43. Hasil

738 192 30
                                    



Enjoy Reading!

Ada author's note di bawah, jangan lupa dibaca yaa

————————

Seminggu setelah gonjang-ganjing yang diakibatkan oleh perkataan Janu, Dion akhirnya berhasil mengirim email berisi link jebakan ke alamat email pribadi milik Pak Temi. Namun, sudah dua hari ini belum ada perkembangan. Umpan yang dilempar belum diambil oleh target.

Saat ini sedang jam istirahat kedua. Karena Dion membawa bekal makan siang dari rumah, ia jadi tak perlu berdesakan ke kantin. Cowok itu hanya perlu mengeluarkan kotak makan dari dalam tas dan membuka laptop, lalu memakan bekalnya sambil bermain gadget itu.

Dion melakukan multitasking dengan mulut yang asik mengunyah nasi goreng mentega sementara matanya sibuk membaca layar laptop. Bersamaan dengan suapan ke lima, perhatiannya tertuju pada notifikasi bahwa Pak Temi sudah mengklik link jebakan yang telah ia siapkan. Sambil tersenyum, Dion mengusap kedua tangannya bersamaan.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, utas itu langsung menjalankan misinya. Ia mulai menggali informasi dari yang paling dasar seperti isi SMS, telepon dan aplikasi pesan singkat. Biasanya, tiga hal tersebut mengandung harta karun berharga.

History SMS milik beliau bersih. Hanya terdapat beberapa SMS penting dari provider, bank dan e-commerce. Tidak ada SMS spam atau yang tampak mencurigakan. Kemungkinan Pak Temi akan langsung menghapusnya jika ada SMS semacam itu.

Beralih ke isi telepon, Dion biasanya akan memperhatikan nomor-nomor yang menelepon secara berulang. Apalagi nomor dengan nama kontak yang mencurigakan atau bahkan tidak diberi nama sama sekali.

Ketika Dion sudah berhasil menggali log calls hingga satu bulan ke belakang, mata tajamnya menangkap beberapa kali panggilan rutin dari sebuah nomor asing. Jika itu sekadar salah sambung, tidak seharusnya terjadi berulang, kan?

Cowok itu lalu memperhatikan detail yang ada. Jarak tiap nomor tersebut menelepon selalu tujuh hari menuju telepon selanjutnya. Ia memperhatikan waktu teleponnya. Matanya membelalak terkejut ketika tau kalau panggilan tersebut selalu dibuat di jam yang sama.

"Ada yang ngga beres," gumamnya kecil.


——————-


"Ih, Kak Janiiiii! Jangan ledekin Wanda mulu!" rengek Wanda ketika Jani iseng mengganggunya dengan merekam dirinya dan Hardan secara bergantian. Video berdurasi belasan detik itu mengandung suara Jani yang meledek seperti ini,

"Ini nih, orangnya, nih. Si Bayi, pacaran sama si Bayi satu lagi," ucap cewek jahil itu sambil meng-zoom in Wanda. Ponselnya lalu bergeser ke arah Hardan di depan TV. "Sama yang itu, tuh yang lagi main PS sama Janu. Anjir, ya. Masih di bawah umur udah pacaran."

Janu yang mendengar keributan kecil itu ikut tertawa. Matanya semakin membentuk eye smile ketika tau kalau Jani ngga akan membiarkan Wanda hidup dengan tenang setelah cewek itu tau kalo si Adik Kelas beneran pacaran sama Hardan.

"Tuh, cewek lo diledekin mulu sama Jani," ujarnya sambil menyenggol pelan lengan Hardan. Mata kedua cowok itu sama-sama tertuju pada layar empat puluh inci di hadapan mereka.

"Kaga jelas," balas Hardan singkat. Selama Wanda belum minta tolong langsung ke dia, menurut Hardan itu masih di batas wajar.

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang