SKYSONE - 10

1.4K 238 27
                                    

Malam semakin melarut, namun kantuk masih enggan untuk menjemput walau waktu sudah melewati tengah malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam semakin melarut, namun kantuk masih enggan untuk menjemput walau waktu sudah melewati tengah malam. Matanya terus menatap pemandangan kota di malam hari dari ketinggian lantai dua puluh satu. Salju tipis masih setia berjatuhan ke bumi, membuat suhu disana semakin mendingin ketika malam tiba. Kedua kaki itu terlipat, di dekap oleh kedua tangannya. Saling membagi kehangatan.

Awal tahun baru sudah berlalu dua hari yang lalu, hal itu menghadirkan banyak pemikiran baru yang hadir dalam otak Wendy. Salah satu dari yang paling mendominasi adalah; kenapa ia merasa Chanyeol tengah mencoba mendekatinya?

Wendy menggelengkan kepala sambil membuang pikiran itu, karena hal tersebut tidak mungkin sekali terjadi.

Ayo sadarkan dirimu, Son Seungwan.

Namun beberapa kali, ia mencoba mengusir pemikiran itu, namun tetap saja ia merasa kalah. Wendy menghela napas kemudian menyandarkan kepala di atas kedua lututnya tanpa mengalihkan pandangan ke luar sana. Mengingat betapa banyak kejadian aneh dalam pertemuan singkat mereka selama ini.

Wendy tersenyum kecil, ia sampai lupa kapan terakhir kali ia bisa tersenyum hanya karena mengingat momen bersama laki-laki lain, selain Yoongi. Atau mungkin lebih tepatnya, ia memang tidak pernah tersenyum selain pada Yoongi dulu.

Sesaat kemudian, Wendy kembali di buat berpikir. Bagaimana jika suatu hari nanti ia harus menelan air liurnya sendiri? Bagaimana jika di masa depan nanti, justru Wendy yang akan mencoba mendekati Chanyeol?

Wendy bangkit dari posisinya, menepuk-nepuk kedua pipinya itu sambil terus mencubitinya. "Tidak! Tidak boleh! Tidak mungkin! Aku pasti sudah gila!"

"Ibu.. aku ingin tidur. Tolong jangan berisik." Ujar Renjun dengan suaranya yang terendap oleh selimut.

Wendy lupa bahwasannya ia masih berada di kamar Renjun. Anak itu masih takut untuk tidur sendiri di kamar besarnya, dan meminta Wendy untuk menemaninya sampai ia telah pulas. Wanita itu tertawa kecil, menghampiri Renjun kemudian mengusak pelan rambut anaknya.

"Maaf, kalau begitu ibu sudah boleh ke kamar kan?"

Renjun mengangguk tanpa membuka matanya. Sebelum keluar, Wendy sempat mendaratkan kecupan hangat pada kening Renjun.

"Selamat malam, ibu mencintaimu."

-

Pagi hari seorang Park Chanyeol selalu sepi. Rumah besar nan mewah itu hanya terisi oleh dirinya sendiri, walau setiap pagi ada bibi yang bekerja namun tetap saja rasanya tetap hampa.

Sambil bertelanjang dada dan bersenandung kecil, langkah kaki itu membawanya ke ruang walk in closet pribadi. Memilih kemeja yang akan ia pakai untuk memulai hari. Tak lupa, ia menyesuaikan pakaian yang ia kenakan dengan dasinya agar penampilannya sesuai.

Laki-laki itu berkaca pada cermin tinggi yang menampilkan penuh pantulan dirinya. Setelah melilitkan dasinya di kerah, Chanyeol merapihkan tata letak jas hitam itu agar lebih pas dengan proporsi tubuhnya. Tubuh laki-laki itu berbalik menghadap meja di belakangnya, mengambil salah satu koleksi jam tangan mahalnya untuk ia kenakan sebagai aksesoris pelengkap.

SKYSONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang