Dua Rasa Milik Chandra

2.5K 350 22
                                    

Suara kaki yang beradu dengan lantai mengalihkan perhatian Daddy. Dilitiknya jam pada ponsel, hingga kening itu ditepuk pelan saat beliau menyadari apa yang terjadi. Lihat saja, dalam hitungan kelima, pasti akan ada suara melengking yang menggema di rumah ini.

"Apa-apaan nih? Kok ngga ada makanan sih?!"

Lihat, sudah Daddy bilang bukan. Menggerutu kecil karena merasa jika ini salahnya, Daddy pun beranjak dari duduknya. Dalam hati, orang tua itu mendumal, bagaimana Chandra bisa bangun? Padahal beliau belum membangunkannya. Sungguh, biasanya cowok itu akan tidur pulas sampai jam berapa pun, dan jika Daddy tidak membangunkan, ya Chandra tidak akan bangun.

"Dad —

"Udah kamu cuci muka sana, Daddy mau bikin nasgor dulu."

Tidak ingin menuruti ucapan Daddy, chandra malah pergi ke teras hanya dengan memakai kaus kutang dan kolor abu-abu. Di teras, cowok itu melakukan peregangan pagi, sebelum akhirnya netra itu menemukan sesuatu yang aneh pada rumah di depannya.

Jika biasanya pagi-pagi begini om Damar akan menyiram tanaman, maka kali ini Reno lah yang melakukannya. Wajah cowok itu ditekuk kala mendengar tawa menggelegar tetangganya. Mulutnya mencebik dengan sumpah serapah yang dihadiahkan untuk Chandra yang tengah mentertawakannya. Sedangkan di rumahnya, Chandra masih sibuk tertawa. Perutnya dipegang karena merasa sakit, juga air mata yang dihapus saking bahagianya melihat penderitaan temannya itu.

"Mas Reno, siram hati adek juga mas, biar rasa cinta adek sama mas Reno makin mekar membesar," begitu ledeknya.

Jika saja selang air di rumahnya panjang, maka akan Reno siram tubuh Chandra dengan air itu, namun sayangnya selangnya tidak sepanjang itu untuk menyiram tetangga laknatnya hingga niat Reno untuk membalas dendam harus kandas. "Najis banget, njir!"

Tawanya masih belum terhenti. Melihat temannya menderita adalah suatu kebahagiaan bagi Chandra. Kapan lagi coba dia bisa menistakan Reno? Kesempatan ini tidak akan datang dua kali, jadi Chandra tidak akan melepasnya begitu saja. Kalau kata abi Taufik sih, mubazir jika dilewatkan.

"Mas Reno cocok deh jadi tukang kebun. Sini kerja di rumah adek aja mas, nanti adek bayar pake cinta."

"Chandra bangsat, sini lo anjeng!"

Tahu jika Reno sudah habis kesabaran, Chandra langsung ngibrit ke dalam rumah. Bertepatan dengan itu, Daddy muncul dari arah dapur untuk mengambil laptop dan beberapa lembar kertas yang masih berserakan di ruang tv. Meski tahu jika putranya tertawa terbahak dengan napas yang sedikit terengah, daddy tetap enggan untuk bertanya karena pasti anaknya baru saja adu mulut dengan tetangga depan rumah.

"Udah mateng tuh, cepet makan."

"Siap laksanakan!"

Berlari dengan semangat menuju dapur, Chandra mengambil piring dari rak dan tidak tanggung-tanggung, cowok itu menyinduk tiga sinduk nasi goreng lalu membawanya ke ruang keluarga. Sarapan sambil menonton kartun Doraemon adalah rutinitasnya setiap hari minggu yang tidak boleh dilewatkan.

Setelah menyalakan televisi, Chandra menyendok nasi goreng itu ke dalam mulutnya. Yang ada dipikirannya adalah, dia yang akan dibuat melayang dengan keenakan nasgor buatan Daddy, namun nyatanya salah. Keningnya berkerut, dengan kunyahan pelan. Rasa hambar dirasakan oleh lidahnya kala makanan itu dikunyah. Tidak enak, sungguh. Bukan hanya kurang garam, tapi masakan Daddy kali ini benar-benar payah.

Merasa kesal karena moodnya yang tiba-tiba turun drastis hanya karena nasi goreng, Chandra mengunyah makanan itu dengan cepat, tidak lupa wajah yang ditekuk kesal. Rasa untuk menghujat Daddy ditahannya karena cowok itu masih ingat nasihat opah pada dua botak kesayangannya. Jangan bising-bising depan rezeki, tak baik.

Single Parent [Nct Lokal]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang