Malas Jadi Pemeran Utama
"E-Elo kenal gue kan ?" Rosa memincing mata tepat di depan wajah Adam. Beranggapan mungkin cowok itu kenal dengannya. Pasalnya, cowok itu kaget melihat wajahnya, padahal ia bukan hantu atau cewek jelek.
"E-Enggak, gue baru pertama kali lihat—" Adam gementar. Ia takut kalau cewek di hadapannya akan membully dan menjadikan dia sasaran berikutnya. Adam ingat pernah membantah cewek ini di hadapan satu kelas gara-gara Anna. Tapi, kali ini, dia juga sudah move on...
"E-Elo..., Elo pernah bantu gue ?!" Tanya Rosa bersemangat. Ia tidak ingat kapan pernah minta bantuan— ehh, tunggu. Wajah cowok di hadapannya jelas membawa kebencian di hati Rosa.
"Elo!" Rosa berteriak. Sekarang, ia ingat dengan jelas cowok yang membela Anna. "Gue sia-sia aja nolong elo... Tapi lo bego!"
"Emang elo, enggak ?" Tanya Adam balik. Ketika memperhatikan Rosa, Adam pikir cewek di depannya tidaklah sejahat yang di rumorkan, terlebihnya ternyata cewek itu jauh lebih ceroboh dan bodoh dari yang dia kira. Tidak mungkinkan seorang pembully justru menolong ?
"Elo tolol banget, ya! Mau ajalah dimaafkan sama si Anna itu! Bodoh banget, gue sih udah menjauh! Lagian, lo kan figuran... Kenapa bertindak seolah tokoh utama ?! Lagian mana mungkin Anna suka elo, kan ?!"
"Figuran itu enaknya diam aja, cari cewek lain, terus pacaran... Buat apa ngikuti eksisnya pemeran utama, kalau jadi penjahat ?! Gue kadang bingung kenapa, ya di antara ribuan manusia mau aja berantem sama satu doang!"
Adam tidak bisa berhenti menggelengkan kepala. Sudah hampir setengah jam, ia mendengarkan ocehan Rosa. Terutama, gadis itu tidak ingin berhenti menceramahinya.
"Udah selesai ?" Potong Adam, mengangkat salah satu alisnya.
"Gue cuma baik hati sama elo—"
"Udah cukup filsafatnya, elo mau balas dendam enggak ?" Tanya Adam, ia mengerti bahwa Rosa sama dengannya. Dimanfaatkan sebagai figuran, sehingga terhubung dengan kata 'Penjahat' hubungan orang.
Rosa diam sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya. "Enggak ah, gue males jadi pemeran utama. Gue figuran ajalah, cari orang yang jadi pemeran utama aja."
"K-Kenapa ?!" Tanya Adam penasaran, tidak mengerti otak cewek di depannya. Setelah disakiti oleh banyak orang. Namun..., Cewek itu tetap aja jawab enggak. Emang nih anak bego, ha ?!
"Pemeran utama itu repot! Butuh lakukan aksi! Menarik perhatian, seolah dia protagonis baik!" Rosa menatap datar kearah Adam, lalu menghela napas melihat bertapa cowok itu bertekad. "Gue enggak mau jadi pemeran utama!"
"Tapi elo kan sudah jadi pembully gara-gara Anna—"
"Gue emang bukan pembully, ha ?!" Ucap Rosa ngegas, namun sebenarnya enggak peduli dengan julukan tersebut.
"Populitas elo, lo beneran enggak mau jadi sosok protagonis ?" Adam semakin tidak mengerti dengan otak Rosa. Awalnya, cewek itu sangat ingin Dean, namun seketika ia bahkan tidak ingin menjadi apapun. Dalam hati Adam, ia mungkin hanya bisa berpendapat. Emang ini cewek punya mood apa ?!
"Kalau gue sih mending jadi antagonis, lagian cuma topeng doang," ujar Rosa, menatap Adam dengan seksama. "Pemeran utama dan figuran berbeda, tetapi perbedaan hanyalah Sepatan kata..., Jika gue pemeran utama. Elo tau gue mau lakuin apa ?!"
"Elo bakalan lakuin apaan ?!"
"Gue mau digantikan aja sama figuran, soalnya figuran kasihan. Gue milih bersemedi aja di kuil, kan enak, nyaman," kata Rosa dengan raut datar.
Adam hanya bisa mengerut kening, enggak ngerti. Apa hubungannya pemeran dan bersemedi ? Jelas sekali, cewek di hadapannya ini senang sekali bicara yang enggak berkaitan.
"Gue tertarik sama lo, jadi gue mau buat elo jadi pemeran utama—" Adam hendak berdiri, ia basah kuyut dan sudah mulai tidak enak badan. Terutama, masih ada pelajaran setelah jam istirahat.
"Jangan, gue enggak butuh!"
"Gue mau!"
"Enggak butuh banget!" Teriak Rosa tegas, ia juga bangkit dari rerumputan. Sedikit kesal dengan tekad cowok di hadapannya.
"Pokoknya pemeran utama!" Adam sudah berlari dari sana. Menghilang di balik lantai koridor, lalu tersenyum tipis. Gue kan udah janji, mana mungkin gue langgarkan ? Batinnya.
Sementara itu, Rosa celigak-celigok. Diam sejenak antara bingung dan heran. "By the way, cowok gila itu!" Kata Rosa pada dirinya sendiri. "Namanya siapa, ya ? Kok gue kayak kenal. Tapi emang banyak orang gila sih di dunia ini ? Bicaranya aneh banget!"
***
"Rosa!" Panggil Alita histeri. Pasalnya, ia tidak menemukan sahabatnya setelah kehilangannya dari kerumunan orang tadi. "Elo kemana ?! Gue, G-Gue kira elo udah mati di tabrak—"
"Sialan, tolol benar!" Rosa membanting tangannya yang hendak minum. Ia habis berganti baju dan hampir tewas kalau saja ia tidak bisa berenang. Dan, kini sahabatnya sudah menyumpahinya. Rosa geleng kepala. "Sebenarnya gue buat dosa apaan sih ? Kenapa gue dikelilingi makhluk aneh ?!"
"Maksudmu hantu, Ros ?" Sela Afgar, yang berada tepat di samping Alita.
"Kok elo tau!" Rosa terkejut, ia memang bertemu orang aneh tadi. "Kira-kira dia hantu, enggak, ya ? Pasalnya, dia ngomong aneh muluh. Katanya, mau nolongi gue lah!"
"Elo kenal dia, enggak ?" Tanya Afgar, mengiterogasi.
Rosa menggeleng kepalanya. "Enggak, gue kira dia mesum. Barangkali dia hantu, ya." Ucap Rosa bengong.
Afgar memukul jidatnya sendiri. Pasalnya, ternyata Rosa yang dikenal jenius dan pembully ternyata berbeda dari gosip. Cewek itu benar-benar bego...
"Dia kayak gimana ?" Tanya Afgar lagi, setengah geleng kepala. Berpikir kalau dia bisa jadi bodoh dengan hanya bisa sama Rosa.
"Dia cowok ganteng, six packnya... Hn," kata Rosa terdiam sambil memikirkan kembali, lalu tertawa. "Bagus banget! Gue kayak pernah liat dia deh... Oh, ya dia dekat sama Dean dan Anna!"
Afgar langsung memukul meja, kesal dengan yang Rosa bicarakan. "Dia manusia, Rosa! Mana ada arwah jahat ?!—"
"Cowok itu!" Tunjuk Rosa, menatap ke belakang Afgar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Romance
Teen Fiction[HARAP TIDAK COPYPASTE MAUPUN MENIRU KARYA INI. JIKA SAYA MENEMUKAN PENIRUAN, MAKA SAYA PASTIKAN AKAN MENUNTUT ANDA. TERIMA KASIH] Rosa Novita Ass sudah lelah menjadi figuran yang menganggu hubungan Anna dan Dean, hingga ia bertemu sebayangnya, Adam...