32. Semester Baru

733 179 7
                                    



Enjoy Reading!

——————

"Ada Jani? Dipanggil Bu Mega di ruang guru sekarang katanya," ucap seorang murid kelas lain kepada salah satu anak 11 IPS 4 yang sedang berdiri di depan pintu kelas.

Berminggu-minggu setelah UAS, gosip foto nudes dan perkelahian Janu di dekat Warbu, mereka sudah masuk di semester baru. Nilai-nilai para rebels tentu aman di semester kemarin. Wanda dan Hardan berhasil masuk tiga besar di kelas masing-masing, Dion bertahan dengan urutan kelima belas di kelasnya, Jani dengan grafik nilai yang naik dan Janu akhirnya masuk sepuluh besar. Sebuah prestasi cukup tinggi walau dengan cara tidak terpuji.

"WOY ANJANEEE! Lo disuruh ke ruang guru sekarang! Ketemu Bu Mega!" Dengan suara lantang, anak yang dititipi pesan oleh murid kelas lain tadi langsung berteriak memanggil Jani yang duduknya di pojok kelas. Kondisi kelas memang sedang tidak kondusif dikarenakan tidak ada guru yang mengajar.

"Mampus, lo abis berbuat apaan?" tanya Kia mengompori Jani yang terlihat kelabakan di kursinya.

"Apaan, anjing? Belom ada sebulan masuk udah kena panggil aja."

Walaupun dengan gerutuan dan pisuhan, kedua kaki Jani pada akhirnya tetap melangkah ke lantai dasar, tempat ruang guru berada. Ruangan itu punya suhu yang lebih rendah daripada suhu seluruh ruangan kelas di gedung yang sama. Jani pikir sih itu mungkin karena ada banyak mahluk berenergi negatif di kelas. Contohnya murid yang suka bikin gosip dan gaduh kayak dia.

Begitu langkahnya terhenti di depan pintu kaca dengan tulisan 'Ruang Guru' di atasnya, Jani menghitung dulu sampai lima di dalam hati. Dia butuh mengumpulkan seluruh keberanian dan tekad buat membuka pintu ruang guru ini.

Saat tangan kanannya akan mendorong pintu di hadapannya, ternyata pintu justru terdorong balik ke arah Jani. Cewek itu terkesiap kaget sebelum akhirnya menyadari siapa yang membuka pintu dari dalam ruang guru.

"Lah, ngapain lo?" tanya Jani saat melihat wajah berseri Janu yang muncul. Ternyata cowok itu mau keluar dari dalam ruang guru.

Masih dengan senyum yang terhias di muka, Janu balik bertanya. "Ada urusan. Lo?"

"Numpang main PS. Lo pikir aja." Nada sewot tersirat dari jawaban Jani yang hanya dibalas oleh tawa kecil Janu. Cowok itu lalu pamit untuk naik ke atas duluan dan berlalu begitu saja. Jani lantas memilih langsung masuk ke dalam.

Tampak hanya ada beberapa guru yang sedang berada di tempat masing-masing. Kemungkinan sisanya sedang berada di kelas mengingat saat ini masih dalam jam KBM. Mata Jani menyusuri deretan meja di sisi kanan, mencari keberadaan wali kelasnya.

Setelah menemukan sosok guru tersebut, Jani langsung menghampiri beliau. "Bu, nyari saya, ya?"

Bu Mega sedang mengoreksi beberapa tumpukan buku tulis. Kalau dilihat dari sampulnya, sih, buku tulis milik kelasnya. Sesaat setelah Jani bertanya, beliau langsung melepas pandangan dari buku-buku tersebut.

"Eh, iya, Jani. Sebentar, dua buku lagi, ya." Jani lantas mengangguk. Matanya lalu menyapu sekelilingnya.

Selain dirinya, ada juga beberapa murid lain yang tampak sedang menghadap ke beberapa guru. Ada Dio, ketua OSIS terpilih yang sepertinya sedang berkonsultasi dengan pembinanya. Lalu ada juga sesosok murid lelaki yang Jani tidak tahu siapa karena posisinya membelakangi. Tapi yang jelas agit dan sedang terlibat negosiasi dengan guru Olahraga.

"Pak, balikin, pak. Ngga lagi saya bawa, deh."

Jani tebak sih ada barang agit itu yang kena sita. Beberapa menit kemudian Bu Mega selesai dengan pekerjaannya dan memanggil Jani.

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang