Seoul, 10:15 AM
Suasana kafe yang merangkap toko roti itu selalu ramai, seperti biasa. Orang-orang dari berbagai usia dan profesi itu selalu tidak pernah absen untuk tidak pernah hadir disana. Memuji rasa makanan dan minuman yang mereka pesan dan tersajikan di meja oleh para pelayan. Suatu keadaan yang selalu membuat pemiliknya tersenyum puas.
Son Seungwan, atau yang akrab disapa dengan nama Wendy itu tersenyum di balik meja kasir. Senyumnya semakin merekah ketika lonceng di atas pintu tersebut berbunyi, disusul dengan suara panggilan dari anak laki-laki yang baru datang dengan seragam sekolah dan tasnya yang menempel di punggung.
"Ibu!" Panggilnya pada wanita itu.
Ia menghampiri sang anak, ikut menjajarkan tingginya agar setara dengan sang putra.
"Renjun-ah, kau sudah pulang?"
Anak kecil itu mengangguk sambil mengunjukkan gigi kelincinya. "Iya, apa aku boleh memesan satu roti cokelat untukku?"
Alis sang Ibu bertaut, sambil tersenyum gemas ia menjawil hidung Renjun lalu bertanya. "Lalu kau akan membayarnya dengan apa?"
"Dengan ini!" Ujarnya sambil menunjukkan sebuah dompet coklat yang sedang ia genggam erat. Wendy melihat apa yang anaknya genggam pun, lantas membulatkan matanya, ia lantas menggendong putranya menuju sebuah ruangan khusus di lantai dua.
"Kau mendapatkan ini darimana?" Tanya Wendy.
Anak kecil itu terlihat sedikit ketakutan akan tatapan mata sang Ibu yang membelalak. Menyadari hal itu, Wendy pun berusaha tenang, dan tangannya mengusap pelan kepala Renjun.
"Renjun-ah, kau mendapatkan dompet ini dimana?"
Renjun menunduk lesu. Wajah jiplakan Wendy yang begitu mendominasi itu kini memberengut. Bibir Renjun juga ikut mencuat ke depan, sebuah tanda bahwa ia benar-benar ketakutan.
"Jawab saja, ibu tidak akan memarahimu jika kau berkata dengan jujur."
"Kau mencurinya?" Tanya Wendy lagi.
Renjun kemudian menggeleng frantik. Kedua tangan mungil itu juga bergerak di depan tubuhnya, menolak pertanyaan sang Ibu.
"Tidak bu, aku tidak mencurinya."
"Lalu?"
"Ada seorang paman yang menjatuhkannya di jalan tadi. Aku sudah memanggilnya untuk mengembalikan dompet itu, tapi pamannya sudah pergi lebih dulu dengan mobilnya." Jelas Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYSONE
Fanfiction[✔] Setiap wanita pasti selalu mengharapkan kehidupan pernikahan yang semulus nirmala. Tapi, bagaimana jika takdir berkata lain? Di usianya yang masih muda, Wendy sudah dititipkan sebuah amanah hidup tanpa adanya junjungan dari seorang adam. Semua p...