Teror

2.6K 333 45
                                    

Saat menutup mata, hal yang diinginkan hanyalah bisa tertidur dengan nyenyak, juga bermimpi indah — setidaknya itu adalah impian kecil setiap orang saat malam menjemput. Namun sayangnya, dua hal sederhana itu tidak selalu datang seperti yang diharapkan. Kadang, tanpa alasan apa pun, hanya untuk sekedar tidur nyenyak itu sangatlah sulit, ditambah mimpi indah yang juga tidak mudah untuk muncul.

Tadi malam, setelah mabar — juga karena suruhan Abi — Saga mulai merebahkan dirinya dikasur. Tidak langsung tidur, tapi cowok itu mengememili ciki gopek yang tadi di belinya di kantin sekolah. Matanya terfokus pada ponsel, tangan kanannya sibuk mengetikan sesuatu pada benda pipih itu, juga tangan kiri yang tak hentinya menyuapkan ciki gopek pada mulutnya.

Abi memang sudah menyuruhnya untuk tidur, tapi Saga masih belum mengantuk, ditambah notifikasi dari grup anak kompleks yang begitu ramai hingga membuatnya semakin susah tertidur. Saga begitu larut pada dunianya sendiri, hingga tidak menyadari jika jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Grup yang tadinya ramai pun mulai sepi, hingga akhirnya dia menyerah dan lebih memilih untuk merebahkan dirinya pada kasur.

Tubuh bongsor nya di tutupi selimut sebatas dada. Namun masih sama, matanya enggan untuk menutup. Saga menghela frustrasi. Meski besok hari minggu, tapi dia ingin tetap tidur secepatnya. Besok dia dan anak kompleks ada rencana untuk bermain kasti di dekat gerbang kompleks, dan Saga tidak ingin bangun kesiangan nantinya.

Selimut berwarna hitam itu di naikan hingga ke atas kepalanya. Saga memejamkan matanya dengan paksa. Namun lagi-lagi kesialan terjadi padanya. Baru saja memejamkan mata, Saga merasa jika telinganya mendengar bunyi asing namun terasa familiar di telinganya. Bunyi sepatu kuda yang beradu pada lantai membuat cowok itu mengrnyitkan dahinya bingung. Pikirannya melayang, tidak mungkin bukan ada orang yang mengendarai kuda di tengah malam seperti ini?

Kernyitan itu semakin dalam, Saga merasa ada sesuatu aneh yang tengah terjadi. Suara itu terdengar sangat keras, dan dia merasa jika jika itu berasal dari atap rumahnya.

Dengan perasaan takut yang mulai muncul, Saga menyingkap selimutnya dengan cepat. Meski rasa takut itu mendominasi, tapi cowok itu akan lebih takut jika hanya berdiam diri di kamar tanpa melakukan apa pun. Karenanya, Saga beranjak dari tempat tidurnya. Berlari kencang menuju kamar Abi yang bersebelahan dengannya.

Saat pintu terbuka, Saga melihat jika Abi tengah memegang al-qur'an dengan wajah yang sedikit basah dan sarung yang sudah melilit di pinggangnya. Mungkin penampilannya seperti orang yang akan atau sudah selesai melakukan ibadah malam, tapi Saga yakin jika bukan itu tujuan Abi mengambil wudu dan memegang al-qur'an. Ini masih jam setengah dua belas, masih terlalu dini untuk melakukan ibadah, tidak mungkin abi solat tahajud di jam seperti ini.

"Abi —

"Ambil wudu, Ntang. Kita ngaji bareng biar dia pergi."

"Abi..."

Abi mengangguk, seakan tahu akan pertanyaan putranya.

"Ntang takut, Abi," cicit Saga. Suara yang masih terdengar keras itu membuat nyalinya ciut.

"Abi temenin." Abi menggiring anaknya ke kamar mandi, mengabaikan suara sepatu kuda yang masih terdengar nyaring itu.

***

Ngemil santai di malam hari dengan berteman lagu dangdut adalah favorit Chandra. Setiap akhir pekan, malam seperti ini tidak boleh terlewat meski hanya satu kali. Suara nyanyian bercampur suara kendang itu memenuhi penjuru kamar Chandra yang hening di malam yang masih menunjukan pukul setengah dua belas ini.

Adanya suara jangkrik membuat cowok itu larut pada dunianya sendiri. Bagi Chandra, bahagia itu sederhana. Hanya dengan memakan ciki panser yang di beli di warung tante Sanny, juga malam yang sunyi ini saja sudah membuatnya bahagia tidak terkira.

Single Parent [Nct Lokal]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang