17. Hari Pertama UTS

826 215 11
                                    

Enjoy reading!

——————-

Pagi itu tidak ada kegiatan rutin upacara seperti hari Senin biasa. Pemandangan yang Janu liat sepanjang lorong adalah beberapa murid yang duduk berkelompok sambil memegang kertas atau buku catatan. Mereka semua tampak sibuk me-review materi untuk ujian nanti.

Janu baru sampai di depan pintu kelas saat melongok ke dalam dan melihat hal yang sama terjadi di kelas. Ada yang duduk di pojokan, sibuk menghafal materi dengan sistem kebut satu jam sebelum ujian. Ada yang duduk berkelompok untuk me-review bersama. Ada juga yang hanya mendengarkan teman di sebelahnya yang sibuk membaca materi.

Kamal, teman sebangkunya itu juga sedang membaca catatan dari buku tulis. Kali ini mereka tidak duduk sebangku. Saat UTS, penempatan tempat duduk berdasarkan absen yang dimulai dari meja dekat pintu.

Karena nama Januar ada di bagian tengah absen kelas, dia kedapatan duduk di dekat tembok, barisan kedua. Sementara Kamal ada di ujung lain kelas, di barisan keempat. Kedua kaki Januar lalu berjalan memutari kelas melalui meja ujian Kamal.

"Belajar, lo?"

Kamal mendongak. "Gila aja kalo kaga."

Janu tersenyum kecil. "Santai aja, sih."

"Tai. Lo mah santai mulu nilainya aman."

Setelah menyapa teman terdekatnya di kelas, Janu lalu berjalan ke meja ujiannya. Sekolahnya menerapkan sistem kelas yang sama selama tiga tahun. Jadi seperti UTS di semester-semester sebelumnya, Janu duduk bersama Hani si sekretaris.

"Sonoan."

"Aelah, taro aja tas lo."

"Gue mau duduk, jir."

Mau tak mau Hani akhirnya berdiri untuk membiarkan Janu duduk di kursi ujiannya. Di atas meja cewek itu ada selembar kertas berisi rangkuman materi Bahasa Indonesia, pelajaran yang diujikan di sesi pertama.

Sebenarnya Janu sama Hani itu bukan musuh bebuyutan kayak di film-film gitu. Keduanya mah biasa aja kalo lagi adem ayem. Tapi kalo salah satu udah nyari perkara terus diladenin sama lawan bicaranya, nah, bumi gonjang ganjing deh.

"Mau gue kasih bocoran, ngga?" tawar Janu iseng sambil mengeluarkan ponsel dari kantung kemeja.

Hani menengok. "Tobat, anying."

"Ck," decak Janu. "Bukan contekan, sat. Negatif mulu lo sama gue," lanjutnya kesal.

"Yaudah, apaan?"

"Kaga jadi, dah."

"Anjing. Ada tempat tersendiri ya buat orang yang spill setengah-setengah gini," kesal Hani karena Janu sudah menyita menit berharga yang bisa ia gunakan untuk belajar.

Janu hanya tertawa pelan. Dia akhirnya menghabiskan waktu dengan bermain game cacing. Soalnya kalo kayak gini ngga bakalan ada satupun temannya yang mau diajak mabar. Pada sibuk belajar.

Janu gimana? Dia mah santai. Nilai dia sebenernya ngga jelek-jelek banget untuk ukuran anak yang keliatan ngga niat sekolah. Bukan yang terendah di kelas, lah. Tapi bukan papan atas juga. Soalnya dia nerapin tips and tricks pas ujian yang dia temuin sama Dion. Gimana caranya? Rahasia.

Sepuluh menit kemudian, bel masuk berbunyi. Para murid yang tadinya ada di luar kelas, seketika langsung berhamburan masuk ke dalam. Yang duduk di pojokan kelas atau di bawah papan tulis juga langsung balik ke kursi ujian masing-masing.

Guru pengawas di kelasnya kali ini adalah Pak Marsudi, guru BK yang santuy parah kalo lagi ujian. Beda lagi kalo udah di ruang BK, taringnya keliatan.

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang