"JANIIII!!" seru teman sebangku Jani saat ia masuk ke kelas. Benar-benar baru menginjakkan kaki di lantai kelas, jaketnya saja masih terpasang di tubuhnya.
Jani balas berseru dan menghampiri. "KIAAA!! Kemana aja lo kemaren gak masuk?"
"Biasa, bokap gue ngajak liburan mendadak."
"Bulan depan udah ujian, anjir."
"UJIAN APAAN?!"
"Tengah semester." Kia langsung menoyor kepala Jani. "UTS kan stands for ujian tidak serius."
"Seriusnya kapan?" tanya Jani.
"UAS. Ujian akhirnya serius." Mereka berdua tergelak bersama.
"Eh, anyway, lo tau hot issue apa pagi ini?" tanya Kia dengan alis naik turun.
"Apaan, anjing, alis lo gitu amat." Jani memukul bahu Kia pelan, merasa tak terima.
Kia mengangkat kedua bahunya. "Ya kan elo toa sekolah, semua gosip pasti lo tau. Mind to share a bit?"
"Hmm," Jani tampak berpikir, "lo udah ke mading?"
"ITU YANG SAYA TUNGGU!!! Kajja!" ujar Kia heboh sambil menarik tangan Jani berdiri dan berjalan ke luar kelas.
Tampak banyak murid berkumpul di depan mading. Ada juga yang memfoto hal yang tertempel di atas permukaannya.
"Ada apaan, dek?" tanya Jani asal ke sosok di depannya. Ternyata itu Wanda. Mereka melakukan kontak mata sesaat.
"Itu, kak. Gosip semalem ada yang berduaan pas pulsek, terus muncul foto dari CCTV-nya. Ceweknya dipaksa." jawab Wanda sopan. Di luar sekolah, mereka boleh jadi teammate. Tapi saat ini, mereka tidak boleh terlihat saling mengenal.
"Idiiih! Makasih, ya, dek." ucap Kia sambil melangsak maju. Beruntung juga Jani bertubuh tinggi, ia bisa membantu menembus kerumunan.
Saat Kia fokus pada kertas bertuliskan 'COWOK YANG PEMAKSA' dengan beberapa foto bukti dari rekaman CCTV, Jani memaksa indra pendengarannya untuk mendengar suara-suara di sekitarnya.
Ia bisa mendengar beberapa kalimat seperti,
"Cowoknya, anjir, brengsek."
"Kan, gue kata apa, cowoknya anak mafias mana bakal bener."
"Gila, kasian banget ceweknya."
Selesai. Misi mereka selesai kali ini. Arus gosip sudah berubah arah menjadi menyerang si cowok. As it should be. Kini ia hanya harus menunggu Kia menyeretnya keluar dari kerumunan depan mading atau membubarkan diri setelah guru mengusir.
——————-
"Gimana?" tanya Janu ke Jani.
"Aman. Angga yang kena skors seminggu sama dipanggil ortu. Winda skors sehari." jawab cewek itu sambil membuka bungkus chiki.
Yap, mereka sedang berada di rumah Wanda. Pulang sekolah? Ke rumah Wanda. Pulang cepat? Ke rumah Wanda. Wanda sih seneng aja. Soalnya biar ga sepi. Rumah segede istana kalo kosong kan serem, ya.
"Padahal Winda anaknya sopan, anjir. Gue aja ga berani asal nyentuh. Goblok banget si Angga." Janu menggeleng heran.
"Kok diskors sih? Kenapa gak dapet konseling?" protes Wanda tak terima.
"Masih mending itu. Lo pada tau kan sekolah blangsaknya macem apa." balas Hardan sambil membuka kaleng minumnya.
"Mungkin skors sehari maksudnya konseling. Yang penting sekarang gue mau tidur, tadi gue bangun kepagian. Sial." ujar Dion sambil membuka jaketnya.
Ia lalu berdiri. "Wan, kamar kosong, kan?"
Wanda mengangguk. "Pake aja, Yon."
"Lo nginep?" tanya Hardan menghentikan langkah Dion.
"Kaga," Dion menggeleng, "bentaran doang. Kalo pada mau balik, bangunin, ya." Ia lalu berjalan menuju ruang tamu di lantai 1.
Selain berkumpul, mereka juga sering tidur di rumah Wanda. Apalagi banyak kamar kosong. Para pembantu di sana juga senang melihat anak majikannya tidak kesepian. Maklum, Wanda anak satu-satunya. Kedua orangtuanya kerja di luar negeri dan jarang pulang.
———————
Kia, temen sebangku Jani
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rebels ✓
Fiksi Remaja"It's not rebels that make trouble, but trouble that makes rebels." Kpop lokal ft. Jisung, Yujin, Haruto, Dohyon, Wonyoung contains harsh words