Empat Puluh Satu

291 33 22
                                    

Taehyung menolak keras untuk pulang. Bahkan sampai Jungkook dan Taeyong datang, mereka hampir berkelahi dengan Taehyung.

Pria mabuk itu terus menolak ajakan pulang, bahkan sampai mengancam akan membunuh saudara dan temannya itu. Hahh ... Walau sedang mabuk, ternyata Taehyung masih sama saja menyusahkan. Malah lebih menyusahkan lagi.

Lily tidak tahu apa alasan Taehyung sampai dia benci untuk pulang, tapi Taeyong sampai mengatakan agar saudaranya tidak perlu dipulangkan dulu. Taeyong ingin saudaranya menginap di sebuah hotel, tapi Lily sempat berkomentar.

"Taehyung lagi mabuk. Kalo dia nginep di hotel sendirian, siapa yang jagain?"

Oh, gadis itu sedang mengkhawatirkan Taehyung.

Sampai Taeyong mengulang pemikirannya lagi. Apa yang Lily katakan benar, karena tidak mungkin bagi Taeyong tidak pulang ke rumah. Dia harus berada di rumah untuk menenangkan kekacauan rumah yang ditinggal oleh saudaranya.

Di tengah Taehyung yang sudah teler (pingsan), mereka bertiga --- Taeyong, Lily, Jungkook -- terus berpikir. Seperti musyawarah. Hingga dengan beraninya Lily mengeluarkan pendapat yang cukup mengkhawatirkan.

"Gimana kalo Taehyung nginep rumah gue? di rumah ortu lagi nggak ada, Abang gue jug ---"

"Nggak."

Dan tentu saja Jungkook yang menolak. Kenapa gadis itu bisa berpikiran dangkal, sih? Terlalu polos atau terlalu bodoh, ya?

Naif sekali.

Lily dan Jungkook sempat berdebat kecil, sampai musyawarah untuk mufakat berhasil dicapai. Dan final-nya, Taehyung akan menginap di rumah Jungkook.

Bayangkan rasanya satu atap dengan teman, tapi juga berasa musuh. Rasanya itu ... Pasti angjim banget. Astagfirullah ...

Jika ditanya tentang pendapat orang tua Jungkook, mereka adalah orang tua yang friendly. Orang tua berasa teman sendiri pada teman anaknya. Walau mereka sempat terkejut dengan kedatangan Taehyung yang mabuk, tapi Jungkook punya mulut kebohongan yang lancar. Dasar anak durhaka.

Sampai malam yang panjang sudah berganti pagi yang canggung. Sekarang hari minggu.

Di tengah acara makan, di meja makan dapur rumah Jungkook, semua keluarga termasuk tamu rumah mereka makan bersama.

Rasanya canggung saat Jungkook harus duduk di sebelah teman rasa musuh. Dan ini juga rasanya canggung bagi Taehyung yang numpang makan di rumah musuh rasa teman. Iya, sok teman nih si Jungkook.

Wah, kampret.

"Taehyung ini teman Jungkook, ya?"

Bias suara lembut, tentu saja milik ratu rumah. Ibunda Jungkook.

Taehyung mengangguk canggung untuk menjawab. Mulutnya berasa berat untuk mengatakan 'iya'. Bagaimana bisa bilang 'iya', kalau hati saja menolak keras.

Angjim! Taehyung mengumpat dalam batin. Siapa orang yang dengan bangsatnya menaruh dia yang mabuk di rumah Jungkook?!

"Jadi ini teman baik kamu yang sering diceritain ke Bunda, Kook?"

Sang Bunda menatap anaknya yang duduk di kursi depan, kemudian tersenyum pada Taehyung yang ada di sebelah kanan anaknya. Sedangkan kepala keluarga duduk di sudut meja sembari sibuk dengan ponsel genggam. Sampai terdengarlah suara ponsel itu, dan Sang Ayah berdiri.

"Ayah terima telpon Bos dulu ya, Bun," pamitnya, kemudian pergi ke teras rumah. Sekalian cari udara segar.

Sang ratu keluarga mengangguk. Dipikir-pikir ... Ayah Jungkook ini bukannya terlalu jujur pada istrinya? Terima telepon dari Bos saja bilang-bilang.

My Boyfriend ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang