33. Heboh

719 179 7
                                    


Enjoy Reading!

——————

"Rame amat, ngga ada yang mau mutualan, apa?"

Celetukan Juan hanya dibalas dengusan oleh Dion. Mentang-mentang lagi ramai, cowok itu masih aja bercanda. Padahal keramaian yang ada di hadapan dua cowok itu bukan keramaian pada umumnya.

Pagi hari di sekolah mereka kali ini tampak ada yang beda dari biasanya. Kerumunan murid dan warga sekolah terjadi di depan ruang guru. Pintu ruangan tersebut juga terbuka dan menampilkan keadaan yang berantakan.

Celingukan beberapa orang yang berniat mengintip, bisikan dari kanan kiri dan bau sisa asap terjadi di sekeliling Dion. Alis tebal cowok itu menyatu, memproses informasi di sekitarnya.

"Ada apaan, sih?"

"Kayaknya ada yang ngeberantakin ruang guru, deh," jawab Dion pelan. Matanya tertuju pada pintu ruangan yang sedang jadi pembicaraan.

Juan mengangguk kecil. Ia juga bisa melihat keadaan isi di dalam ruang guru yang cukup berantakan dari luar. Kertas-kertas yang berserakan, meja-meja yang tidak beraturan hingga sisa asap yang mereka tak tau asalnya dari mana.

Dikarenakan masih ada kerumunan para murid bahkan setelah bel masuk berbunyi, beberapa guru ada yang mulai mengusir mereka satu persatu. Dion dan Juan akhirnya berjalan naik ke lantai atas bersama beberapa murid lain.

"Menurut lo, itu tadi kenapa?"

Dion mengangkat kedua bahunya. "Ngga terlalu keliatan tapi yang jelas dalemnya berantakan."

"Belum ada setahun sekolah di sini, udah dikasih liat banyak masalah kayaknya."

"Tiap sekolah mah emang ada masalahnya masing-masing. Tapi yang paling ada-ada aja kayaknya ini sekolah."

Juan tertawa kecil. "Tapi ngga apa-apa, sih, buat gue. Biar masa SMA ngga boring-boring amat. Asal jangan sampe gue yang kena aja."

Dion menyetujui. It's all funny until it happens to you. Sebagai penonton, disuguhi banyak drama seru pasti menyenangkan. Tapi sebagai pelaku, apalagi yang kena dampaknya langsung, pasti sangat tidak menyenangkan. Malah cenderung menyulitkan.

Sementara itu di depan kelas urutan kedua dari ujung kanan lantai 4, ada Janu, Kamal, Mahen dan beberapa agit yang sedang berkumpul. Mereka semua kompak melihat kerumunan di depan ruang guru dari balkon koridor. Beberapa kali juga berteriak bertanya kepada teman yang di bawah mengenai keadaan di sana.

"Gocap pertama dari gua. Hari ini bakal freeclass seharian," ujar Mahen dengan tangan yang merogoh saku belakang celananya, mengambil dompet.

Janu tertawa kecil. "Goceng aja, dah. Dipulangin setengah hari." Tangannya merogoh kantong depan di seragamnya, mengambil kembalian gorengan tadi pagi.

Giliran Kamal yang tertawa menampilkan deretan gigi. Matanya memperhatikan orang-orang yang mulai membubarkan diri di bawah sana. Termasuk guru BK yang menatap mereka dari jauh. "Tapi yang pasti Marsudi bakal on the way ke atas karena ngeliat kita masih di sini."

Ngga berapa lama kemudian, mereka yang ada di balkon koridor lantai atas juga mulai masuk ke kelas masing-masing. Walaupun udah yakin ngga bakalan belajar di jam pertama, ditatap guru-guru dari bawah dengan raut wajah garang itu menguji nyali. Apalagi kalo sampe diteriakin namanya, terus disuruh masuk. Malu, cuy.

———————

"Ini perasaaan gue doang atau emang Janu tobatnya setengah-setengah?"

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang