongi berkunjung kesana. Sejak pindah kesini, Wendy selalu menolak memberikan alamat barunya pada Yoongi. Wendy tidak ingin kembali terikat dengan Yoongi selain dalam lingkungan pekerjaan.

"Seungwan-ah.."

"Jika yang ingin kau bicarakan masih sama seperti dulu, maka aku akan menjawab dengan jawaban yang sama pula."

Min Yoongi menggeleng, mengambil pergelangan tangan Wendy. Mengusapnya perlahan.

"Apa alasannya? Kenapa aku tidak bisa kembali?"

Wendy menoleh, "Kau sudah punya tunangan, Min Yoongi. Berhentilah berpura-pura bodoh."

Wendy menarik tangannya. Menatap kemana pun asal tidak menatap laki-laki di sampingnya. Atmosfer di ruangan keluarga itu begitu tidak nyaman untuk Wendy. Ia ingin segera mengakhiri pembicaraan yang memiliki pembahasan akhir yang selalu sama; Yoongi ingin kembali.

"Aku bisa membatalkan pertunangannya jika hal itu bisa membuatmu kembali padaku." Yakin Yoongi pada Wendy.

Namun, Wendy tetap bersikukuh menolak. Wanita itu menggeleng, "Tidak perlu."

"Aku ingin tahu, apa alasanmu tidak bisa menerimaku lagi?" Tanya Yoongi putus asa.

"Kau sudah tahu jawabannya; status kita tidak sepadan. Apa perlu ku ingatkan lagi kalau aku hanyalah seorang ibu tunggal beranak satu? Apa yang kau harapkan dariku?" Wendy menoleh, membiarkan tatapan itu menetap pada netra yang seperti bulan sabit milik Yoongi.

SKYSONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang