45. Berita Lama

676 170 19
                                    



Enjoy Reading! Terima kasih udah nunggu!

—————————

"Pak Marsudi minta bantuan kita."

Ucapan Janu mengundang tatapan heran sekaligus bingung dari adik kelas di sekitarnya. Membuat Dion dan Hardan yang sedang bermain PES sampai menghentikan game mereka, serta Jani dan Wanda –yang sedang menggibahi cowok ganteng di Instagram juga ikutan berhenti dan kompak menengok ke si Agit.

"Gimana?" tanya Jani mengerutkan keningnya.

"Iya, doi minta kita buat bantu nyari pelaku yang masuk ke Ruang Guru," ulang Janu dengan sabar.

"I knew it," ujar Dion pelan sambil mengangguk. Dia sudah menduganya bahkan sejak sebelum Janu berpikir untuk mengajak Pak Marsudi bekerja sama. "Bukan lo yang ngajuin, kan, Bang?"

Janu menggeleng sambil tertawa. "Gokil, ya. Serasa berguna banget kita jadi pemberontak gini."

"Terus lo bilang apa?" tanya Hardan yang telah berpindah duduk dari yang awalnya di karpet menjadi di atas sofa, di sebelah Wanda.

"Gue iyain. Tapi pake syarat biar doi ngga ngasih tau tentang kita."

Jani menepuk tangannya heboh. "Tetap tidak mau rugi, ya, Saudara Januar," ucapnya dengan nada yang dilebihkan.

Janu terkekeh. "Iya, lah. Harus win-win solution."

"Terus Kak Janu udah ngasih tau apa aja?" tanya Wanda dengan suara halusnya.

"Gue baru ngasitau tentang Angga. Yang Pak Temi belum. Kan gue belum tau karena lo belum laporan ke gue," jawab Janu sambil menunjuk cowok di sebelah Wanda. "Eh, ternyata beliau juga curiga sama si Angga. Asli, gue jadi ngeri sama Pak Marsudi."

Dion dan Jani ikutan bergidik takut. "Beneran cenayang, kali, ya?"

"Mungkin Pak Marsudi emang udah nandain beberapa agit, kali. Kayak lo, kan yang ketauan baru lo doang, Jan. Kita-kita belum," jelas Hardan sambil berusaha tetap berada di pikiran rasionalnya.

Janu mengangguk menerima opini Hardan. "Masuk akal."

"Terus si Temi gimana itu tadi siang?" tanya Jani sambil menyenggol kaki Hardan dengan kaki jenjangnya. "Jangan pacaran mulu lo berdua."

"Apaan sih, anjing," umpat Hardan kesal. Udah beberapa waktu berlalu dan hubungannya dengan Wanda masih menjadi bahan ledekan.

"Tuh, cowok lo kasar, Wan," adu Jani dengan sengaja.

"Udah, ih. Hardan gimana tadi siang?" tanya Wanda melerai dua orang yang mengapitnya. Hardan di sisi kiri dan Jani di sisi kanannya.

Hardan mengambil segelas es teh manis dari meja kopi di hadapannya. "Antara doi jadi kurir atau ikutan jadi pemakai," jawabnya sebelum meminum isi gelas itu sampai habis.

Wanda menarik napas kaget. Janu dan Jani saling berpandangan sementara Dion langsung menjentikkan jarinya. "Makanya lo nyuruh gue nyari berita dulu itu ya, Bang?"

"Jangan bilang ini ada kaitannya sama kejadian pas mas gue masih jadi ketua OSIS?" tanya Jani.

"Iya. Gue kemaren nyuruh Dion nyari itu biar lo pada tau," jawab Janu. Kepalanya lalu menoleh pada Dion. "Ceritain apa yang lo dapet, Yon," pintanya sebelum mengambil astor dari dalam toples.

"Anjir, ga nyangka banget, sih." Jani tiba-tiba menjadi heboh sendiri.

"Belom!" seru Dion karena dia bahkan belum memulai cerita sama sekali.

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang