Gagal Menjauh
Adam hanya tahu satu hal yang ia rasakan sekarang, kesal. Ia sangat kesal, sampai ingin membunuh cowok sialan di depannya ini. Sayangnya, jika saja ia memukul seseorang, maka sama saja papa Rosa akan meragukan ketaatan dan janji Adam untuk Rosa.
Sejenak menghela napas, Adam melirik pelan kearah Rosa. Sebenarnya yang ditakutinya cuma satu hal, jika Rosa akan jatuh cinta lagi dengan cowok sialan di belakangnya. Ketika cewek itu disakiti, Adam merasa ia bertanggung jawab, bahkan sejak awal bertemu seorang Rosa. Memang benar, cewek itu hanya cewek biasa, tapi bagi orang yang mengenalnya, cewek itu lebih dari kata luar biasa.
"E-Elo," panggil Adam. "Elo suka tipe gimana ?"
Rosa menoleh sejenak dari mejanya, kemudian berpikir sejenak. "Ermm..., Gue suka cowok yang bisa ngasih gue gorengan!" Ucap Rosa, bersemangat.
"C-Cuma itu doang ?" Tanya Adam tidak percaya.
Rosa mengangguk antusias. "Hn. Emang harus gimana ?"
"Yang tampan kek, kayak gue," saran Adam bangga.
"BTS gimana ?—"
"BTS sama gue," lirik Adam malu, tidak ingin menatap Rosa. "Kan gue lebih tampan, mendingan cari yang lain kek."
"Halu loh!" Tegur Maria, tidak terima. Memang benar, Maria, salah seorang pengemar berat BTS. Cewek itu bahkan memiliki segala benda dengan wajah cowok tampan dari BTS.
"Pokoknya jangan ungkit deh kalau wajah loh mirip BTS," serunya. "Soalnya, BTS lebih tampan dari loh."
"Gue masuk tipe elo, enggak, Ros ?" Tanya Dean, kepo.
"Enggak, soalnya sit pack loh enggak bagus!" Balas Rosa, geleng kepala sambil mencibit. "Malang sekali elo..."
"Lah emang enggak bagus—" hendak membuka bajunya, membuat Adam langsung menahan cowok itu. Adam ingat sekali bagaimana ia mencegah Rosa melihat six pack cowok. Tentu saja, Adam tidak ingin melihat sosok cewek di sampingnya ini dibutakan.
"Shit lo! Elo kalau berani-berani pamer sit pack lo, gue bener-bener bakal tendang lo kayak elo mau bunuh gue di danau!" Ancam Adam sinis.
Rosa diam-diam menghindar dari perkelahian. Hampir setiap hari sejak kedatangan Dean, ia selalu mendengar perkelahian antara dua cowok itu. Memang benar, ia diuntungkan karena memiliki dua pengawal, sialnya pengaruhnya juga terlalu bego.
Seperti kali ini, Rosa hendak ke Kantin. Sewajarnya, cewek itu sudah menunggu waktu tepatnya. Ia akan berlari bebas dari apapun, sembari mendorong tubuh para pesaingnya. Sialnya, Adam dan Dean, dua makhluk licik itu mirip kurcaci yang memaksa seorang snow white untuk naik ke troll.
"Gue bilang gue bisa jalan sendiri, tolol!" Teriak Rosa kesal sembari tubuhnya diangkut oleh Adam dan Dean.
"Elo kalau diinjak gimana, Ros ?" Tanya Dean, mengoceh. Entah kenapa, melihat sosok Rosa selama pengamatannya, membuat Dean juga peduli.
"Gue nanti juga ditolong," sindir Rosa. "Kalau diinjak sisa baring aja, kan."
"Gue juga enggak bolehin, tau!" Bentak Adam kesal. "Pokoknya, elo enggak boleh! Elo enggak mungkin lupa saat lo enggak sengaja kena tembok, kan, tolol!"
Rosa menyerah, ia diam di troll sekarang. Sementara itu, dua makhluk kiriman Tuhan yang terkutuk sedang buru-buru mengantarnya ke Kantin. Mereka menerobos lebih cepat daripada saat dirinya sendiri berlari. Tunggu... Tapi memang gue seorang Ratu ? Snow White ? T-Tapi kenapa cowok sialan ini tidak berhenti menganggu ?!
Berpikir sejenak, Rosa pikir ini karena satu hal, ia mendapatkan utang budi. Kalau diingat kembali, dia bukan seorang Ratu. Benar, terlebihnya seorang Rosa sepertinya tidak pernah minta untuk menjadi pemeran utama. Ia hanya butuh satu hal, teman dan orang dekat.
Oleh karena itu, seorang Rosa yang antagonis tidak harus memiliki budak cinta, bukan ? Rosa berhenti dengan bangga. Benar, ia harus menunjukkan kebanggaan antagonis yang tidak membutuhkan sosok budak cinta.
"Berhenti, tau!"
"Buat apaan ?" Tanya Dean bingung.
"Gue siapa bagi kalian berdua ?" Tanya Rosa serius.
