Rindu Milik Papski

1K 201 12
                                    

Kaki panjangnya melangkah dengan santai menyusuri koridor ramai rumah sakit. Sesekali, teguran halus diberikan beberapa suster saat berpapasan dengannya sebab merasa kenal pada anak dokter yang sedari kecil sampai sekarang, sering sekali berkunjung ke rumah sakit ini.

Rantangan berisi makan siang, diangkat ke depan wajah dengan senyum cerah miliknya. Pikirannya berkelana, kira-kira bagaimana reaksi orang yang akan ditemuinya nanti. Senang? Kaget? Atau... Apa?

Kepalanya menggeleng pelan, mungkin ekspektasinya terlalu tinggi. Namun, meski bagaimana pun reaksi beliau, dirinya akan tetap menerima.

"Om Erwin?"

Laki-laki dengan jas putih dan kacamata yang bertengger apik dihidungnya tersebut menghentikan langkah. Atensi yang sebelumnya jatuh pada lembaran kertas di tangan, kini tertuju pada remaja di depannya.

Ayah tersenyum, "Jani, apa kabar? Om baru lihat kamu ke sini lagi, lho."

Andy Jani Mahendra menggaruk tengkuknya. Akhir-akhir ini, ia sangat sibuk dengan tugas kuliah hingga jarang berkunjung ke rumah sakit untuk sekedar memberikan makan siang bagi Papski.

"Jani sibuk di kampus, Om," begitu jawabnya.

Ayah hanya mengangguk sekilas. Dirinya juga pernah muda, pernah menjadi mahasiswa dan pastinya pernah merasakan kehidupan sibuk perkuliahan.

"Sibuk boleh, tapi jangan sampe lupa makan sama istirahat, ya? Inget, kesehatan yang paling utama," tangannya bergerak untuk menepuk bahu lebar si jangkung.

Jani mengangguk sebagai jawaban. Hingga kemudian, "Om?"

Ayah menaikan sebelah alisnya, "Kenapa, Nak?"

"Bang Rendra kapan pulang? Jani kangen kumpul bareng bang Rendra, bang Nathan sama... Bang Dejan. Jani pengen kita main sama-sama lagi," cowok itu menunduk pada akhirnya. Hatinya bergemuruh ribut, menahan gejolak rindu yang dirasa.

Yang ditanya, hanya diam tak menjawab. Tangan yang tadinya bertengger dipundak si bungsu Mahendra, kini terlepas begitu saja. Ayah memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya memaksakan untuk tersenyum.

"Jani mau ke ruangan Papski kan, Nak? Sok, mungkin Papski udah nungguin kamu."

Barulah kepalanya terangkat. Jani ikut menyunggingkan senyum kecil. "Jani masak banyak hari ini. Om mau sekalian ikut makan?"

Tawaran yang dilakukan, justru ditolak dengan lembut oleh beliau. Ayah menggeleng, "Om udah makan, Nak."

Dengan begitu, Jani pemit untuk segera masuk ke ruangan Papski setelah sebelumya meminta izin pada Ayah.

Ruangan dengan tulisan nama lengkap Paski di pintu, dibuka pelan. Jani mengedarkan pandangan namun tak juga menemukan sosok beliau di dalamnya.

"Lagi ada pasien kali, ya?" cowok itu bermonolog.

Jani menghela napas panjang. Dirinya baru saja hendak duduk di kursi jika saja sesuatu yang ada di meja kerja Papski tidak mengambil alih atensinya.

Dengan rasa penasaran yang begitu besar, cowok itu mendekat, mencondongkan tubuhnya hingga ia bisa melihat dengan jelas jika ponsel beliau menyala, menampilkan roomchatnya dengan anak sulungnya.

Chat yang berisi peringatan paski agar si sulung Dejan segera bergegas makan siang dan tidak melupakan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan. Namun sayangnya, chat beliau tidak hanya belum dibalas, dibaca saja belum.

Ah, pasti Papski sangat khawatir pada si sulung yang tinggal jauh disana.

***

Single Parent [Nct Lokal]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang