"Aamiin."
"Aamiin," Saga menangkupkan kedua tangannya pada wajah saat Abi baru saja mengakhiri doanya.
Menunggu Abi yang masih melakukan ritual setelah solat, Saga hanya diam, sesekali bergumam kecil untuk mengingat nada yang akan dinyanyikan nya nanti.
Hujan deras yang dari semalam mengguyur bumi membuat pasangan Ayah dan anak itu melakukan ibadah solat subuh di rumah.
Sekitar sepuluh menit, barulah Abi selesai. Saat hendak berbalik, beliau terkejut melihat anaknya yang masih duduk anteng di belakangnya. Abi terlalu fokus hingga tidak menyadari keberadaan Saga.
"Ntang? Tumben masih di sini?" kagetnya.
Saga meringis kecil, dengan tangan yang menggaruk belakang lehernya. Cowok itu bingung harus memulainya dari mana. Rasa malu sebab takut diejek kini memenuhi rongga hatinya, membuatnya nampak ragu dengan apa yang akan dia lakukan setelah ini. Namun, kembali pada pemikiran awal, jika ia tidak melakukannya, apa yang akan diberikan pada Abi?
"Mau dengerin aku kiro gak, Bi?"
Sebelah alis itu terangkat, namun dengan cepat Abi mengganti ekspresi wajahnya menjadi antusias. Anggukan yang baliau lakukan seakan menjawab pertanyaan itu.
Tentu saja Abi sangat senang mendengarnya. Inilah hal yang ia tunggu-tunggu dari dulu.
Meski dengan malu-malu, Saga tetap melakukannya. Melantunkan nyanyian surah as-syams dengan suara berat yang begitu merdu di telinga Abi sebagai pendengar.
Hanya lima belas ayat, namun sangat berarti bagi Abi. Sedangkan Saga sendiri tersenyum malu setelah menyelesaikannya.
Dulu, saat smp, Saga memang pernah masuk pesantren, tapi itu tidak membuatnya menghafal tentang kiro, sebab prinsip hidupnya saat itu adalah, yang penting lakukan, agar bisa cepat pulang.
Prinsip itu membuatnya tidak menyerap banyak hal selama di pesantren. Saat mengaji pun masih tidak beda jauh dari anak-anak kompleks yang lainnya. Tapi, karena keinginannya untuk membuat Abi bahagia, Saga rela belajar kiro selama tiga hari tiga malam. Itupun hanya bisa surah as-syams saja.
Mungkin, ada banyak cara untuk membuat Abi bahagia, tapi entah mengapa Saga malah memilih cara ini. Hanya saja, menurutnya, Abi akan jauh lebih bahagia saat ia memberinya hadiah yang berhubungan dengan agama. Dan inilah jalan yang Saga pilih.
"Selamat hari ayah, Abi. Maaf ya selama ini aku sering banget gak ngeladenin Abi."
Abi menatap wajah putranya lekat. Matanya mulai berkaca hingga air matanya tumpah dengan begitu mudahnya.
Dipeluknya tubuh besar Sega. Dengan mulut yang terus mengucapkan terima kasih pada anak gantengnya.
Hadiah sederhana yang membuat hati Abi berbunga. Terima kasih ya, Bintang Saga Purnama karena telah bekerja keras untuk menghafalnya dan membuat Abi bahagia.
***
Setelah berpikir keras dari kemarin malam, Chandra telah memutuskan hadiah apa yang akan diberikannya pada Daddy.
Jam dinding sudah menunjukan pukul delapan pagi saat cowok itu turun dari kamarnya. Langkahnya membawanya menuju ruang makan untuk sarapan terlebih dahulu. Barulah setelah selesai melakukan ritual pagi yang tidak boleh ditinggalkannya, Chandra beranjak dari sana dan menghampiri Daddy yang tengah berkutat dengan laptop dan lembaran kertas di ruang tengah.
Keripik tempe yang ada di meja, diambilnya dengan tingkah yang pura-pura acuh terhadap adanya sosok Daddy di sana.
Dalam diamnya, Daddy terlihat menghela berkali-kali yang mana membuat Chandra tidak tega melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent [Nct Lokal]✓
Teen FictionMenjadi single parent? Ngga susah kalau anak yang diasuh kaya Dejan, Reno, Satya sama Jani yang baik, adem ayem dan penurut. Tapi, gimana kalau anaknya kaya Lucky yang rusuh, Mahesa yang panikan, Hendra yang random, Rendra yang emosian, Haikal yang...