"Sosok cewek lemah, tidak berdaya, konyol, bego, tolol—"
"Ok, STOP!" Bentak Rosa, lalu bergumam pada dirinya sendiri. "Lah emang gue separah itu, ya ?"
"IYALAH!" Jawab Adam dan Dean kompak.
"Emang lo mau bilang apa, bego ?" Tanya Adam dingin.
"Gue penjahat!" Teriak Rosa dengan garang, memamerkan sorotan mata tajam miliknya. "Jadi manusia Iblis kayak elo, mending menjauh deh!"
"Shuuu! Jauh!" Ucap Rosa sinis, melotot kesal. Ia hendak turun dari troll. Memang begitulah yang harusnya terjadi. Dan, pada akhirnya, dua makhluk di depannya pasti akan terkejut dan menurunkannya. Kenyataannya, dua makhluk asing yang menurut Rosa ingin mencurinya justru tertawa keras.
"E-Elo sebenarnya kenapa bisa jadi antagonis sih, ha ?!" Tanya Dean bingung, tertawa.
"Terus gue bukan titisan Iblis, gue bawahan malaikat!" Cibit Adam, menahan tawanya.
Rosa hanya bisa membalas dengan wajah bingung. Apakah ada yang lucu dari kalimat gue ? Gue kan serius soal Iblis. Tapi, pokoknya dua makhluk ini, gue harus singkirkan! Pikir Rosa.
Benar, Rosa pikir ia punya satu cara lagi. Jika seseorang tidak pergi hanya dengan kemarahan, maka jawabannya adalah hinaan. Ia akan menjelek-jelekkan dua makhluk sialan di depannya, lalu keduanya pasti akan membebaskannya, bukan ? Tentu, pasti berhasil Rosa!
Rosa menarik napasnya dalam, bersiap menyeburkan hinaan. "Elo bego, Dam! Elo kan cuma pembantu gue, gue cuma manfaatin lo doang biar jatuhin tuh Anna sama gengnya, lagian kan gue antagonis! Jadi, mending lo pergi sebelum gue manfaatin lo!"
"Ah, dan Dean," ucap Rosa, menarik napasnya lagi setelah menghina. "Elo kan cuma gue tipu doang. Yang enggak bersalah tuh Anna, ah gue kok yang bully Anna! Ha ? Elo tau kan gue antagonis, lo tau gue bisa lakuin tipu muslihat buat jatuhin tuh Anna!—"
Ok, Rosa tidak bisa berkata apapun lagi, ia sudah lelah. Ia tidak memutuskan perkataannya, bahkan ketika ia harus berbicara seperti Rap. Bersandar di troll sejenak, Rosa mengira dua makhluk itu akan pergi. Tapi bukannya melihat kepergian mereka, keduanya justru terkekeh semakin keras. Dan, kali ini, Rosa sama sekali tidak paham. Mengapa mereka tertawa, padahal kan gue udah hina dengan buruk ? Kok belum pergi sih!
"Ok, jadi elo tipu gue, Ros." Adam berusaha berbicara, tetapi ucapan yang dibicarakan Rosa membuat dia hampir tidak bisa berhenti tertawa. "Gue enggak masalah, gue udah pernah janji. Sesuatu, tentunya, jadi mau lo sebodoh atau antagonis, gue enggak peduli."
Enggak masalah ?! Tidak peduli ?! Rosa menatap tidak percaya, ia sudah mengatai hal buruk dan sosok Adam masih membelanya. Nih cowok emang enggak bisa jauh dari gue enggak sih ?! Gue kan mau hidup damai kayak biksu!
"Gue tahu elo manfaatin gue, Ros," ucap Dean, mengangguk dan tersenyum sinis. "Sayang banget, gue udah terlanjur penasaran dengan elo. Semenarik apakah seorang Rosa sih ?"
Jangan tertarik sama gue dah, mending pergi aja, pikir Rosa geleng kepala dengan sorotan wajah menolak. Elo juga kok main datang-datang sih, gue kan belum singkirkan yang satu. Dan, elo datang hancurkan hidup gue. Kenapa gue berakhir kayak gini sih, Tuhan ?!
Sambil kembali didorongnya oleh Adam dan Dean, Rosa cuma bisa berharap satu hal. Barangkali Tuhan mengasihinya dan membuat dua makhluk di hadapannya menyingkir.
Tuhan! Jika elo mendengar permintaan anakmu ini. Gue cuma minta satu hal, tolong buat dua cowok ini menjauh dari gue dan buat hidup gue normal ajalah. Ah, gue mau kok ditobaskan jadi pendeta, pastor atau biksu, Tuhan... Amin.
Ok, guys! Selamat membaca! Kalau suka, komentar tentang kelucuan di dalam novel, ya! I'm waiting for you, readers! Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Romance
Teen Fiction[HARAP TIDAK COPYPASTE MAUPUN MENIRU KARYA INI. JIKA SAYA MENEMUKAN PENIRUAN, MAKA SAYA PASTIKAN AKAN MENUNTUT ANDA. TERIMA KASIH] Rosa Novita Ass sudah lelah menjadi figuran yang menganggu hubungan Anna dan Dean, hingga ia bertemu sebayangnya, Adam...