28. Secret Recipe

775 191 12
                                    

Seperti yang sudah disepakati beberapa hari lalu, Dion dan Janu kini masih berada di rumah Wanda menunggu malam datang. Keduanya juga masih mengenakan seragam dan asik makan pizza traktiran Wanda.

"Soal baru bakal di-print hari Minggu. Berarti hari ini masih dalam bentuk soft file. Lo berdua bakal ngapain?" tanya Hardan. Dia baru saja menganalisis bagaimana cara mereka mendapatkan soal UAS kali ini dan menemukan ada yang janggal dari rencana Janu.

Untuk pekan ulangan lalu dan UTS kemarin, mereka mencuri soal langsung dari ruang guru saat malam hari sebelum ujian. Siapa dalangnya? Januar, yang dibantu oleh Dion. Namun untuk UAS kali ini, mereka berencana menerapkan strategi yang berbeda.

"Kepoin komputer guru," jawab Janu santai.

Jani menggelengkan kepala heran saat mendengar jawaban absurd itu. "Orang gila."

"Emang ngga bisa lewat e-mail aja?" tanya Wanda dengan raut wajah khawatir. Dia paling takut kalo dua temannya ini kenapa-kenapa.

Dion menggeleng. "Ngga ada kepastian semua guru mata pelajaran ngirimnya lewat e-mail, Wanda. Tapi nanti juga diliat ulang lewat e-mail kepsek, kok."

"Terus, lo berdua pergi kapan?" tanya Jani sambil mengambil sepotong Meat Lovers.

Janu menyipitkan mata ke arah Jani dengan mulut yang mengunyah sisa makanan. "Lo ngusir?"

"Idih, geer banget?" balas Jani sewot.

"Jam tujuh, paling. Ngga ada anak OSIS rapat, kan?" tanya Dion melerai dua kakak kelasnya.

"Kalo ada juga gapapa. Biar satpam sibuk ngusirin mereka," sahut Janu sekenanya.

Mendekati pukul tujuh malam, keduanya lantas mengganti pakaian mereka menjadi serba hitam. Janu mengenakan sweater hitam dengan celana bahan panjang warna senada. Dion membalut diri dengan hoodie hitam polos dan celana jeans hitam.

"Topi? Sarung tangan? Masker?" absen Jani saat memperhatikan mereka bersiap-siap.

Janu langsung merapikan rambutnya sebelum memasang topi polos hitam miliknya. "Udah ganteng, kan?"

"Iya, diliat dari Monas pake sedotan," sahut Jani kesal. Janu ini tingkat percaya dirinya tinggi, tapi yang dia omongin bener, sih. Janu jadi tambah ganteng walaupun pakaiannya serba item kayak maling.

Dion memasang kupluk dari hoodienya. "Jadi minjem motor Pak Pras?" tanya cowok itu kemudian. Pak Pras adalah sopir sekaligus tukang kebun di rumah Wanda.

Janu mengangguk pelan sambil mengantongi sarung tangan dan maskernya. "Pak Pras dimana, Wan?"

"Tadi sih di depan, Kak Janu. Nanti langsung bilang aja, aku udah ngomong," ucap Wanda dengan fokus yang ada di buku pelajaran. Gitu-gitu, Wanda masih rajin belajar buat minggu depan.

Sepuluh menit kemudian, Janu dan Dion pergi meninggalkan rumah Wanda. Menyisakan Hardan, Jani dan Wanda di ruang tengah. Yang anak IPA lebih memilih membaca ulang beberapa lembar buku Biologi sementara dua anak IPS beda angkatan sisanya malah asik main PS ditemani dua kaleng soda.

Di perjalanan, Janu dan Dion asik mengobrol ringan. Walaupun awalnya agak kagok karena terbiasa dengan motor kopling, Janu akhirnya bisa membiasakan diri dengan motor matic pinjaman ini. Tujuan mereka menukar kendaraan tentu agar tidak ketahuan jika nantinya rencana ini gagal.

"Lo liat Hardan sama Wanda kayak apaan, Yon?" tanya Janu memulai pembicaraan.

"Kayak temen, lah, Bang. Emang apaan?"

"Dih, lo kagak merhatiin?"

Dion menggeleng di belakang. "Emang ada apaan?"

"Ngga tau, sih," jawab Janu sambil mengangkat kedua bahunya. "Feeling gua doang kali, ya."

The Rebels ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang