Rumah besar yang hanya diisi oleh dua orang itu nampak ramai. Di ruang keluarga, Daddy dan Reno tengah bermain game dengan asiknya. Bungkus cemilan seperti mini oreo dan sejenisnya sudah berserakan di mana-mana. Lihat saja, pasti besok Daddy akan marah karena ruang tengahnya yang berantakan. Tapi untuk saat ini, beliau menskip acara marahnya karena masih fokus bertanding dengan Reno. Ambisi Daddy malam ini ialah mengalahkan putranya yang ternyata sangat pandai bermain. Awas saja, beliau berjanji tidak akan membiarkan Reno tidur sebelum dia mengalahkannya.
Dua pasang mata itu menatap lurus ke depan, dengan tangan yang sibuk menekan konsol game, sesekali keduanya akan mengambil minum atau cemilan di saat babak berganti.
"Yesss menang lagi!" Reno berteriak heboh, sedangkan Daddy mendengus sebal. Setelah ini, beliau berjanji akan menyita ponsel putranya setiap malam agar putranya tidak kecanduan game lagi. Karena sepertinya Reno ini sudah sangat pro dalam dunia pergame-an, Daddy hanya takut jika cowok itu akan ketergantungan game nantinya.
"Eleh, Daddy ga fokus main gara-gara minuman Daddy abis, nih." Daddy berkelakar, mencoba mempertahankan harga dirinya di depan Reno sebab anak itu sudah mengalahkannya dua kali sejak permainan game di mulai.
"Yang pertama? Reno udah ngalahin daddy dua kali kalo Daddy lupa."
"Yang pertama itu pemanasan. Liat aja, nanti di babak ketiga, Daddy pasti bisa ngalahin kamu."
Seharusnya Reno tahu sifat Daddy yang pastinya tidak ingin kalah ini. Namun tetap saja, melihat wajah so cool itu adalah kesenangan tersendiri baginya. Kapan lagi coba dia bisa mempermalukan Daddy seperti ini? Kesempatan ini tidak datang dua kali.
"Mau tidur, Dad?" tanyanya yang dibalas gelengan kepala oleh Daddy.
"Bentar lagi, masih jam setengah satu juga."
Reno mengangguk, "Yaudah Reno ambilin minum dulu deh."
Cowok bermata sipit itu beranjak dari duduknya untuk mengambil minum seperti yang dikatakannya tadi. Tapi niat itu harus urug saat Reno baru sampai di pertengahan antara ruang tengah dan dapur, cowok itu mendengar suara aneh. Dia bergidik ngeri, dan tanpa berfikir panjang lagi, cowok itu langsung berputar arah bersembunyi di balik tubuh daddy layaknya anak kecil yang begitu ketakutan.
"Dad, setan, Dad."
Daddy diam dengan kepala yang menengadah ke atas. Dirinya juga mendengar apa yang putranya dengar. Sial, ingin rasanya beliau memaki Bubu Tyo yang kemarin sore sudah mengajak bergosip tentang teror kereta kencana di kompleks EXO hingga hantu sialan itu marah dan mendatangi rumahnya.
Bohong jika Daddy bilang tidak takut saat ini. Tapi sebagai seorang ayah, dia harus tetap stay cool agar Reno juga tidak ikut panik. Menarik napas dalam, Daddy berfikir apa yang harus mereka lakukan. Tangannya melepaskan cengkeraman tangan Reno padanya. "Kamu diem dulu di sini."
Reno menggeleng. Wajahnya sudah syarat akan rasa takut. "Jangan tingalin Reno, Dad."
"Ya nggak lah!" sadar apa yang sudah dilakukannya, Daddy menutup mulutnya sendiri. Salahkan Reno yang memancing emosinya hingga dia berteriak seperti tadi. Lagipula, bagaimana mungkin Daddy meninggalkan Reno di saat hanya anak itulah yang beliau punya sekarang ini.
"Daddy mau matiin TV, No."
Namun Reno tetap menggeleng. Rasa takut itu sudah benar-benar menguasainya Hingga dia tidak peduli lagi pada image nya di depan Daddy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent [Nct Lokal]✓
Teen FictionMenjadi single parent? Ngga susah kalau anak yang diasuh kaya Dejan, Reno, Satya sama Jani yang baik, adem ayem dan penurut. Tapi, gimana kalau anaknya kaya Lucky yang rusuh, Mahesa yang panikan, Hendra yang random, Rendra yang emosian, Haikal yang...