Hari Ibu - END

2.6K 280 74
                                    

Masih teringat jelas dalam memori, masih terekam jelas dalam sanubari, dan masih terasa jelas dalam hati. Dua hari bingung ditambah satu hari menahan rasa sesak dan sakit.

Hari itu hari selasa, tanggal 20 desember — tahun terakhir Lucky, Mahesa, Dejan dan Hendra di sd, sebab tahun depan mereka berempat sudah harus masuk smp.

Awalnya semuanya berjalan seperti biasanya, para anak sekolah sambil bersenang-senang. Tapi kebahagiaan, kesenangan dan canda tawa mereka harus musnah saat mendapatkan surat panggilan orang tua dari wali kelasnya masing-masing.

Bukan, itu bukan surat peringatan. Mereka memang nakal, tapi tidak sampai dapat sp juga. Surat yang diberikan guru itu surat undangan untuk ibu mereka di acara hari ibu tanggal 22 desember nanti.

Lucky, Mahesa, Dejan, Hendra, Rendra, Reno, Chandra, Nathan, Yoga, Satya, Saga, Cakra juga Jani lemas saat menerima surat itu. Rasanya, ingin mereka buang saja surat sialan itu ke kali dekat rumah om Chen, tapi lantaran mereka anak baik, jadi saja mereka berikan suratnya pada ayahnya masing-masing.

Saat itu...

Saga masih ingat, dulu abi langsung menangis saat membaca surat tersebut.

"Ntang

"Ntang ngga papa, Abi. Ngga papa, kan bang Rendra juga gak punya bunda."

Abi memeluk putranya erat. "Maafin Abi, Ntang."

Abi minta maaf untuk sesuatu yang bahkan bukan kesalahannya.

Masih Chandra ingat dalam otaknya. Dulu, untuk pertama kalinya, dia bisa bicara lembut pada Daddy.

"Sekolah kamu ngadain acara hari ibu?" Daddy melipat kertas putih itu lantas memasukkannya kembali ke dalam amplop. Kepalanya mendongak, menatap putra tunggalnya yang hanya memasang ekspresi biasa saja.

"Hooh."

"Yaudah, nanti Daddy bilangin sama mommy kamu. Sekalian sama Sandi kan?"

Harusnya Chandra senang sebab masih bisa merayakan hari ibu bersama mommy. Tapi saat itu, ia justru malah menggeleng.

"Jangan bilang sama mommy, Dad. Haikal gak mau mommy dateng buat Haikal."

"Kenapa? Mommy kamu juga pasti bakalan tau dari Sandi."

"Yaudah biarin aja mommy ngewakilin Sandi."

Daddy menghela, merasa jika ada sesuatu pada anak bengalnya.

"Kamu kenapa? Nanti mommy kamu sedih kalo kamu ngga mau dia dateng."

Chandra tidak berani menatap Daddy. Dia hanya bisa menunduk dengan memilin ujung pakaiannya.  "Mommy punya anak kecil, Dad. Nanti repot kalo ngurusin Haikal sama Sandy sekaligus."

Chandra tidak bohong. Itu memang salah satu alasan mengapa dia tidak ingin mengundang mommy. Hanya saja, itu bukan alasan utamanya. Alasan utamanya adalah sebab Chandra tahu jika kemungkinan besar para sahabatnya tidak akan ada yang membawa ibu. Sungguh, Chandra tidak mau bahagia diatas kesedihan orang lain. Mungkin, jika dia membawa mommy, dia akan senang. Tapi pasti ada sahabatnya yang sedih. Dan Chandra tidak mau itu terjadi.

Daddy memeluk putranya. Rasanya sudah lama sekali beliau tidak mendekap si bongsor, dan baru sekarang Daddy sadar tentang itu. "Maafin Daddy, Haikal."

Bahkan, perceraian dengan jalan baik-baik pun, belum tentu baik untuk kedepannya.

Mahesa tidak akan pernah lupa jika dulu, Bubu sampai bungkam sebab dia bilang jika dirinya tidak mau merepotkan mama.

Single Parent [Nct Lokal]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang