19. "Bukan gue."

834 204 3
                                    

Enjoy reading!

———————-

Yudha berjalan santai seperti biasa di lorong sekolah. Namun beberapa orang yang berpapasan atau bahkan sekedar ia lewati, mereka semua memberi tatapan aneh. Tatapan seakan-akan ia yang menjadi tokoh utama pembicaraan mereka semua.

"Orang-orang pada kenapa dah..." Ia bergumam pelan.

Sesampainya di kelas XI IPS 4, ia langsung duduk menghampiri teman semejanya. Belum juga membuka mulut, temannya itu sudah melontarkan pertanyaan terlebih dahulu.

"Itu bener, Yudh?"

"Apaan bener?" tanya Yudha benar-benar clueless.

"Kata anak-anak, lo pernah ngelakuin pelecehan pas SMP."

Cowok itu langsung terdiam. Pikirannya berhenti saat itu juga. Temannya yang melihat respon cowok itu langsung menyenggol lengan Yudha.

"Yudh?"

"Siapa yang bilang?!" teriak Yudha tiba-tiba.

"Udah bany-"

Omongan teman semejanya itu terpotong karena Yudha langsung menarik kerah kemeja si empunya suara. Terdengar decitan meja dan bangku yang membuat mereka menjadi pusat perhatian satu kelas. Calon wakil ketua OSIS tersebut mendorong tubuh temannya hingga menempel ke dinding.

"Ngomong lagi?!"

"B-bukan gue yang ngomong, Yudh. Anak-anak udah pada ta-"

Untuk kedua kalinya, omongan temannya terpotong oleh Yudha. Cowok itu menghempaskan tubuh temannya dengan kasar, lalu berlari ke luar kelas dengan langkah penuh amarah. Beberapa anak kelas saling berpandangan bingung. Tak terkecuali Jani dan Kia yang duduk di pojok lain kelas.

"Kok udah nyebar, dah? Lo yang mulai, Jan?" tanya Kia memicingkan mata ke arah teman semejanya.

"Anjir, gue mulu. Sumpah, kali ini bukan." Jani berusaha meyakinkan Kia sambil menggelengkan kepala. Beneran, dah. Bukan Jani yang mulai.

Memang dia yang ingin sekali menyebarkan gosip ini kemarin. Tapi sebelum cewek itu ambil langkah, eh gosipnya udah nyebar duluan. Jani bener-bener ngga tau itu gosip nyebar dari mana. Ngga ada omongan juga dari Mafias Madivas yang lain. Buktinya Kia ikutan heran.

Kia tampak berpikir. "Padahal kemarin belum ada omongan dari Angga, ngga, sih?"

Iya, Angga yang kapan hari itu kena kasus asusila sama temen angkatannya. Kini dia jadi ketua tim sukses buat paslon Putra-Salwa. Anggota timsesnya? Ya anak Mafias Madivas, lah.

Jani mengangguk. Itulah alasannya kenapa ia memaksa Janu, Hardan, Dion dan Wanda kemarin sore untuk setuju dengan dia. Jani ingin selangkah lebih maju dari timses Putra-Salwa alias teman Mafias Madivasnya sendiri.

"Timing-nya pas banget. Udah mau debat caketos, ditumpahin tehnya. Gimana ngga panas si Yudha."

Jani lagi-lagi mengangguk setuju. Matanya kini fokus pada ponsel yang sedang ia pegang. Ada beberapa notifikasi yang baru masuk pagi ini. Salah satunya dari rebels.

rbls (5)

Januar
Kmrn udh blg ga disebar loh

Hardan
Hmmm tercium sampai sini

Jani langsung menarik nafas kasar. Dia tidak membalas chat Janu dan Hardan. Cewek itu hanya membacanya dan keluar dari aplikasi pesan singkat. Dia terlalu malas untuk membela diri. Biar nanti sore saja. Baku hantam enaknya langsung face to face, bukan lewat chat.

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang