18. Negoisasi

106 11 1
                                    

Denting menarik napas memusatkan semua pikiran agar bisa tenang. Ketenangan harus didapatkan untuk menghadapi penguasa negeri ini. Cukuplah sudah ketegangan menguasai dirinya ketika berhadapan dengan Arsakana. Dia bukan rakyat yang memiliki kesalahan tapi seseorang yang diinginkan Arsakana tanpa pernah memberi kesempatan Denting untuk memilih.

Bukankah selama ini Denting berapa kali berhasil bernegosiasi dengan beberapa saudagar kaya mewakili keluarga Partha dalam usaha kain. Tidak salah bukan dia mencoba melakukan negoisasi dengan Arsanaka walau dengan kasus yang berbeda tapi kali ini menyangkut masa depan dirinya.

Denting melangkah ke depan perlahan menghindari dekapan Arsakana.

"Maafkan hamba Yang Mulia, tidak elok jika Yang Mulia harus berdekatan dengan hamba yang tidak memiliki keistimewaan ini". Arsakana merasakan gerakan perlahan tapi pasti dari Denting, perkataan Denting tadi mengingatkan dirinya untuk menahan diri karena mereka belum memiliki ikatan dan tidak seharusnya seorang yang tahu tata krama bersikap seperti ini. Arsakana tertampar ada perasaan malu yang menjalar di hatinya.

"Jangan salah mengerti Denting. Aku menghindari dirimu untuk berteriak akan kedatangan Ku. Maksud Ku kesini untuk mengingatkan bahwa mulai sekarang kamu harus waspada".

"Maksud Yang Mulia Paduka?". Arsakana memundurkan tubuhnya ketika mendengar Denting menyebut 'Paduka' suatu panggilan yang jarang digunakan para pejabat tinggi dan bangsawan atas. Denting sengaja menggunakannya untuk menegaskan kalo dirinya hanya kalangan rakyat biasa yang tidak mampu menjangkau seorang Raja.

"Karena ada yang mengetahui Aku menginginkan mu". Arsakana menjawab dingin.

"Partha sudah mengetahui hal ini tapi kesalahpahaman yang terjadi akan segera hamba luruskan"

"Aku meragukan itu". Arsakana menahan nada tinggi dalam suaranya. Hatinya terbakar ketika nama Partha di sebutkan Denting dengan nada lembut. Di sisi lain Denting mulai tahu siapa yang memberitahu Partha ihwal keterlibatan dirinya dalam hubungan Partha dan Kemuning. Hanya seseorang yang memiliki kekuasaan kuat dan keinginan besar untuk memiliki dirinya yang sudi mengerahkan kemampuan untuk menyelidiki hubungannya dan Partha.

"Hamba begitu tersanjung Paduka Raja Muda menginginkan diri hamba yang tidak memiliki keistimewaan ini tapi sayang sekali pengorbanan yang akan terjadi tidak sebanding dengan kebahagiaan Yang Mulia dapatkan". Kali ini Denting berkata jujur apa yang didapatkan Arsakana jika bersanding dengan dirinya sama sekali tidak ada.

Keluarganya tidak memiliki kekuasaan lebih. Ayahnya hanya pejabat tingkat tiga yang memiliki jabatan cukup baik di tingkat wilayah. Hal ini bukan suatu yang bisa dibanggakan bagi kalangan bangsawan atas. Keluarga Denting sebagian petani, peternak atau memiliki usaha biasa bukan saudagar kaya raya. Dia juga bukan berasal dari kalangan Ksatria yang  bisa menambah kekuasaan Arsakana.

Justru Arsakana akan menambah daftar pekerjaan jika bersanding dengan Denting. Dia harus memasukkan keluarga Denting sebagai pion tidak tersentuh bagi yang ingin menjatuhkan Arsakana. Sungguh dirinya tidak habis pikir bagaimana Arsakana begitu menginginkan dirinya.

"Aku yang memiliki perasaan untuk menentukan apakah bahagia atau tidak. Tugasmu cukup menanti sampai semua telah Ku siapkan. Bersabarlah masa itu akan datang untuk sekarang jaga dirimu baik-baik". Arsakana mengangkat lembut tangan Denting sebelum gadis itu tersadar dan menarik diri. Sebuah gelang emas berukiran huruf A yang dihiasi ukiran bunga melati kecil di kiri kanan huruf  telah tersemat di pergelangan Denting.

"Pengingat dirimu jika sudah memiliki kekasih dan Aku akan melindungi dirimu dan keluarga mu mulai detik ini.

" Aku sudah memiliki kekasih. Anda benar sekalii Paduka Raja. Terima kasih telah mengingatkan diriku". Denting menahan geram dalam nada suaranya. Arsakana lah yang telah membawa keluarganya dalam situasi tidak aman ini  tapi Raja Muda itu berkata seakan dia telah menanamkan budi baik untuk melindungi keluarga Denting. Semua tidak akan terjadi jika Arsakana tetap bersama Naningga.

"Kau tahu kita berdua memiliki kesamaan. Memilih siapa pendamping untuk diri kita sendiri bukan orang lain yang memilih dan akan melakukan segala cara untuk memiliki dirinya. Aku yakin kau tahu apa yang Ku maksud calon istri Ku". Arsakana tersenyum miring seakan mengejek Denting yang bersikap polos.

Denting memalingkan wajah kearah lain menutup pias wajahnya. Perkataan Arsakana menohok hatinya. Dia memang memilih Partha karena hatinya tertambat pada sahabat kecilnya tapi Denting tidak merasakan kesalahan besar dilakukan oleh dirinya karena hubungan Partha dan Kemuning tidak berjalan mulus dari awal.

"Kau tahu seharusnya Partha sudah memiliki rencana lain tapi sayang kau merusaknya".

"Aku hanya memberitahu lebih awal daripada Partha berharap banyak dan hancur jika apa yang direncanakan tidak berjalan lancar terlebih itu melibatkan hubungan politik".

"Bukan kah itu urusan Partha bukan urusan mu jika apa yang dia rencanakan tidak berjalan mulus. Kau tidak bisa meramal masa depan,Denting tapi kau bisa menerka jika rencana itu berjalan lancar maka harapan mu untuk bersama Partha hanya harapan semu". Denting menarik tangan yang masih dalam genggaman lembut Arsakana. Situasi canggung yang membuat emosi Denting bergejolak.

Gadis itu menegakkan tubuhnya, menatap tajam ke arah Arsakana. Sosok polos yang biasa diliput ketegangan ketika berhadapan dengan Raja Muda itu telah berganti rupa. Arsakana mulai melihat inilah kesan pertama dari gadis itu. Kelembutan dan sifat malu laksana kelinci kecil yang penurut hanya di khususkan buat Partha. Wajah tegas itu bukan milik gadis kecil yang polos tapi milik seorang Ksatria wanita muda yang pandai memainkan peran dalam situasi kalau bukan laporan dari pengawal kepercayaannya Treos. Sulit bagi Arsakana menerima kenyataan kalo keluarga Denting bukan turunan Ksatria wanita.

"Aku memilih jalan hidup Ku sendiri Yang Mulia Paduka lebih baik Aku berusaha daripada harus menyerah pada nasib. Apa yang terjadi dalam hubungan Partha dan kekasihnya yang dulu itu menandakan hubungan mereka memang tidak akan bersatu dalam takdir jika telah digariskan bersama apapun rintangan yang terjadi tidak akan menghancurkan hubungan mereka". Arsakana tertawa geli dalam hati bahkan gadis itu tidak ingin menyebut nama Kemuning.

"Kau  cerdik Denting..." . Arsakana menghentikan perkataan sebelum dia sedikit menunduk dan berbisik di telinganya Denting.

"Apa yang kau katakan tadi mewakili isi hati Ku. Aku juga memilih jalan hidup untuk pendamping yang Ku inginkan ternyata kita memang ditakdirkan bersama". Denting refleks menghindar dari bisikan Arsakana.

"Kau.. ". Denting tak sadar melupakan panggilan untuk seorang Raja jika hal itu dilakukan diluar kamarnya saat ini tidak ada yang bisa memastikan dia selamat tapi keadaan saat ini bukan seorang Raja dan Rakyat tapi pria terhadap wanita. Alih-alih marah dengan panggilan geram Denting , Arsakana justru tertawa pelan.

"Ya Aku wahai sang calon istri. Tidur lah hari sudah malam usahakan bermimpi dengan Ku karena kau tahu bukan hal mudah untuk menjumpai calon suami mu sekarang". Usai mengatakan itu Arsakana melompat ringan ke arah pohon depan rumah Denting. Gerakannya cepat dan gesit. Sungguh dia bukan Raja biasa.

Denting menutup segera jendela kamarnya. Hatinya berkecamuk apakah dia harus tersanjung seorang Raja menyelinap demi menemuinya atau harus marah karena pria Mulia itu membawa masalah besar untuk keluarganya.

Malam begitu panjang kali ini bagi Denting. Ini bukan perkara biasa, Dia harus cepat menyusun rencana dan Denting tahu mulai malam ini akan ada pengawal rahasia di sekitar kediamannya sesuai perkataan Arsakana lalu.

Arsana tiba di kamarnya diikuti Tristan dan Treos yang berlalu setelah mengawalinya. Tiara hari ini bertugas di sekitar kediaman Denting. Sebuah tugas yang Arsakana tahu tidak disukai Tiara sebagai pengawal kepercayaan seorang Raja mendapat tugas menjaga gadis yang belum pasti akan menjadi pendamping Raja tentu bukan hal yang diinginkan Tiara tapi Arsakana tahu Tiara tetap akan melaksanakan dengan baik karena kepercayaan trio Bakuda dapat diandalkan.

Seorang gadis yang bisa bersiasat, bela diri, pandai negoisasi dan biasa menjalankan usaha bukan kandidat buruk untuk seorang permaisuri. Di istana yang penuh intrik kemampuan bersiasat salah satu yang harus dimiliki, kemampuan menjalankan usaha bisa digunakan Arsakana untuk berdiskusi mengenai perdagangan dan ditambah penolakan gadis itu membuat jiwa Arsakana tertantang. Dia menyukai tantangan dan begitu bersemangat untuk menaklukannya. Dia memang gadis menarik. Arsakana tersenyum sebuah wajah yang jarang ditampilkan akhir- akhir ini.

Malam begitu indah bagi Arsakana. Tantangan kali ini akan menjadi kemenangan pribadi untuk dirinya bukan kemenangan yang selalu dipersembahkan bagi kemakmuran istana dan rakyatnya tapi akan menjadi miliknya sendiri.

Wanita Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang