1. Bel Sekolah

3K 322 33
                                    

Januar Putra sudah berkali-kali mengecek jam tangannya, namun waktu bergulir dengan lambat rasanya. Sekarang masih pukul empat sore, satu jam menuju bel pulang sekolah bagi kelas 12.

Siapapun pengusung ide materi tambahan di akhir jam sekolah adalah orang yang menyebalkan. Janu dan teman-temannya sudah sangat lelah dengan beban di tahun terakhir, belum lagi les tambahan hingga malam. Eh, pulang sekolahpun masih ditunda hingga pukul lima.

Materi kali ini untuk pembekalan UN pelajaran Matematika. Janu, seperti kebanyakan murid IPS lainnya, tentu benci itu. Ia yang duduk di barisan belakang hanya melihat ke papan tulis dengan acuh tak acuh. Deretan angka dan huruf x, y, z jelas tidak menarik minatnya.

Di sekelilingnya pun begitu. Ia melihat beberapa teman yang sudah ketiduran karena lelah, atau kurangnya waktu tidur di malam hari. Ada juga yang malah asik main UNO dengan teman sebangku. Semuanya berasal dari barisan belakang. Karena di barisan depan sudah berisi anak-anak ambis yang tak kenal waktu.

Janu meraih ponselnya di kolong meja. Ia mengetikkan beberapa kata di grup.

Janu
Yon
Cepetin bel dong
Ngantuk parah

Wanda
ih ka janu
bandel

Jani
siapa gurunya jan?

Dion
^bertanya pada diri sendiri

Janu
gc anjir
Bu Sri

Jani
oh
bu teh sisri
bosen skli psti yyyy
anak ips tau rasanya
btul brodi @Hardan

Hardan
apaan

Dion
bawel bat
jco ya bang

Janu
iye anjir

Tak lama kemudian, terdengar bel berbunyi. Bu Sri, seperti guru yang berumur lainnya, tidak mengecek ulang pukul berapa sekarang. Patokan beliau adalah suara bel. Maka beliau langsung membereskan barang-barangnya dan pergi ke luar kelas.

"Masih jam 4 anjir, belnya ngaco ya?" tanya Kamal, teman sebangku Janu.

"Anggep aja berkah, kapan lagi ni sekolah ngasih pulang cepet, kan?"

Padahal, selepas pulang sekolah, Janu langsung pergi ke basecamp dengan membawa dua kotak J.Co. Tentu saja untuk berterima kasih kepada oknum Dion yang telah meretas sistem bel otomatis sekolah.

"Nah, sering-sering kek lu minta Dion cepetin bel pulang lu." ucap Jani setelah mengambil satu donat dan duduk di sofa.

"Dicurigain lah, tolol." sahut Hardan dari sofa sebelahnya.

Kini mereka berlima ada di rumah Wanda, rumah yang setiap hari hanya berisi cewek itu dan pekerja di rumahnya saja. Tanpa saudara atau orangtua. Makanya dijadikan basecamp untuk berkumpul.

"Ribet banget kalo bolos 3 kali kena SP. Gue udah 2 kali lagi anjir." keluh Janu setelah melepas kemeja seragamnya. Menyisakan kaos putih oleh-oleh dari Bali yang menempel di tubuhnya.

"Shatu khali laghi dhaphet phirhing, ghan." balas Jani masih dengan mulut penuh donat.

"Tobat, Jan. Lu mau lulus juga." Dion menimpali.

Janu tertawa. "Kalo gua tobat mah kita gak bakal ngumpul kayak gini."

Mereka tertawa bersama. Benar, sih. Kan pendirinya Janu, anak kelas 12 yang bikin kongkalikong sama adek kelasnya.

Wanda, yang daritadi sibuk liat chat di grup kelasnya tiba-tiba nyeletuk,

"Eh, kak Jani. Emang bener ada anak kelas XI IPA yang berduaan di gudang hari ini?"

———————

Kamal, temen sebangku Janu

Kamal, temen sebangku Janu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang