15. Arsakana

104 14 0
                                    

Dia memacu kudanya dengan cepat berharap bisa menyelesaikan hal yang telah Ku mulai. Tidak kah dia paham siapa yang menginginkan dia, beberapa Kerajaan yang ingin Ku taklukan pun telah Ku lakukan. Berapa Raja dan rakyat yang akhirnya takluk pada diriku. Jadi kenapa menaklukan hati seorang gadis menjadi hal yang sulit bagi Ku.

Aku berlalu dari kediaman Denting, setiba di Istana trio Bakuda Ku perintahkan untuk mengejar gadis pilihan Ku itu. Bukan untuk mencegat langkahnya tapi memastikan apa yang telah Ku lakukan apakah mencapai hasil maksimal. Apalagi perjalanan yang dilakukan sendirian oleh seorang gadis cukup berbahaya. Aku perlu melindungi dirinya.

Hari ini beberapa pejabat Istana dari lima wilayah datang mengantar dokumen yang harus Ku periksa. Aku memerintahkan agar dibawah keruangan kerja Ku yang sering di sebut ruangan pualam.

"Salam Yang Mulia, Ibunda Prasmewari sedang berada disini untuk mengunjungi Yang Mulia".

"Aku sedang memeriksa beberapa laporan". Pengawal itu terdiam, Aku tahu dia tidak ada pilihan menolak titah Ibunda untuk memanggil Ku dan tanpa disebutkan Aku sudah tahu alasan Ibu Ku mengunjungi di ruangan kerja ini karena tidak biasa terjadi. Aku berdiri dan berjalan diikuti pengawal ruangan ini.

"Ah, anak Ku. Ibundamu baru masuk tapi kau sudah keluar dari ruangan mu".

"Iya Ibunda lebih menyenangkan berbicara di taman di depan ruangan daripada di ruangan kerja Ku".

"Hmmmmm bukankah dalam ruangan kerjamu ada taman pualam? ". Aku tersentak mendengar perkataan Ibunda.

" Taman pualam?"

"Ya.. Bisakah kita bicara disana? ". Aku menganggukkan kepala bagaimana pun sulit bagi Ku menolak permintaan Ibunda Ku. Kami melewati koridor yang dihiasi berbagai lukisan dan dari ekor mata Ku bisa melihat ekspresi takjub Ibunda. Ruangan kerja ini jarang dimasukin Ibu Ku.

" Apa hubungan mu dengan Denting? ". Tanpa basa-basi Ibunda Prasmewari mencerca Ku. Tatapan tajam itu seakan menusuk mata Ku.

"Aku mencintai Denting".

"Cintaaa?? Heeeeh.. Bagaimana bisa kau bilang cinta. Memangnya berapa lama kau mengenal dia? Baru seumur jagung".

" Seumur jagung saja Aku sudah jatuh cinta. Bagaimana seumur hidup ya, Yang Mulia Ibunda".

"Kau akan mencampakkan".

" Aku takut justru semakin menggila. Aku merebut dia dari kekasih sendiri dan memilih dia sebagai Ratu Ku".

"Ratu? Dia hanya akan menjadi selir. Tidak lebih".

" Aku yang akan menikah dan itu pilihan Ku".

"Kau...!! Bukan kah kau tahu siapa Naningga".

" Tentu saja Aku tahu. Dia adalah Putra kesayangan Tuan Harsa yang merupakan salah satu donatur keuangan Kerajaan ini dengan memberi sumbangan besar pada kerajaan kita tapi ingatlah Ibunda. Berapa banyak kemudahan dalam pembebasan tanah strategis, kemudahan akses perdagangan yang dilakukan, keringanan pajak, penempatan berapa orang dari keluarga mereka dalam pion penting pemerintahan sehingga melancarkan semua usaha Tuan Harsa. Itu juga karena mereka masih dalam garis keturunanmu. Timbal balik yang menguntungkan".

"Berani sekali kau bicara seperti ini".

" Aku memenuhi semua keinginan mu. Sedari kecil Aku belajar dengan giat, menempa diri dengan keras agar layak menjadi penerus kerajaan ini. Kau menyerahkan Ku pada guru terlatih dan Aku membalas dengan memberi nilai terbaik. Ayahanda sangat puas pada kecerdasan Ku dan pada usia Aku sekarang kau memilih calon Ratu tanpa persetujuan dari diriku. Aku hanya ingin menghabiskan hidup pada orang yang Ku pilih ".

" Dia akan menjadi selir mu".

"Aku menginginkan dia menjadi Ratu dan melahirkan keturunan untuk kerajaan ini".

"Denting bukan siapa-siapa. Pernikahan kalian tidak mendatangkan manfaat bagi kerajaan ini".

" Dia akan menjadi Ratu dan keluarga Denting akan menjadi keluarga kerajaan tanpa Denting sebagai Raja pun Aku telah jauh memberi manfaat. Apalagi yang diminta Rakyat Ku. Kemakmuran, perdamaian, kekayaan, keamanan. Mereka telah mendapatkan yang diinginkan oleh rakyat kerajaan. Apakah Aku harus mematuhi kriteria Ratu yang Rakyat Ku inginkan? . Aku yang akan menikah, Aku yang akan menjalani kehidupan ini, Aku yang akan menghabiskan waktu dengan orang yang Ku sukai bukan rakyat Ku. Tidak akan Ku jadikan selir".

"Kau sangat keras kepala Arsakana".

"Sama sepertimu Yang Mulia Prasmewari. Kau begitu keras kepala menyodorkan seorang Naningga yang tidak Ku pilih sebagai istri. Dia cantik dimata mu dan semua orang tapi Aku yang menjalani kehidupan bukan kalian. Maafkan Anakmu, Yang Mulia Prasmewari sedikit pun Aku tidak akan merubah keputusan".

Ibunda Ku berdiri dengan geram dan berlalu dari ruangan. Apalagi yang akan dia lakukan. Aku harus mengutus salah satu dari trio Bakuda untuk mengawasi Ibunda ketika mereka tidak bisa menekan Aku tentu saja mereka akan menekan orang yang Ku pilih. Penolakan Denting bisa menjadi alasan untuk menggugurkan dia sebagai calon Ratu.

Cinta memang tidak bisa ditebak kemana arahnya. Denting yang mencintai Partha dan Aku yang mencintai dia. Aku tahu Denting melakukan apa saja untuk mendapatkan Partha dan Aku pun bersikap sama. Dia memang gadis menarik dan Aku begitu tertarik.

Selama ini dia bersikap patuh, tunduk bahkan tidak berani menatap Ku. Tentu saja dia masih menghormati Ku sebagai Raja tapi Aku menginginkan dia memandang Ku sebagai lelaki yang di inginkan.

Wanita Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang