Pengumuman

2.9K 375 8
                                    

"Renoo!!"

"Berisik, Chan! Nanti tetangga pada marah!" Mahesa mengomel, tidak habis pikir dengan kelakuan Chandra. Sudah tahu kalau Om Damar itu tukang marah, tapi malah berteriak tidak jelas malam-malam begini. Mau adu mulut atau bagaimana? Kalau Mahesa sih sudah takut duluan kalau itu sampai terjadi.

"Tetangga pala lo adudu! Orang di sini cuma ada rumah kita bertiga!" Ya tidak salah sih, mungkin mereka tinggal di kompleks yang hanya dihuni sepuluh keluarga, tapi itu bukan berarti rumah mereka juga berdekataan, sebab nyatanya rumah Chandra itu hanya dekat dengan Mahesa dan Reno. Mungkin, untuk pergi ke rumah Rendra dan Nathan yang ada di ujung kompleks, bisa membutuhkan waktu sekitar empat menit kalau berjalan kaki. Untuk ke rumah Satya, Saga, Lucky dan Cakra yang ada di dekat gerbang juga membutuhkan waktu yang sama, yaitu sekitar empat menit. Dan untuk pergi ke rumah Dejan, Jani, Hendra dan Yoga membutuhkan waktu sekitar dua menit.

Mahesa hanya menyengir. Tumben Chandra pintar, begitu pikirnya.

"Reno cepet bukain pintu, njir! Gue cape berdiri terus!" Cowok itu kembali berteriak, yang mana berhasil membuat Om Damar menyembulkan kepalanya dari balik jendela kamar dengan wajah marahnya.

"Berisik, Chan!" sentaknya.

Melihatnya, Mahesa menelan ludahnya susah payah. Rasa-rasanya, dia ingin pulang sekarang juga daripada mendapat amukan dari Daddy nya Reno itu. Memainkan gitar di dalam kamar dengan ditemani potongan semangka dari Bubu adalah pilihan terbaik dari pada ikut dengan Chandra yang hanya bisa menyulut emosi Om Damar. Tapi anehnya, Mahesa malah mengikuti cowok itu, seakan jika Chandra sudah memberinya sihir agar dia bisa selalu menurut pada bocah sialan itu.

"Ya lagian, udah tau ada tamu, tapi masih ga dibukain pintu juga!" cowok itu tak kalah ngegas dari om Damar. Memang ya, Chandra ini tidak ada takut-takutnya. Semua orang baik tua maupun muda, akan selalu dilawan olehnya.

"Reno lagi berak, Om males bukain pintu buat orang kaya kamu."

Tolong ingatkan Chandra kalau Om Damar itu sudah tua. tidak seharusnya dia melawan orang tua, kan? Karenanya, cowok itu menghembuskan napas dalam dengan dada yang dielus olehnya sendiri. Dengan melakukan kedua hal ini, Chandra harap jika dia bisa bersabar untuk menghadapi tingkah menyebalkan pak tua Damar.

"Udah tunggu aja di situ sampe Reno selesai berak," dan jendela tertutup setelahnya.

Chandra duduk di teras dengan sumpah serapah yang dihadiahkan untuk Om Damar, sedangkan Mahesa sendiri sudah salah tingkah. Mau ikut bertamu, tapi tidak enak pada Daddy nya Reno. Mau pulang, tapi dia masih ingin main dengan kedua adik kelasnya itu.

Cowok yang lebih tua dari pada Chandra itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pada akhirnya, pulang adalah keputusan yang diambilnya. Dengan segenap keberanian yang dimilikinya, Mahesa membuka mulut, berusaha mengatakan pada Chandra kalau dirinya mau pulang saja. "Gue pulang, ya, Chan?"

Tanpa menunggu persetujuan dari yang bersangkutan, Mahesa memutar tubuhnya, namun naas lantaran baju belakangnya ditarik oleh Chandra hingga dia tidak bisa bergerak. Mahesa memegangi lehernya sebab terasa tercekik. Napasnya tersenggal-senggal, tangan kanannya menepuk kecil tangan Chandra agar melepaskan tarikannya dan seakan sadar dengan apa yang dilakukannya, Chandra pun cengengesan dengan tangan yang sudah lepas dari kaus Mahesa.

"Gila! Lo mau bunuh gue, hah?"

"Ga sengaja, Bang!"

Mahesa mau kembali menjawab, namun pintu lebih dulu terbuka, menampilkan sosok Reno dengan pakaian santainya. "Sorry lama," sesalnya.

Chandra mendengus, dan tanpa dipersihlahkan terlebih dahulu, cowok itu nyelonong masuk ke dalam dengan gerakan dramatis — menyenggol bahu Reno dengan sengaja — lalu duduk di sofa ruang tengah dan mulai menyalakan game milik Reno.

Single Parent [Nct Lokal]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang