7. Perjumpaan

144 13 0
                                    

Denting berjalan tergesa keluar dari balai latihan Sang Raja Muda melewati beberapa penjaga yang diam tanpa gerak.

"Kemana Partha, Bukan kah dia berjanji akan mendampingi ku? Seorang ksatria apalagi kekasih pantang ingkar janji," batin Denting.

Denting terdiam baru tersadar ini kali pertama memasuki istana. Bagi dia semua jalan tampak sama. Pintu keluar tak ditemukan oleh Denting. Apakah dia harus bertanya pada beberapa dayang yang lewat atau kepada prajurit.

"Aku akan mengantarmu" Denting menoleh salah satu kembar sudah berdiri disampingnya.

"Partha kemana?"

"Aku tidak tahu "

"Kamu pasti tahu, katakan tolong".

"Raja hanya menitahkan untuk mendampingi mu sampai tiba dirumah"

Denting membelalak mata. Ini sangat berlebihan. Apa yang ada dalam pikiran Arsakana. Dengan langkah berat Denting mengikuti pengawal sang Raja, kemana kah Partha. Ada seribu pertanyaan yang ingin Denting ajukan.

..........................................................................

Cahaya mentari pagi menyeruak dari jendela kamar tampak malu-malu belum menampakkan kegarangan sinarnya. Masih terlalu pagi untuk bersinar terik.

Denting telah selesai mandi dan akan menuju ruangan makan keluarga untuk sarapan ketika pintu kamarnya terbuka. Wajah Ibunda tampak begitu khawatir.

"Denting ada pengawal istana menjemput mu. Sebaiknya kamu segera menyiapkan diri untuk menghadap langsung"

Denting dan Ibundanya menuju ke halaman. Beberapa pengawal tampak berbincang dengan Ayahanda Denting.

"Denting, Pengawal kerajaan dititahkan Yang Mulia untuk menjemput mu. Ada yang ingin Raja sampaikan secara langsung"

Ayahanda berkata dengan menekankan nada dalam setiap kata mungkin beliau sama herannya dengan Denting tapi sebagai rakyat mereka hanya bisa patuh.

Denting memasuki kereta Kerajaan. Ada rasa yang tidak bisa diterjemahkan. Apa maksud Arsakana. Mengapa kehormatan begitu besar diberikan, Apakah begitu penting Partha bagi Sang Raja.

Denting telah tiba di istana dan sedang menuju ruangan Kerja Sang Raja yang terletak didalam balai latihan. Ruangan kerja tidak resmi yang biasa digunakan juga untuk Raja berdiskusi dengan orang kepercayaannya

Arsakana menatap Denting yang memberi hormat dengan kikuk.

"Kau sudah sarapan? Sepertinya belum silakan makan sup ini. Baik untuk kesehatan dan jangan menolak"

Arsakana berlalu dari hadapan Denting. Sungguh situasi yang canggung. Setelah Denting menghabiskan sarapan dengan lahap. Arsakana kembali hadir.

"Kau tahu kenapa Aku memanggil mu kemari?"

"Maaf, Hamba belum mengetahui Yang Mulia".

"Aku mengutus Partha untuk melatih keamanan wilayah Pangeran Bairu". Untuk berapa lama dia akan tinggal di sana"

"Maaf, Yang Mulia. Berapa lama kah Partha akan tinggal disana?"

Arsakana kembali menahan emosi. Begini kah rasa cemburu.

"Kamu tahu, pekerjaan Partha bukan urusan kamu"

"Iya, Yang Mulia. Maafkan atas kelancangan hamba"

Kalau bukan urusan Ku kenapa mesti disampaikan. Denting menggerutu kesal, Dia merasa dipermainkan.

"Hari ini Aku akan menemani Naningga, Calon permaisuri pilihan Ibunda Prasmewari untuk berjalan-jalan menyusuri sungai Arjernih. Kami akan menggunakan kuda, Aku menginginkan Kamu mendampingi dia. Naningga belum terlatih menggunakan kudanya".

Wanita Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang