Vote dan Comment jangan lupa yaa
Enjoy reading^^
———————
Jarum jam baru menunjukkan pukul tujuh malam tapi Janu sudah mengusap wajah untuk kesekian kalinya demi mengusir rasa kantuk. Ngga, Janu ngga begadang di malam sebelumnya. Selepas pulang sekolah tadi dia juga menyempatkan diri beli kopi di Janji Jiwa. Tapi bukannya melek, dia malah ngantuk.
Sekarang cowok itu lagi ada di kamar kosnya yang berukuran 3x4. Di luar kebiasaannya kalo jam segini –kumpul di rumah Wanda bareng rebels, Janu duduk di atas kursi belajarnya dengan musik lo-fi mengalun sebagai latar suara. Jarang-jarang nih, dia duduk dan belajar di atas kursi ini. Biasanya di kosan cuma numpang tidur sama mandi aja.
Untuk besok hari terakhir ujian, mata pelajaran yang diujikan hanya Sosiologi dan Bahasa Inggris. Karena soal dan kunci jawaban sudah di tangan, Janu tinggal santai aja sebenernya. Tapi cowok itu malah menyusahkan diri dengan mengerahkan tenaga untuk belajar.
Janu emang ngga belajar materi Sosiologi atau Bahasa Inggris. Cowok itu malah belajar Matematika dari soal ujian yang diujikan kemarin. Karena ujian buat dia itu cuma tinggal menghafal kunci jawaban, maka belajarnya belakangan.
Katanya sih, walaupun UAS-nya pake cara fast track, dia tetep mau mengandalkan diri dia sendiri buat ujian-ujian yang udah serius nantinya. Ujian serius itu maksudnya ya Ujian Nasional sama SBMPTN nanti. Makanya dia tetep belajar matematika walaupun daritadi ngusap wajah sama garuk kepala terus.
Penyesalan mulai muncul di dalam diri agit satu ini. Seperti kebanyakan senior pada umumnya, Janu menyesal kenapa dulu dia lebih sering nongkrong di Warbu dengan Mafias dibanding mengulang pelajaran. Imbasnya, dia jadi harus mengejar semua ketertinggalan di akhir masa SMA.
Mau nanya Kamal tapi kayaknya cowok itu lagi bimbingan belajar jam segini. Selain Kamal, Janu merasa ngga terlalu dekat sama murid lain buat nanya hal terkait pelajaran. Emang rumit banget hidupnya si Januar ini.
Beda dengan temen semejanya, Janu emang ngga ikut bimbel di manapun. Masih inget, kan, kalo orang tuanya ngga terlalu merhatiin urusan akademik Janu? Mungkin keduanya udah kerepotan sama kelakuan abang dan adik cowoknya di Bandung. Jadi lupa sama anak tengah yang di Jakarta. Janu sih santai-santai aja anaknya.
Lamunan cowok itu tiba-tiba terputus karena mendengar suara pintu depan kosan yang dibanting. Penghuni kosan ini selain dirinya dan Bang Rendra adalah satu mahasiswa yang doyan rapat hingga tengah malam dan dua karyawan kantoran yang sering lembur. Berarti yang baru datang tadi adalah Bang Rendra.
Janu lalu berdiri dan membuka pintu kamarnya. "Bang," panggilnya.
"Eh, keganggu, ya? Sorry, pintunya belom dibenerin sama si bapak," balas Bang Rendra sebelum membuka pintu kamarnya.
Janu menggeleng. "Bukan itu, Bang. Gue mau nanya materi MTK ke elo. Lagi sibuk, ga?"
Bang Rendra ini mirip abangnya yang di Bandung. Keduanya mungkin emang nyebat sama minum, keliatan buruk di pandangan orang. Tapi kalo dimintain tolong, gampang ngulurin tangan buat bantu.
Mahasiswa Teknik Industri tersebut langsung mengangguk. "Boleh. Gue lagi kosong, kok. Tapi gue mandi dulu, ya."
Janu langsung mengangguk sambil tersenyum. Ia juga bergegas mengambil perlengkapan belajarnya yang hanya berupa pulpen, buku tulis dan buku paket dari kamar. Begitu Bang Rendra keluar dari kamarnya, keduanya langsung berdiskusi di ruang tengah kosan.
Janu emang lemah di pelajaran Matematika. Ditambah lagi dia sering bolos jam tambahan buat kelas dua belas. Beruntung Bang Rendra mau bantu cowok itu pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rebels ✓
Jugendliteratur"It's not rebels that make trouble, but trouble that makes rebels." Kpop lokal ft. Jisung, Yujin, Haruto, Dohyon, Wonyoung contains harsh words