23. Foto

806 195 8
                                    

Ojek online yang Dion tumpangi berhenti di dekat gerbang sekolah. Jalanan di depan sudah macet, sekolahnya jadi penyebab itu semua. Mobil pribadi silih berganti keluar masuk dari gerbang itu. Beberapa kendaraan siswa juga berebutan masuk ke sana.

Satu-satunya alasan kenapa Dion masih menggunakan jasa ojek online adalah karena ayahnya tidak mengizinkan dia punya motor sendiri. Cowok itu baru dibolehkan punya dan berkendara dengan motor nanti setelah membuat SIM. Yang artinya harus menunggu sampai ia kelas dua belas.

Dion sebenernya ngga masalah. Kan kalo pake jasa ojek online, dia masih bisa nguyah makanan atau bengong sambil dengerin lagu selama perjalanan. Coba kalo dia yang nyetir? Mana bisa. Kan harus fokus selama perjalanan.

Setelah membayar, Dion lalu berjalan masuk ke dalam area sekolah. Seperti biasa, lorong masuk sudah dipenuhi oleh banyak siswa yang entah bagaimana, hobinya berjalan lambat atau bahkan berkumpul di tengah jalan. Bagi Dion itu sangat mengganggu.

"Yon!" sapa Juanda, salah satu teman di kelasnya.

Dion mengangkat kedua alis membalas sapaan Juan. Ia juga lantas melepas headset yang masih terpasang di telinga. Juan langsung melipir ke pinggir lorong yang diikuti oleh Dion.

"Udah tau yang lagi hot belum?"

Dion mengernyitkan dahi. "Hot plate restoran ujung jalan?"

Juan langsung menoyor kepala Dion. "Makanan mulu di otak lo!"

"Lah, emang apaan?" ucap Dion sambil memasang wajah tak bersalah.

"Lo belom buka grup angkatan?" Dion spontan menggeleng. Terakhir dia buka ruang obrolan tersebut adalah minggu lalu. Mungkin sekarang sudah tertimbun ratusan pesan di dalamnya.

Juan lalu mengerang. Ngga heran sih sama kelakuan Dion. Dia cuma tertarik sama hal-hal berbau gadget dan makanan. Selain itu? Thank you, next.

"Udah langsung aja. Ada apaan?" desak Dion ngga sabar.

Anak basket itu lalu membuka ponsel yang ada di genggamannya. Selanjutnya ia memberi lihat ke Dion foto yang terpampang di layar ponselnya.

"Siapa ini?" tanya cowok berpipi gembul itu.

Juan lantas berbisik. "Katanya aud. Tadi pagi si Jeri ngirim ke grup angkatan, terus udah diapus sekarang. Ngga tau maksudnya apa."

Iyap, Jeri yang dimaksud adalah Jeri temannya Hardan. Cowok periang itu punya relasi erat dengan abang kelas karena dia merupakan pentolan anak futsal angkatan mereka. Pagi buta tadi, cowok itu mengirim sebuah gambar yang menjadi bahan gunjingan di angkatan mereka saat ini. Tapi ngga berapa lama kemudian dihapus.

Dion tampak berpikir. Kalau foto itu sudah dihapus, harusnya hanya segelintir yang tau. Tapi sekarang tampaknya satu sekolahan juga tau. Cowok itu dapat melihat dari beberapa gerombolan murid yang terlihat sedang bergunjing. Terkadang juga ada beberapa murid yang mengangguk bersamaan seakan apa yang mereka bicarakan adalah hal yang sama.

"Udah diapus tapi kok masih pada ngomongin?" tanya Dion.

"Ini masih ada di gue juga karena auto-save gue ngga sengaja nyala. Tapi pasti udah ada yang ngambil screenshot-nya juga, sih. Terus nyebar."

Dion mengangguk paham. Dia lupa kalau sekolahan ini penuh dengan jiwa-jiwa haus asupan gosip. Tumpahan teh di pagi hari, siapa yang akan nolak?

Apalagi foto yang dikirim bisa bikin sekolah gonjang-ganjing. Foto yang didapat dari hasil zoom itu emang ngga terlalu keliatan jelas. Sedikit kabur dan berbayang. Tapi objek dan kegiatan yang dilakukan di dalam foto itu yang berhasil bikin heboh.

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang