Good to see you back and enjoy reading!Jangan lupa baca sampe akhir, beneran akhir ya hehe^^
———————————
"Terus, rencana kamu ke depannya gimana sama temen-temen kamu?"
Pertanyaan Pak Marsudi di akhir sesi pertemuan mereka kemarin berhasil berputar di kepala Janu selama satu hari penuh. Eh, enggak. Satu hari dan satu malam penuh dari kemarin, malah.
Sekarang cowok itu lagi sandaran ke pembatas balkon lantai empat di depan pintu kelasnya. Matanya asik memandangi lapangan dan sekitarnya sambil pikirannya melayang ke mana-mana. Bel pulang udah berbunyi dari lima menit yang lalu, beberapa murid udah berhamburan keluar dari kelas masing-masing termasuk Kamal yang langsung cabut buat bimbel.
Janu memperkirakan berapa sisa waktu dia di sekolah. Ngga kerasa waktu cepat berlalu dan sekarang tinggal tiga bulan lagi dia sekolah. Ujian-ujian penting udah di depan mata, Janu harus mikirin prioritasnya. Mungkin hari ini dia bakal ngumumin sesuatu ke rebels.
"Ngga balik, Jan?" tanya Mahen tiba-tiba setelah keluar dari kelasnya yang tetanggaan sama kelas Janu. Jam tambahan hanya ada di hari tertentu dan tidak diadakan di hari ini.
Tersentak dari lamunannya, Janu menengok ke arah cowok itu. "Lo sendiri?"
Mahen tersenyum kecil. Ia malah jadi ikutan memandangi lantai bawah dari atas sini kayak Janu. "Sebenernya mau cabut, tapi entaran dulu. Mau ngeliatin si Cantik bentar dari atas sini," ujarnya pelan dengan pandangan mata ke arah seseorang di bawah sana.
Janu mengikuti arah pandangan Mahen dan menemukan Jani yang sedang duduk di pinggir lapangan bersama Kia dan beberapa anak Madivas. Dia keasikan melamun sampe ngga sadar ada Jani dari tadi di deket lapangan.
Cowok berbibir tebal itu kemudian memperhatikan temannya dari samping. Pandangan Mahen ke arah Jani jelas kelihatan berbeda. Bukan jenis pandangan yang biasa diberikannya ke sembarang orang. Mahendra jelas beneran suka sama Anjani.
——————————-
"Kemana dulu lo?" tanya Jani begitu Janu baru tiba di basecamp alias ruang tengah rumah Wanda.
Janu mengangkat dua buah plastik berisi total lima gelas chatime yang ada di tangannya sebagai jawaban. "Ambil pesenan Wanda. Makanya, liat grup," ujar cowok itu seraya duduk di samping Jani.
"Yang lain mana? Kok lo doang?" Janu kembali bersuara setelah matanya tidak menemukan batang hidung tiga anak lainnya. Hanya ada Jani dan dirinya di sana. Selain itu, ada laptop milik Dion di atas meja, tas Nike merah milik Hardan serta cardigan ungu punya Wanda yang tersampir di sofa.
Jani yang masih asik bermain ponsel itu hanya menunjuk ke arah dapur dengan dagu. "Tuh, lagi eksperimen di dapur."
"Lo ga ikut?"
Jani menggeleng singkat sebagai balasan. Janu yang kepo akhirnya mencuri pandang ke arah ponsel Jani dan menemukan kalau cewek itu lagi membuka roomchat Kahfi. Kontaknya aja belom diganti, masih pake emot matahari, batin Janu.
"Duilah, masih belom move on?"
Celetukan Janu membuat Jani berdecak. "Kepo banget netizen. Orang cuma bales chat doang."
"Dari bales chat berujung balikan, gitu?"
"Bawel banget Januar, ih!" seru Jani sambil memukul pelan pundak si Cowok.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rebels ✓
Teen Fiction"It's not rebels that make trouble, but trouble that makes rebels." Kpop lokal ft. Jisung, Yujin, Haruto, Dohyon, Wonyoung contains harsh words