19. Siasat

127 11 0
                                    

Pangeran Bairu menatap Raja Teratai yang duduk berseberangan dengan dirinya. Sebuah meja kayu jati berbentuk persegi memisahkan dirinya dan Raja Teratai. Sesekali kening Raja Teratai yang sedang membaca surat dari Kerajaan Arsakana berkerut lalu kembali menampilkan ekspresi biasa. Raja Teratai berusia 50an ke atas. Dia menggunakan pakaian dari tenunan sutra halus. Sebuah mahkota menghiasi rambut yang sudah menampakkan uban.

Sebuah surat penawaran untuk masuk dalam wilayah Kerajaan Arsakana diantar oleh Pangeran Bairu. Raja Teratai menatap Pangeran Bairu. Anak muda tampan yang terkenal flamboyan jika dia memiliki kesetiaan seperti Ayahanda Arsakana tentu Raja Teratai akan meminta Arsakana untuk meminang putri Kemuning.

Pangeran Bairu meninggalkan Kerajaan Teratai dengan langkah penuh percaya diri. Bukan pekerjaan sulit kali ini diberikan oleh Arsakana, semudah menjentikkan jari. Kerajaan Teratai hanya kerajaan kecil mereka membutuhkan perlindungan Kerajaan sebesar kerajan Arsakana.

Kerajaan Teratai dipisahkan sungai Lentera dengan Kerajaan Arsanaka. Sungai yang membatasi kedua Kerajaan dihubungkan oleh jembatan dengan pengawalan berbeda yang menunjukkan kekuasaan masing-masing Kerajaan. Gerbang melewati sungai Lentera di Kerajaan Arsakana begitu kokoh dengan hiasan lambang Kerajaan Arsakana yang Megah sedangkan Kerajaan Teratai memiliki gerbang sederhana dengan pengawalan terbatas.

Kerajaan Teratai dulunya Kerajaan makmur mereka memiliki penghasilan utama dari penjualan kayu jati dan kayu ulin berkualitas tinggi. Sayangnya mereka hanya mengharapkan sumber daya dari alam tanpa pengelolaan yang baik ketika persediaan menipis maka ekonomi masyarakat terkena imbasnya.

Raja Teratai baru menerapkan perkebunan jati dan ulin ketika persediaan dari alam sudah tidak sesuai dengan permintaan. Butuh waktu untuk menghasilkan kembali. Seandainya mereka mengolah kayu tersebut menjadi barang berkualitas tinggi baru dijual maka penghasilan yang didapatkan akan naik daripada menjual barang mentah.

Selain dari penjualan kayu jati dan ulin. Masyarakat Kerajaan Teratai juga menghasilkan tenun sutra berkualitas tinggi dan perhiasan buatan perajin yang cantik, sayangnya pemangku jabatan membeli harga murah dari pengrajin dan menjual tinggi ke negeri dan Kerajaan lain. Sehingga kekayaan tidak merata terjadi di Kerajaan Teratai. Ketidaktegasan Raja Teratai membuat negeri kecil itu sering bergejolak.

Arsakana tahu harus ada perombakan dalam pengaturan Kerajaan Teratai. Raja Teratai hanya mengharapkan perlindungan dari Kerajaan lain jika dia tegas dalam mengatur Kerajaan tentu kemakmuran akan tercapai di Kerajaan ini.

Jika dulu Arsakana tidak mau menghabiskan waktu untuk merombak pemerintahan Kerajaan kecil yang ditaklukan sekarang keadaan berbeda.

***************************

Denting bangun lebih awal menuju ke toko kain milik keluarga Partha. Salah satu toko terbesar di wilayah Kerajaan Arsakana. Toko ini dijalankan oleh Ibu Partha karena Ayahanda Partha bertugas di Kerajaan keluarga Ibunda Prasmewari.

"Pagi sekali Denting, mari kita sarapan terlebih dahulu".

" Denting sudah sarapan dengan Ibu, sekarang Ibu sedang menuju ke saudagar Artana mengambil pesanan tenunan sutra".

"Iya Denting memang kemarin Saya minta untuk menambah persediaan tenunan sutra. Tidak lama lagi akan ada perhelatan pesta panen di Kerajaan. Raja Muda Agung berserta calon permaisuri akan menggelar perayaan untuk menyambut panen sukses tahun ini".

Denting merasakan desiran di hati ketika Ibunda Partha menyebut calon Permaisuri. Semua rakyat di Kerajaan ini sudah mengenal siapa calon permaisuri mereka. Dia Naningga putri Tuan Harsa.

"Belum ada kabar Partha mengenai hal ini padahal panen dari wilayah utara terbesar untuk tahun ini". Mata Ibunda Partha menerawang keluar jendela sepertinya dia belum tahu mengenai hubungan Denting dan Partha.

Wanita Sang RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang