Perihal Kaca Pecah

5.9K 515 48
                                    


"Hompimpah deh biar adil."

"Ngga mau ya, Jani mau satu tim sama bang Nathan."

"Lele mau sama bang Mahes!"

Lucky memberikan cubitan kecil pada lengan adiknya, yang membuat Cakra memanyunkan bibir lalu bersembunyi di belakang tubuh Nathan untuk berlindung.

"Yaelah Bang, jahat bener lo sama adek sendiri," merangkul si bungsu Maulana, Nathan seakan memberikan perlindungan pada anak itu.

"Ya lagian, dia itu adek gue atau adeknya Mahes, sih? Gak pernah ada di pihak gue perasaan," bukannya iri, Lucky hanya kesal karena adiknya tidak pernah berada di pihaknya.

"Ya lo nya aja yang gak pernah bersikap kaya seorang kakak," dengan santainya, Mahesa menyeruput marimas rasa semangka yang tadi dia beli di warungnya Tante Windy. Seperti tidak ada beban hidup, cowok itu terlihat begitu santai menikmati marimas semangkanya.

Mendengar Mahesa bicara seperti itu, Lucky tidak tinggal diam. Kepala Mahesa dijitaknya, membuat cowok itu sedikit mengaduh kesakitan, namun tetap tidak berniat untuk membalas. "Jaga tuh bibir!"

"Anjir!" Hendra bertepuk tangan heboh. "Gue jadi keinget stiker Keanu, anjir!"

"Hahahah, hooh sama, Bang," Yoga juga ikut bertepuk tangan, persis seperti anak kecil kegirangan ketika diberi permen oleh orang tuanya.

Rendra dan Dejan saling lirik. "Kok kita bisa betah temenan sama spesies kaya mereka ya, Bang?"

"Gak tau juga."

Sedang asik melakukan telepati dengan Dejan, Rendra merasakan jika tubuh kecilnya ditarik oleh Nathan.

"Apa sih?!"

"Lo kudu satu kelompok sama gue, Njun."

Suasana yang tadinya masih tanang, berubah menjadi tidak kondusif. Bahkan, Lucky yang masih tidak terima karena Cakra lebih memilih untuk satu kelompok dengan Mahesa pun manarik pakaian yang dikenakan adiknya, bermaksud untuk membuat anak itu sekelompok dengannya. Tapi naas, karena Cakra yang terus berontak dengan menarik baju Mahesa, marimas semangka yang tengah dinikmati oleh cowok itu pun jatuh tersenggol.

"Untung masih kicik. Kalo ngga, udah gue gibeng, Kra," Mahesa mengelus dadanya. Selalu sabar dengan apa yang terjadi.

"Hoy, ini kelompoknya mau gimana dah?" Saga berteriak. Dia sudah lelah sendiri dengan keributan yang dibuat teman-temannya.

"Gak mau tau, pokoknya gue mau jadi wasit aja," Dejan yang tidak mau pusing, memilih jalan tengah untuk jadi wasit.

"Biar gue yang milih deh."

"Jani mau sama Bang Nathan!"

"Lele mau sama Bang Mahes!"

Chandra dan yang lainnya langsung menutup telinga rapat-rapat saat suara melengking Cakra dan Jani menggema di lapangan. Suara Cakra yang seperti lumba-lumba itu sangat tidak baik untuk kesehatan telinga. Bisa-bisa pecah gendang telinga jika mendengar anak itu berteriak.

"Kelem elah."

Chandra mengetukkan jarinya pada dagu dengan mata yang melirik pada teman-temannya. Butuh waktu sekitar lima menit untuk memutuskan kelompok sepak bola kali ini. "Kelompok satu, Rendra, Reno, gue, Nathan, Yoga, Satya sama Jani. Selebihnya kelompok dua."

Yoga dan Satya sudah saling berpelukan saking senangnya bisa menjadi satu kelompok. Berbeda dengan mereka berdua, Mahesa menggumam, menyebutkan orang yang tadi di sebut Chandra sebagai kelompok satu. "Eh, kok ada tujuh? Kan harusnya enam. Dejan kan jadi wasit."

Single Parent [Nct Lokal]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang