One Day, Ayah-Rendra

3K 536 40
                                    

Ayah kecolongan. Di saat hari sudah petang, ditambah awan yang menghitam dan hujan deras yang mengguyur bumi, putra kecilnya belum pulang.

Sebab begitu khawatir pada Rendra, Ayah tanpa berfikir panjang langsung bergegas menuju lapangan di kompleks sebelah dengan Mama untuk menyusul putra masing-masing.

Dugaan mereka untuk mendatangi lapangan tidaklah salah, sebab di lapangan hijau yang luas milik kompleks EXO, putranya, bersama Nathan dan teman-teman yang lainnya tengah berlarian mengejar bola di bawah guyuran hujan dengan para ibu yang sudah berteriak heboh memanggil anaknya masing-masing untuk diajak pulang.

Tangan kanannya memegang payung, dengan tangan kiri yang melambai guna menarik perhatian Rendra di sana disertai teriakan; "Juna!"

Rendra yang merasa jika namanya di panggil pun menoleh ke sana kemari mencari sumber suara, dan saat tahu jika Ayah yang memanggilnya, anak itu segera berlari menghampiri beliau dengan tubuh basahnya.

Seakan tidak peduli pada genangan air yang ada di atas rumput, Ayah berjongkok, menyebabkan celana panjangnya basah. Wajah manis itu dielus, hingga air yang membasahi wajah putranya lenyap seketika. Senyum hangatnya terukir, "Kok main hujan ngga bilang Ayah, hm?"

"Juna tadi kan lagi main. Terus udah mendung mau pulang sama Nana, bang Mahes, Reno sama bang Dejan. Tapi kata bang Lucky sama Chandra nanti aja sekalian ujan-ujanan."

Tidak heran. Ayah tahu jika Lucky dan Chandra adalah otak dari ini semua.

Suara teriakan kembali terdengar di sana. Rendra menoleh ke belakang. Tatapannya berubah menjadi sendu. Melihat semua temannya yang sedang dimarahi oleh ibunya masing-masing membuat hatinya serasa sesak tanpa sebab.

Sisi wajahnya di elus, si kecil kembali mengalihkan pandangannya pada Ayah yang masih tersenyum kecil padanya. "Pulang, ya, sayang?"

Anak itu mengangguk pasrah. Lagipula, anak-anak lain juga sudah diseret paksa oleh ibu mereka, suatu pemandangan yang membuatnya iri sebab Rendra tidak pernah merasakannya.

***

Rendra sakit. Setelah bermain hujan kemarin petang, malamnya, anak itu demam tinggi dengan tubuh menggigil hebat, menyebabkannya harus libur sekolah keesokan harinya, juga Ayah yang tentunya harus absen untuk pergi ke rumah sakit.

Pintu bercat putih dengan banyak stiker moomin itu di buka pelan. Ayah merengsek masuk ke dalam dengan semangkuk bubur dan susu hangat di atas nampan yang di bawanya.

Menguatkan hatinya disertai senyum andalannya, beliau mendudukan diri di samping Rendra yang kini tengah menatap ke luar jendela dengan memeluk kedua lututnya.

"Kesayangannya Ayah, makan dulu ya, Nak?"

Panggilan itu tidak digubris. Rendra masih memfokuskan pandangannya ke luar sana dan Ayah tidak bodoh untuk tahu apa yang begitu menarik perhatian putranya. Hatinya terasa sakit. Tangan yang masih setia memegang nampan itu bergetar hebat. Air mata nyaris jatuh dari pelupuknya jika saja Ayah tidak menghapusnya dengan cepat sebelum sang putra melihatnya.

"Ayah?" barulah tatapannya tertuju pada Ayah.

"Iya, sayang?"

"Semua temennya Juna punya Mama. Kok Juna doang yang ngga punya?"

Single Parent [Nct Lokal]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang