P.s. part ini menggunakan sudut pandang Renjun.
Selamat membaca ~
Hai, lama tidak bersua.
Terakhir kali aku menyapa, sepertinya adalah saat berlangsungnya acara makan malam resmi bersama kolega-kolega kakek. Dan, wow, ternyata itu sudah lama sekali, ya.
Bagaimana kabar kalian? Merindukan kami tidak?
Ah, maaf. Sepertinya virus terlalu percaya diri milik Ayahku sudah menular pada anak-anaknya.
Omong-omong tentang Ayah, aku jadi ingat awal bagaimana pertemuan pertama kami dulu. Aku akan sedikit memberi kilas baliknya, jadi tolong disimak baik-baik.
Hari itu, diusiaku yang baru lima tahun, aku sudah berani pulang sekolah seorang diri dengan berjalan kaki. Saat itu, aku hendak menuju Kafe ibuku. Aku memang rutin pulang ke sana, kemudian baru pulang ke apartemen setelah ibu sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Namun, langkah kakiku terhenti karena pandanganku terpaku pada sebuah dompet coklat yang tergeletak begitu saja di trotoar. Menyisir pandangan ke sekitar, ternyata hanya ada seorang pria berbadan tegap dengan pakaian formal yang hendak masuk ke dalam mobil.
Aku mengambil dompet coklat tersebut dengan tergesa.
"Paman! Dompetmu jatuh!" Aku berteriak, memanggil pria yang kurasa merupakan pemilik dari dompet ini. Karena hanya dia yang ada di sekitar trotoar sepi itu.
Namun naas, saat itu mobil besarnya sudah berjalan lebih dulu. Ia berkendara dengan cepat. Langkah kaki kecilku tidak mungkin dapat mengejarnya. Akhirnya, aku memutuskan untuk menyimpan dompet tersebut ke dalam tas.
Kembali melanjutkan perjalanan menuju Kafe ibuku sambil bersenandung kecil. Dalam pikiranku, aku sibuk membayangkan roti isi nutella buatan ibuku. Aku selalu menyukai setiap makanan yang dibuat oleh ibu. Tapi roti isi tumpahan nutella itu mempunyai tempat spesial di hatiku.
Sayangnya, ibu tidak selalu mengizinkanku untuk mengonsumsi roti tersebut. Beliau selalu bilang, kalau roti isi itu bisa membawa banyak kuman yang dapat membuat lubang pada gigiku.
Ah, aku tahu itu hanya akal-akalan ibu saja.
Ibu hanya tidak mau rugi karena aku selalu mengambilnya tanpa membayar. Tapi, hari ini aku akan membelinya! Bagaimana caranya aku bisa membeli padahal ibu belum pernah memberiku uang saku?
Jadi, aku akan meminjam beberapa won dari dompet milik paman yang kutemui tadi, dan berjanji akan membayarnya jika sudah sukses nanti. Semoga saja paman itu tidak akan marah padaku. Aku hanya meminjam, bukan mencuri. Tolong ingatkan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYSONE
Fanfiction[✔] Setiap wanita pasti selalu mengharapkan kehidupan pernikahan yang semulus nirmala. Tapi, bagaimana jika takdir berkata lain? Di usianya yang masih muda, Wendy sudah dititipkan sebuah amanah hidup tanpa adanya junjungan dari seorang adam. Semua p...