30. Terulang

689 185 14
                                    

Hai! Maaf lama, ya. Double update sebagai gantinya hehehe^^

Enjoy reading! Jangan lupa vote dan comment

—————-

"Kapan lagi sekolah sepi pagi-pagi," gumam Hardan sambil berjalan di lorong menuju kantin.

Suasana sekolah pagi ini tampak berbeda karena hanya para utas dan agit saja yang hadir. Satu angkatan kelas sebelas sudah berangkat pagi dini hari tadi menuju Jogja untuk melaksanakan study tour mereka. Termasuk Anjani.

Sementara yang aud jalan-jalan, utas dan agit akan dihadapkan dengan berbagai remedial dan tugas pelengkap untuk di rapot nanti. Apalagi bagi para kelas dua belas yang akan mendapat tiket SNMPTN. Ini waktunya untuk memperbaiki nilai di rapot.

Seperti biasa, Hardan akan menghabiskan sepuluh menit menjelang bel masuk dengan duduk di kursi kantin. Cowok itu akan ditemani segelas teh hangat dan bacaan dari platform berita online. Agak berbobot memang bacaannya.

Sembari menunggu tehnya dibuat, Hardan melihat ke sekitar. Biasanya suka ada Kahfi, pac– eh mantannya Jani yang lagi makan sarapannya di kantin. Entah nasi uduk beli di pertigaan jalan deket sekolah atau bubur ayam kantin.

Kadang juga suka ada beberapa anak yang bersembunyi di balik tembok kantin buat nyebat pagi-pagi. Jadi, di sekolah ini ada dua tempat yang biasa dipake buat ngerokok diam-diam. Di deket tembok belakang sekolah tempat biasa untuk kabur dan di balik tembok kantin.

Karena biasanya yang suka nyebat di kantin itu para aud, otomatis pagi ini suasana lebih sepi dari biasanya. Beberapa kios kantin juga ada yang memilih tutup. Mungkin karena banyak pelanggannya –para aud, yang gak masuk.

Setelah segelas teh hangat diantar ke mejanya, Hardan tersenyum sambil mengucap terima kasih kepada Pak Udin. Ia lalu membuka ponsel dan baru akan mengklik aplikasi berita jika saja perhatiannya tidak terusik oleh rentetan notifikasi bertubi-tubi yang muncul dari aplikasi pesan singkat.

"Apaan lagi, sih?" gerutu Hardan yang dilanjut desahan kecil.

Puluhan pesan singkat tersebut berasal dari satu groupchat yang isinya merupakan seluruh anak lelaki di angkatannya. Hardan hampir ngga pernah aktif di grup itu. Menurut dia, grup kayak gitu punya minim kegunaan alias ngga guna.

"Jeri, lagi. Kenapa si–"

"Wey, bro!"

Jerico tiba-tiba muncul dan menepuk meja kantin di hadapan Hardan. Cowok dengan gigi kelinci itu langsung mengambil gelas milik Hardan dan meminumnya tanpa ragu.

"Udah kayak jin aja lo, baru disebut langsung muncul."

Setelah menghabiskan hampir separuh teh hangat milik Hardan, Jeri meletakkan gelas dengan sedikit keras. "Sialan. Ganteng gini dibilang jin."

"Itu di grup kenapa lagi?" tanya Hardan to the point. Dia malas untuk scroll lebih lanjut di grup.

Jeri berdehem pelan. "Foto anak angkatan kita kesebar."

Hardan mengerutkan alis. "Terus kenapa?"

Jeri berdecak dan memajukan kepalanya mendekat. "Foto nudes," bisik cowok itu.

Hardan menarik nafas kaget. "Serius, lo?"

"Kapan, sih, gue bercanda?"

"Tiap saat, anjing. Lo bercanda ngga tau sikon," sungut Hardan kesal.

Teman semejanya itu tertawa pelan. "Tapi kali ini serius, Dan. Gua juga kaget."

"Tau dari mana?"

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang