"Ntang pengin ikut sama Umi aja."
Abi, juga Umi bingung saat Saga terus saja merengek sebab tidak mau di tinggal umi untuk pulang ke Jogja menjenguk orang tuanya yang tengah sakit. Nampaknya, anak itu sedang berada di mode rewel, buktinya saja Saga yang terus melilit kaki Umi lantaran tidak mau ditinggal.
Untuk membujuk purtanya, Umi berjongkok di hadapan Saga, tidak lupa memberikan usapan lembut pada surai hitam milik si kecil, berharap jika sang putra akan sedikit luluh dengan afeksi yang diberikannya. Sungguh, saat ini Umi tengah buru-buru agar tidak tertinggal kereta, tapi Saga masih saja merengek, tidak mau ditinggal berdua di rumah dengan Abi bahkan hanya untuk beberapa hari kedepan saja. "Umi ke Jogja nya sebentar doang, kok. Ntang sama Abi aja, ya? Nanti Umi bakalan cepet pulang."
Saga memajukan bibirnya, masih terlalu tidak rela jika Umi harus pergi tanpa mengajaknya. "Tapi kan Abi jarang di rumah."
Tidak salah jika Saga begitu rewel. Abi Taufik yang memang menjadi ustadz, sering sekali mengisi ceramah keagamaan di kampung bahkan sampai ke kecamatan tetangga, menyebabkan beliau jarang berada di rumah, sebab dalam satu hari kadang ada dua sampai tiga ceramah yang harus diisi olehnya. Karena hal itulah, Saga menjadi lebih dekat dengan Umi yang notabenenya punya waktu lebih banyak untuknya ketimbang Abi yang selalu berpergian.
Tidak ingin membiarkan Umi berusaha sendirian, Abi pun ikut berjongkok. Mata nanar yang syarat akan rasa bersalah itu ditunjukan pada Saga di depannya. "Abi minta maaf kalo gak pernah punya waktu buat Ntang. Tapi selama Umi ke Jogja, Abi janji bakal selalu nemenin Ntang."
Anak itu masih cemberut.
"Ntang kan udah kelas dua, masa gak mau di tinggal sama Umi, sih? Nanti diledekin sama bang Lucky sama Chandra, lho."
Saga memang sudah berada di kelas dua, satu kelas dengan Cakra dan Jani. Tapikan, ah, dia kesal sendiri mengingatnya.
"Yaudah."
Abi dan Umi jelas tersenyum mendengarnya. Bujukan yang dilakukan sedari tadi akhirnya tidak sia-sia saat Saga menurut dan bersedia melepas kepergian Umi untuk beberapa hari.
Umi mencium pipi Saga, lantas mengulurkan tangan pada Abi sebelum akhirnya memasuki salah satu gerbong kereta yang akan membawanya menuju Jogja.
***
"Saga!!"
"Saga, main yuk?!"
Abi keluar saat teriakan melengking milik Cakra terdengar menggema di dalam rumahnya.
"Eh, ada Lucky, Cakra sama Satya."
"Abi, Saga nya ada?" tidak ingin menggubris basa-basi abi, Lucky malah langsung bertanya hal demikian.
Abi mengangguk, "ada. Bentar ya, Abi panggilin dulu."
Cakra duduk di teras, diikuti Satya setelahnya, sedangkan Lucky sudah mencoba memainkakan bola plastik yang harganya sekitar tiga ribuan di jalananan depan rumah sederhana milik Abi.
Tidak lama, Abi keluar dengan Saga disampingnya, membuat Cakra dan Satya segera berdiri lantas menghampiri Abi yang juga mendekat pada mereka.
Sebelum berangkat, keempatnya menyempatkan diri untuk mencium tangan Abi juga mengucap salam dan langsung bergegas menuju lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Parent [Nct Lokal]✓
Teen FictionMenjadi single parent? Ngga susah kalau anak yang diasuh kaya Dejan, Reno, Satya sama Jani yang baik, adem ayem dan penurut. Tapi, gimana kalau anaknya kaya Lucky yang rusuh, Mahesa yang panikan, Hendra yang random, Rendra yang emosian, Haikal yang...