"Paan sih Ga, gue lagi chatan sama cewek gue, eh tiba-tiba lo nelpon. Awas aja kalo nggak penting!"
"Bacot! Bapak lo nih jatuh kesandung kursi pas lagi ngajar!"
Raut yang awalnya nampak kelas, kini berubah menjadi khawatir. Chandra membelalakan matanya tidak percaya. Pelipisnya dipijat pelan. Oh, ini bukan yang pertama kalinya kejadian seperti ini terjadi. Akhir-akhir ini, Daddy memang sering membuat ulah, entah itu di rumah atau bahkan di kampus sekalipun.
"Di mana?"
"Ruang kesehatan."
Lalu, kaki panjangnya dengan cepat berbalik arah, berjalan cepat menuju ruang kesehatan untuk menemui Daddy di sana. Masa bodoh dengan pelajaran Pak Dodi, keadaan Daddy jauh lebih penting dari kelas dosen tua yang menyebalkan itu.
Ruang kesehatan sudah di depan mata, Chandra mendorong pintu tersebut dengan keras, menyebabkan tiga orang yang ada di dalam sana memekik tertahan sebab merasa kaget.
"Dad, ada yang luka, gak?"
Yoga memutar mata malas, sedangkan petugas kesehatan wanita yang tadi mengobati luka memar Daddy, hanya tersenyum tipis dan segera menjauh dari sana, membiarkan anak dan ayah itu bicara dengan tenang.
"Daddy baik, Kal."
Hembusan nafasnya terdengar penuh kelegaan. Chandra senang jika Daddy baik-baik saja tanpa adanya luka serius.
"Lain kali bisa hati-hati nggak, sih? Haikal khawatir sama Daddy!"
Nada yang terkesan tinggi itu tak juga membuat Daddy takut atau setidaknya marah pada sang putra sebab telah membentaknya walau secara tidak langsung. Justru yang ada, beliau suka. Suka saat Chandra merasa khawatir padanya. Bukannya... Itu sudah menunjukan jika cowok itu peduli padanya?
***"Aduh, jangan marah dong, Yang. Aku baru bangun ini, yakali langsung kena semprot," Chandra memajukan bibirnya, meski tahu jika sang pacar tidak melihatnya sama sekali.
"Ya makannya, tidur jangan kemaleman!"
Gorden yang menutupi jendela kamarnya, di buka. Chandra menguap kecil, menggaruk perutnya sebelum akhirnya beranjak ke luar kamar untuk sarapan.
"Ya aku begadang juga ngerjain tugas..." nada akhirnya memelan. Kepalanya mengernyit heran saat melihat jika pintu kamar Daddy terbuka meski hanya sedikit.
Lantaran merasa penasaran, cowok itu mendorongnya pelan, melongokan kepalanya ke dalam untuk mencari Daddy di sana. Namun nihil, tidak ada tanda-tanda kehidupan kecuali kasur yang sudah tertata rapi.
Baru saja ia akan menutup kembali pintunya saat lagi-lagi matanya menemukan sesuatu yang aneh di dalam sana.
Kacamata Daddy. Benda itu tergeletak mengenaskan di atas karpet dekat nakas di samping tempat tidur. Kakinya melangkah untuk memungut benda itu untuk kemudian dipandanginya lama.
Aneh. Semenjak usianya semakin menua, Daddy sudah hampir tidak pernah melepas kacamatanya, namun kini, benda itu justru terkapar begitu saja.
Prang
Tengah asik dengan pikirannya, Chandra dibuat kaget dengan suara benda pecah. Telpon yang masih tersambung dengan sang pacar di seberang sana, dimatikan secara sepihak tanpa sepatah kata pun yang terucap. Ponselnya dimasukan ke dalam saku celana, dan dengan kacamata yang dibawa di lengan kanannya, cowok itu segera bergegas menemui Daddy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent [Nct Lokal]✓
Teen FictionMenjadi single parent? Ngga susah kalau anak yang diasuh kaya Dejan, Reno, Satya sama Jani yang baik, adem ayem dan penurut. Tapi, gimana kalau anaknya kaya Lucky yang rusuh, Mahesa yang panikan, Hendra yang random, Rendra yang emosian, Haikal yang...