14. Mendadak

903 212 17
                                    

Enjoy reading!

—————

Besoknya, kehebohan benar terjadi. Tapi bukan karena ancaman kedua dari oknum guru seperti yang Hardan prediksi, melainkan dari kabar burung kalau UTS dimajukan. Iya, d i m a j u k a n.

"NGIDE BANGET?!" teriak Kia heboh begitu tau hal ini.

"MAKANYA!" balas Jani tak kalah heboh. Seluruh kelas mereka juga masih panik. Berita ini disampaikan dari mulut ke mulut sebelum jam pelajaran dimulai. Masih belum ada konfirmasi dari guru. Tapi berdasarkan pengalaman, gosip pagi itu fakta yang tertunda.

"Iseng, dah. Walaupun UTS itu Ujian Tidak Serius, itu tetep ujian, Jan!"

"Iya, gue tau. Ngga abis pikir, deh. Mana mendadak gini." Jani berucap sambil memijat keningnya. Pusing dia, semalem ngga bisa tidur mikirin video ancaman yang mereka temuin kemarin sore.

"Do you smell something's fishy here, Jani?" tanya Kia dengan suara rendah. Mereka berdua lantas bertatapan.

"Lo mikir apa yang gue pikirin sekarang?" tanya Jani.

Kia mengangguk. "Is it related to... Pak Wahyu's speech... or..."

Jani mengangguk pelan. Iya, dia juga kepikiran hal ini. Kalau berita UTS dimajukan untuk menutupi berita miring terkait oknum guru. Tempelan mading yang kemarin ia tempel memang tidak disensor. Nama gurunya terpampang jelas.

"BU MEGA DATENG!" teriak seseorang sambil masuk ke dalam kelas, diikuti oleh wali kelas mereka di belakangnya.

Baru saja beliau duduk di kursi guru, rengekan murid satu persatu mulai terdengar.

"Bu, masa UTS dimajuin, sih?"

"Bu, kan masih dua minggu lagi?"

"Bu, kok mendadak, sih?"

Jani sih kebagian dengerin aja. Dia dikenal sebagai anak yang aktif di luar tapi pasif saat di dalam kelas. Menurut dia, berada di kelas itu membosankan.

"Iya, UTS benar dimajukan. Yang harusnya masih dua minggu lagi, kini jadi minggu depan. Ketua kelas, Jumat ini ambil kartu peserta ujian sebelum pulang sekolah, ya. Materi dan jadwal ujian akan menyusul. Ada lagi yang ditanyakan?"

Suasana yang tidak jauh berbeda juga dirasakan Dion yang ada di satu lantai di bawah kelas Jani. Bedanya, wali kelasnya justru langsung keluar sesaat setelah menyampaikan informasi hasil briefing pagi dari kepala sekolah. Tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk.

rbls (5)

Bang Januar
|Yon
|Mass email kirim sekarang

Hardana
|Ngga kumpul dulu?

Skrg bgt bang?|

Anjani
|jgn
|tahan dulu yon

Mampus|
Gue nurut yg mana nih|

Dewanda
|katanya pulang cepet
|kata wali kelas Wanda

Bang Januar
|Yaudah
|Nanti ke rmh Wanda
|Ngga jadi yon



————————


"Jani! Dicariin Kahfi di luar!" teriak salah satu teman kelasnya dari ambang pintu kelas. Kebiasaan, ga pernah mau masuk, dumel Jani dalam hati.

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang