Camping family

2.6K 385 18
                                    

"Ntang mau yang pedes, ga?"

Saga yang tengah mengipasi api di depannya, tampak berfikir. Kemudian, sebuah gelengan menjawab pertanyaan yang tadi dilontarkan. "Sedeng aja, Bi."

Abi mengangguk. Lantaran Saga yang tidak mau terlalu pedas, maka Abi hanya mengolesi sedikit saus sambal pada jagung yang sedang dibakarnya.

Suasana malam ini begitu hening, yang terdengar hanyalah pekikan Cakra di sebelah rumah dan kipasan yang Saga lakukan agar api tetap menyala. Mungkin ide yang Chandra usulkan tempo hari adalah ide terbaik. Selama ini, Abi memang lumayan jarang mengobrol dengan putranya, dan tentu saja kesempatan ini tidak akan dilepaskan begitu saja olehnya.

Satu buah jagung diserahkannya pada Saga yang sudah duduk di karpet depan tenda dengan salah satu tangan yang memeluk kedua kakinya. Abi pun ikut duduk di sebelah anak itu. Bersama, mereka berdua menikmati enaknya rasa asam, manis dan pedas pada jagung itu.

"Udah lama ya, kita ga duduk berdua kaya gini," Abi yang pertama bersuara, yang dibalas anggukan setuju oleh putranya.

"Abi sibuk kayak dulu lagi."

Abi terdiam. Jagung yang tadinya begitu enak untuk dinikmati, kini terasa hambar. Saga benar, dirinya terlalu sibuk mengisi tausiah di berbagai kampung sampai jarang ada di rumah. Rasanya, kejadian dulu seperti terulang kembali, dimana Abi jarang sekali punya waktu untuk Umi dan Saga kecil yang saat itu masih butuh kasih sayang yang banyak dari kedua orang tuanya. Saat setelah Umi tiada, Abi memang lebih punya banyak waktu bersama putranya, namun saat anak itu pindah ke pesantren dan Abi tinggal sendirian, kesibukan itu kembali hadir. Ajakan untuk mengisi tausiah ada di mana-mana, Abi sendiri sampai pusing menerima tawaran itu.

"Maaf," sesal Abi.

Masih dengan memakan jagung bakarnya, Saga tersenyum kecil. Mungkin dia sudah besar, sudah tidak terlalu butuh Abi untuk selalu ada bersamanya sebab dia juga bisa hidup mandiri. Tapi nyatanya itu semua salah. Saga masihlah Saga yang dulu, yang selalu membutuhkan kasih sayang Abi walau kini usianya sudah remaja. Bagi anak piatu sepertinya, kasih sayang dari orang tua itu sangat penting. Sudah cukup Saga tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Umi selama bertahun-tahun, dan dia juga tidak mau Abi melakukan hal itu padanya.

"Aku kangen sama Abi," akunya. Tatapannya kosong, seakan kalau cowok itu tidak bersemangat dengan apa yang tengah dilakukannya.

Detik itu juga, Abi memeluk tubuh besar putranya. Dalam pelukan itu, Abi menangis. Memang benar kalau dirinya tidak pernah punya waktu buat anaknya. Buktinya saja, Abi baru menyadari kalau tubuh cowok itu sudah sangat besar, bahkan melebihi dirinya. Mereka memang tinggal dalam satu rumah yang sama, tapi Abi tidak pernah sadar akan perkembangan pesat putranya. Kalau saja waktu bisa diulang, maka Abi ingin sekali menyaksikan pertumbuhan Saga. Namun sejatinya, penyesalan selalu datang di akhir. Kini, tidak ada yang bisa dilakukan selain menyesali semuanya.

Angin malam yang berhembus membuat pelukan itu begitu terasa hangat. Rasa nyaman menjalar di hati cowok itu. Ini adalah momen yang ditunggunya sejak lama. Pelukan Abi begitu dirindukan olehnya, dan kini Saga mendapatkannya kembali. Butuh waktu yang lama sekali untuk menunggu kejadian ini bisa terjadi, dan dia senang sebab penantiannya selama ini ngga berakhir dengan sia-sia.

"Abi janji kalo kedepannya, Abi bakal punya waktu lebih banyak buat Ntang," Abi melepaskan pelukannya. Tatapan matanya begitu nanar, seakan meminta kesempatan kedua pada putranya.

Baju yang tadinya sempat berantakan, dirapihkan kembali. Meski rasa jagung bakar yang dimakan olehnya tidak seenak tadi, tapi Saga tetap menggigitnya, sedikit demi sedikit. Sebenarnya, itu hanya bentuk pengalihan saja agar dirinya punya alasan buat tidak bersitatap dengan Abi yang kini menatapnya lekat. "Nanti Abi bakal sibuk lagi?"

Single Parent [Nct Lokal]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang